orang tua merupakan pondasi yang membentuk kepribadian anak secara utuh, mulai dari kekuatan fisik, mental, emosional, hingga kemampuan mereka beradaptasi di lingkungan sosial. Tulus merupakan ungkapan yang tampak dalam bahasa tubuh saat kita menanamkam kasih sayang pada orang lain. Kasih sayang menumbuhkan rasa bahagia ketika melihat orang lain dapat tersenyum ceria dan bahagia. Wujud sentuhan kasih sayang, seperti nasehat, solusi permasalahan dan uluran tangan yang kita berikan, agar mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Kasih sayang adalah sikap memberi  (take) yang ikhlas tanpa pamrih. Buah yang diharapkan adalah kebahagiaan orang lain, sehingga kita bahagia dan bangga pada diri karena bermanfaat bagi mereka. Dengan kasih sayang, mendidik anak sendiri akan membekas dan bermakna bagi bekal hidup sekarang dan masa depannya. Adapun beberapa upaya orang tua untuk menghidupkan kasih sayang pada anak:
Kasih sayang1. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota keluarga (suami, istri, dan anak) ke dalam simbol-simbol nyata seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus.
2. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga maupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
3. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.
4. Membina rasa, sikap, dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Agar upaya menghidupkan fungsi cinta kasih dapat berjalan lancar, dibutuhkan komitmen semua anggota keluarga untuk menjalankannya secara tulus dan sungguh-sungguh. Artinya, semua anggota keluarga siap menjalankannya dengan hati ikhlas, dengan niat untuk mewujudkan keharmonisan hubungan antar anggota keluarga. Apalagi semua telah menyadari bahwa keharmonisan keluarga akan mampu menguatkan ketahanan keluarga sehingga badai kehidupan seberapapun beratnya akan dapat diatasi dengan mudah. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Untuk itu, perlunya orang tua juga memahami dan mengenali karakteristik anak agar sesuai dengan parenting yang akan diterapkan nantinya. Utamanya di masa remaja menjadi masa di mana anak mengalami peralihan usia. Di usia penuh tantangan ini, orangtua perlu pintar-pintar memberikan arahan agar anak tak salah langkah. Berikut berbagai tips atau cara bijak dalam menuntun serta mendidik anak remaja Anda di rumah yang bisa dilakukan orangtua. Perkembangan setiap anak tentu tidak bisa disamaratakan. Hal ini karena remaja mempunyai perkembangan emosi serta kognitif yang berbeda. Hubungan anak dengan orangtua pun bisa saja berubah karena ada perdebatan saat anak berada di fase ini. Namun, sudah menjadi hal yang wajib pula bagi orang tua memberikan pengertian mengenai nilai-nilai kehidupan untuk bekalnya kelak. Walaupun akan ada fase anak sulit untuk dihadapi dan diajak berkomunikasi, Anda perlu mengerti karena memang ini adalah masa-masa anak bertumbuh. Adapun beberapa cara mendidik remaja yang bisa dilakukan orang tua:
1. Jadilah Pendengar yang Baik
Di usia remaja biasanya anak mulai mengalami berbagai gejolak dalam dirinya, dari masalah pubertas hingga pergaulannya. Ada banyak hal yang mungkin ingin disampaikannya untuk sekedar bertanya atau mengutarakan berbagai kegelisahan dan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Untuk itu, orang tua wajib menjadi pendengar yang baik. Jangan sampai anak justru mencari pelampiasan lain yang negatif seperti melakukan kenakalan remaja hanya karena merasa tidak didengar dan tidak punya teman bicara. Selain itu, hindari menyalahkan anak terhadap apa yang dia ceritakan. Karena hal ini dapat membuat anak enggan bercerita kembali. Alih-alih menyalahkan lebih baik diskusikan penyelesaian terbaik jika anak mengalami masalah.
2. Hargai Privasi Anak
Seiring dengan pertambahan usianya, orang tua terkadang lupa bahwa anak juga memiliki privasi. Kamar dan handphone termasuk bagian dari privasi anak yang sebaiknya tidak dicampuri. Sebagai salah satu cara mendidik anak remaja, jangan lagi asal membuka ponsel anak tanpa seizinnya hanya karena penasaran dengan siapa ia chatting tiap harinya.