Belakangan ini, media sosial dihebohkan oleh kemunculan boneka viral bernama Labubu. Popularitasnya tidak hanya terbatas di dunia maya, tetapi juga meluas ke kehidupan nyata, di mana para penggemar Labubu terlihat antusias menyambut karakter unik ini. Namun, apa sebenarnya Labubu?
Apa itu Labubu?
Awalnya, Labubu merupakan bagian dari serangkaian karya seni patung yang dibuat terbatas untuk pameran yang diciptakan oleh seniman asal Hong Kong, Kasing Lung pada tahun 2015. Karakter ini mulai diproduksi tahun 2019 secara lebih luas dalam bentuk mainan koleksi oleh Pop Mart, perusahaan mainan asal China yang terkenal dengan produk blind box.
Labubu semakin menarik perhatian global setelah Lisa Blackpink, mengunggah foto Labubu miliknya di Instagram pada April 2024. Sejak saat itu, Labubu menjadi salah satu karakter andalan Pop Mart dan menarik perhatian para kolektor di seluruh dunia.
Tidak hanya sebagai barang koleksi, Labubu juga mencerminkan fenomena yang lebih dalam terkait perilaku konsumerisme dan dampak sosial-budaya. Dalam konteks ini, penting untuk menganalisis dampak dari tren Labubu terhadap generasi muda di Indonesia serta bagaimana kita dapat menyikapi fenomena ini secara bijak, khususnya menggunakan pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Dampak Negatif Tren Boneka Labubu terhadap Generasi Muda Indonesia
Konsumerisme : Tren boneka Labubu ini telah menumbuhkan perilaku konsumsi berlebihan (overconsumption) di berbagai kalangan. Popularitasnya di platform seperti Instagram dan TikTok membuat pengguna memamerkan koleksi mereka maupun berbagi pengalaman unboxing, yang menciptakan kompetisi para penonton maupun kolektor mainan tersebut.
Selain itu, konsep blind box yang diterapkan oleh Pop Mart membuat konsumen semakin terdorong untuk membeli lebih banyak produk, banyak orang terjebak dalam siklus membeli barang yang dianggap "harus dimiliki" demi meningkatkan status sosial.
Hal ini dapat menyebabkan pemborosan dan ketidakpuasan, karena kepuasan yang didapat dari kepemilikan materi sering kali bersifat sementara. Selain itu, memiliki barang-barang populer dapat mengalihkan perhatian dari isu-isu sekitar yang lebih penting.
Fear of Missing Out (FOMO) dan Kesehatan Mental : FOMO adalah rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik (Ellynda, 2021).