Mohon tunggu...
Nabila Garneta
Nabila Garneta Mohon Tunggu... Aktor - Mahasiswi Kedokteran Gigi di Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswi Kedokteran Gigi di Universitas Airlangga yang berminat terhadap dunia medis khususnya pada kesehatan gigi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa Dokter Gigi Lebih Aman dari Tukang Gigi?

26 November 2024   22:20 Diperbarui: 26 November 2024   22:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan rongga mulut dan gigi adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui kesehatan gigi serta rongga mulut yang terjaga, kualitas hidup suatu individu pun dapat meningkat. Meskipun begitu, masih banyak masyarakat yang belum sadar dengan pentingnya kesehatan rongga mulut dan gigi. Ditambah dengan dilema dalam memilih layanan kesehatan gigi yang tepat. Di satu sisi, dokter gigi adalah tenaga medis yang kompeten. Namun, banyak orang yang hanya datang ke dokter gigi saat sudah parah saja karena dokter gigi dianggap mahal dan menakutkan. Di sisi lain, tukang gigi menawarkan solusi yang lebih murah juga cepat, namun beriringan dengan itu juga terdapat banyak risiko kesehatan yang perlu dipertaruhkan. Artikel ini akan mengupas kelebihan dokter gigi dibandingkan tukang gigi sehingga masyarakat dapat memilih pilihan yang tepat dalam menjaga kesehatan rongga mulut dan gigi.

Apa itu Dokter Gigi dan Tukang Gigi?

Dokter gigi adalah tenaga medis profesional yang telah menempuh pendidikan kedokteran gigi dan memiliki lisensi resmi dalam melakukan berbagai macam prosedur perawatan gigi. Perawatan ini mencangkup pembersihan karang gigi, pencabutan, penambalan, pemasangan implan gigi, maupun prosedur bedah mulut. Dokter gigi bekerja berdasarkan standar medis yang telah diakui dan diawasi oleh lembaga resmi seperti Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dan lembaga Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Menjadi dokter gigi juga tidak mudah karena lamanya pendidikan yang perlu ditempuh dan perlunya pengalaman kerja sebelum sarjana kedokteran gigi bisa mengambil sumpah sebagai dokter gigi yang siap mengabdi ke masyarakat.

Sementara tukang gigi adalah individu yang menyediakan jasa perawatan gigi non-medis. Perawatan non-medis ini biasanya condong ke pembuatan dan pemasangan gigi palsu lepasan. Para tukang gigi umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan medis apalagi pendidikan kedokteran gigi. Praktiknya biasanya didasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau otodidak. 

Keberadaan tukang gigi diatur oleh Permenkes No. 39 Tahun 2014 tentang Pembinaan, Pengawasan, dan Perizinan Pekerjaan Tukang Gigi. peraturan ini menetapkan bahwa tukang gigi hanya diperbolehkan membuat dan memasang gigi palsu lepasan tanpa melibatkan jaringan gigi dan mulut. Mereka sangat tidak diperbolehkan melakukan tindakan medis seperti pencabutan atau penambalan gigi. 

Penyebab Masyarakat Lebih Memilih Pergi ke Tukang Gigi daripada Dokter Gigi

  1. Biaya Mahal

Banyak orang yang berpikir bahwa melakukan perawatan ke dokter gigi akan memakan banyak biaya. Hal ini membuat mereka cenderung pergi ke tempat yang lebih murah seperti tukang gigi. Hal ini sangat berbahaya mengingat tidak adanya latar belakang medis dari seorang tukang gigi. 

  1. Rasa Takut

Banyak orang yang enggan pergi ke dokter gigi karena takut terhadap alat-alat medis seperti bor gigi atau alat-alat kedokteran gigi lainnya yang dianggap menyeramkan. Banyak juga orang yang enggan ke dokter gigi karena trauma masa kecil. Sebab ketakutan tersebut, banyak orang yang memilih untuk pergi ke tukang gigi walaupun adanya risiko sterilitas yang mungkin saja mengancam.

  1. Kurangnya Informasi

Banyak masyarakat yang datang ke dokter gigi hanya ketika giginya terasa sakit atau kondisi gigi yang sudah parah. Mereka belum memahami bahwa mereka perlu melakukan pengecekan gigi minimal 6 bulan sekali. Padahal, peran dokter gigi bukan hanya sebagai penyedia jasa untuk menyembuhkan penyakit, namun juga bergerak di bidang estetik yang biasanya dikerjakan oleh tukng gigi.

  1. Pemerataan Dokter Gigi yang Belum Merata

Masih banyak daerah yang belum memiliki dokter giginya sendiri. Sebab kelangkaan dokter gigi  tersebut, banyak masyarakat yang tidak terbiasa pergi ke dokter gigi. Mereka terbiasa untuk pergi ke tukang gigi ketika ada masalah dengan kesehatan mulut dan gigi mereka. 

  1. Pendidikan yang Lama

Untuk menjadi seorang dokter gigi, diperlukan waktu yang lama. Dibandingkan dengan menjadi tukang gigi, pendidikannya jauh lebih rumit juga sulit. Hal itu juga yang menjadikan dokter gigi cukup sulit pemerataannya. Selain karena pengelolaan sumber daya manusia yang belum baik, jumlahnya pun masih kurang sebab pendidikannya yang rumit dan lama.

Mengapa Tukang Gigi Berisiko?

Tukang gigi berisiko karena tidak memiliki latar belakang pendidikan medis yang memadai untuk menghadapi pasien. Mereka tidak mampu mengidentifikasi ataupun menangani masalah gigi dan mulut dengan benar. Hal ini akan menggiring pada berbagai macam risiko kesehatan yang bisa saja mengancam seperti infeksi, kerusakan gigi permanen, atau penyakit periodontal. Meskipun tukang gigi legal secara hukum, terdapat banyak batasan yang tidak boleh dilakukan oleh tukang gigi. Pada realitasnya, banyak tukang gigi yang melanggar batasan-batasan tersebut sehingga dikhawatirkan akan munculnya komplikasi.

Kesimpulan

Kesehatan rongga mulut dan gigi memiliki peran yang sangat penting dalam kualitas hidup seseorang. Meskipun dokter gigi adalah tenaga medis profesional yang terlatih untuk menangani berbagai masalah gigi dan mulut dengan prosedur yang aman dan berbasis ilmiah, nyatanya ada banyak sekali masyarakat yang cenderung memilih tukang gigi karena faktor biaya yang lebih terjangkau dan rasa takut terhadap perawatan medis.

Namun, perlu diingat bahwa memilih tukang gigi dapat berisiko besar karena mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan medis yang memadai dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi, kerusakan gigi permanen, dan masalah kesehatan mulut lainnya. Masyarakat perlu lebih memahami perbedaan antara dokter gigi dan tukang gigi, serta pentingnya perawatan gigi yang tepat untuk mencegah masalah yang lebih serius di masa depan.

Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi secara rutin dengan berkonsultasi dengan dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali. Sebab dokter gigi tidak hanya menangani masalah gigi saat sudah parah, tetapi juga memberikan perawatan preventif dan estetik yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun