Mohon tunggu...
Nabila Dhiya
Nabila Dhiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Teknologi Pendidikan angkatan 2024 Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan angkatan 2024 Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta, hobi saya memasak dan melukis, saya adalah orang yang kreatif dan suka mencoba hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Boneka Labubu: Kesenangan atau Ancaman bagi Generasi Muda Indonesia?

23 September 2024   19:00 Diperbarui: 23 September 2024   19:21 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture on X @@ddindazi 

Generasi yang terpengaruh oleh tren ini sering merasa harus selalu "up-to-date", mereka cenderung mengabaikan kebutuhan dan keinginan pribadi agar tidak ketinggalan dari teman-temannya. Stres, kecemasan, bahkan depresi yang muncul akibat tidak mampu mengikuti tren atau ketika merasa bahwa mereka kurang berharga tanpa memiliki barang-barang populer seperti Labubu dapat berdampak buruk pada kesehatan mental individu tersebut.

Konflik Sosial dan Kesenjangan Ekonomi : Labubu juga memicu konflik sosial, khususnya ketika terjadi antrean panjang dan kericuhan dalam upaya mendapatkan boneka ini. Selain itu, tren ini menciptakan kesenjangan ekonomi antara individu yang mampu mengikuti tren dengan yang tidak. Mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk membeli Labubu mungkin merasa tersisih dari pergaulan sosial. Hal ini tidak sejalan dengan nilai-nilai kesetaraan dan persatuan yang dijunjung dalam Pancasila, di mana setiap warga negara, tanpa memandang status ekonomi, berhak dihargai dan diperlakukan dengan adil.

Pengaruh Budaya Luar dan Penurunan Apresiasi terhadap Produk Lokal : Sebagai produk luar negeri, boneka juga mempengaruhi pola konsumsi berbagai kalangan di Indonesia terhadap produk luar yang sering kali dianggap lebih prestisius. 

Tren ini berpotensi menurunkan apresiasi terhadap produk lokal, yang sebenarnya memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi. Jika hal ini terus berlanjut, generasi muda di Indonesia bisa menjadi lebih tergantung pada budaya luar, sementara identitas budaya lokal semakin terpinggirkan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengikis semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia.

Solusi yang Dapat Kita Lakukan sebagai Generasi Muda di Indonesia

Dari perspektif Pendidikan Kewarganegaraan, tren Labubu memberikan tantangan besar bagi remaja Indonesia dalam menjaga identitas nasional dan bersikap sebagai warga negara yang bijak. Pentingnya memiliki rasa cinta tanah air, mendukung industri lokal, dan menjaga persatuan serta kesetaraan sosial. Dalam menghadapi tren global, kita sebagai generasi muda Indonesia perlu bersikap kritis dan mengutamakan nilai-nilai kewarganegaraan sebagai berikut:

Meningkatkan Apresiasi terhadap Produk Lokal : Generasi muda Indonesia perlu didorong untuk lebih menghargai dan mendukung produk-produk lokal, bukan hanya membeli barang buatan dalam negeri, tetapi juga menunjukkan kebanggaan terhadap kekayaan budaya dan kreativitas bangsa. Dengan mendukung produk lokal, kita sudah turut berperan dalam memperkuat perekonomian nasional dan menjaga identitas bangsa.

Berpikir Kritis dan Bijak dalam Konsumsi : Generasi muda Indonesia perlu belajar menilai kebutuhan secara realistis dan tidak terbawa arus tren konsumtif yang berlebihan. Dengan berpikir kritis, kita dapat menolak tekanan sosial untuk selalu mengikuti tren dan lebih fokus pada pengembangan diri yang positif.

Menjaga Solidaritas dan Persatuan Sosial : Pancasila mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesetaraan sosial di masyarakat. Kita memahami bahwa barang-barang materi seperti boneka Labubu tidak boleh menjadi tolak ukur nilai sosial. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam kemampuan finansial harus dijunjung tinggi, sehingga tren ini tidak menjadi pemicu perpecahan sosial di berbagai kalangan.

Menyeimbangkan Pengaruh Budaya Global dan Lokal : Kita sebagai generasi muda Indonesia harus mampu menyeimbangkan pengaruh budaya luar dengan tetap menjaga identitas budaya lokal. Menghargai budaya global bukan berarti kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Sikap terbuka terhadap budaya luar harus diimbangi dengan memilah mana yang baik dan mana yang buruk serta meningkatkan rasa kebanggaan terhadap budaya dan produk lokal.

Fenomena boneka Labubu yang sedang viral di Indonesia membawa berbagai dampak, baik dari segi konsumerisme, kesehatan mental, maupun identitas budaya. Melalui perspektif Pendidikan Kewarganegaraan, tren ini dapat disikapi dengan cara yang lebih bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun