Mohon tunggu...
Aulia Nabila Safitri
Aulia Nabila Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pematangan dan Teori belajar Behavioristik dan Humanistik

7 November 2024   13:07 Diperbarui: 7 November 2024   13:19 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan Teori yang mempelajari mengenai perilaku manusia. Fokus dalam Teori Behavioristik ini lebih menekankan terhadap perubahan tingkah laku manusia. Perspektif behavioristik berfokus pada peran belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan stimulus yang menimbulkan suatu perilaku reaksi. Dalam teori behavioristik, tingkah laku sepenuhnya diatur dalam aturan, bisa diramalkan, serta bisa ditentukan. 

Teori ini menjelaskan bahwa tingkah laku keterlibatan seseorang karena mereka telah mempelajarinya terlebih dahulu melalui pengalaman. Teori Belajar Behavioristik menekankan pembelajaran seseorang berkaitan dengan peristiwa lingkungan. Maka dari itu, lingkungan lah yang memiliki peran penting dan berkaitan erat dengan proses pembelajaran. 

Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.(Eni Fariyatul & Istikomah, 2016). 

Prinsip Teori Belajar Behavioristik yaitu:

Perubahan Perilaku pada Individu menandakan sebuah pembelajaran

Prinsip utama dalam teori Belajar behavioristik yaitu perubahan perilaku yang terjadi pada individu menandakan terjadinya pembelajaran. Jika seseorang mengalami suatu perubahan perilaku dalam dirinya setelah mengalami pengalaman, maka seseorang tersebut telah belajar sesuatu.

Fokus pada stimulus dan Respon

Teori Belajar Behavioristik menekankan stimulus dan Respon dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran dapat terjadi ketika seseorang merespon stimulus yang ada di lingkungannya

Penguatan (Reinforcement)

Dalam Teori Behavioristik penguatan merupakan kunci dari teori ini. Penguatan dapat berupa imbalan positif atau negatif yang diberikan setelah perilaku tertentu terjadi. Imbalan positif dapat menimbulkan kemungkinan seseorang melakukan perilaku tersebut terulang di waktu yang akan datang, sementara itu imbalan negatifdapat  menimbulkan kemungkinan seseorang mengurangi perilaku tersebut di waktu yang akan datang.

Implikasi Teori Psikologi Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran dan Pengajaran

    Menurut teori belajar behavioristik, hasil akhir yang dapat diperoleh dari proses pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa. Thorndike dalam Moreno (2010), berpendapat bahwa siswa yang siap menerima perubahan perilaku akan membawa kepuasan tersendiri. Dengan mengaitkan kepentingan antara berbagai sistem sarana dan prasarana, maka dapat menjadi bagian integral dari sistem pendidikan, sehingga tercipta sistem pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan secara efektif. Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran yaitu:

1. Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.

2. Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.

3. Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi

dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.

Teori Belajar Psikologi Humanistik

Prinsip Dasar Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada pengalaman subjektif individu dan potensinya untuk berkembang. Berbeda dengan pendekatan psikologi lainnya, seperti psikoanalisis yang berfokus pada alam bawah sadar atau behaviorisme yang menekankan pada perilaku yang dapat diamati, psikologi humanistik lebih menekankan pada pengalaman manusia secara keseluruhan.

 Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran diri, kebebasan memilih, dan kapasitas untuk bertumbuh dan berkembang. 

Salah satu tokoh utama dalam psikologi humanistik adalah Abraham Maslow, yang mengembangkan teori hirarki kebutuhan, dan Carl Rogers, yang mengembangkan terapi berpusat pada klien. Kedua tokoh ini menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan psikologis dasar untuk mencapai aktualisasi diri, yaitu puncak dari potensi manusia.

Di bidang pendidikan, prinsip-prinsip humanistik telah diaplikasikan dalam pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Pendekatan ini mendorong pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, di mana siswa didorong untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.

 Beberapa studi menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang mencerminkan nilai-nilai humanistik, seperti kepercayaan pada kapasitas siswa, pemahaman mendalam tentang kebutuhan siswa, dan dukungan terhadap perkembangan emosi positif, dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.

 Implementasi prinsip humanistik dalam pendidikan juga berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan psikologis siswa, yang pada akhirnya berkontribusi pada hasil belajar yang lebih baik.

Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran dan Pengajaran

Teori belajar humanistik menekankan pentingnya memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dengan potensi yang harus dikembangkan, bukan hanya sebagai penerima pasif informasi. Dalam konteks pendidikan, teori ini mendorong pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana kebutuhan, minat, dan pengalaman siswa menjadi pusat dari proses pembelajaran. 

Guru yang mengadopsi pendekatan humanistik berusaha menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan pribadi siswa, dengan memberikan mereka kebebasan untuk mengekspresikan diri, mengeksplorasi minat mereka, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah membantu siswa mencapai aktualisasi diri, yaitu mencapai potensi penuh mereka baik secara akademis maupun personal.

Pengertian Kematangan

Kematangan adalah konsep yang kompleks yang merujuk pada perkembangan individu dari segi fisik, emosional, sosial, dan intelektual hingga mencapai tahap di mana seseorang dianggap telah mencapai kedewasaan atau kebijaksanaan tertentu. Dalam konteks perkembangan manusia, kematangan sering dikaitkan dengan kemampuan individu untuk bertindak dengan tanggung jawab, memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. 

Kematangan bukan hanya soal usia, tetapi juga tentang bagaimana seseorang berkembang melalui pengalaman dan pembelajaran untuk mencapai stabilitas dan integritas dalam kepribadian mereka.

Secara fisik, kematangan merujuk pada proses biologis yang mengarah pada pertumbuhan tubuh manusia menuju bentuk dewasa. Ini mencakup perkembangan organ, sistem reproduksi, serta kemampuan motorik dan kognitif.

Dari segi emosional, kematangan melibatkan kemampuan individu untuk mengelola perasaan dan emosi mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif. Ini mencakup pengembangan pengendalian diri, empati, dan kemampuan untuk menghadapi situasi stres atau konflik tanpa kehilangan kendali.

Dalam kehidupan sosial, kematangan dapat diukur dari sejauh mana seseorang mampu menjalin dan mempertahankan hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan orang lain. Ini mencakup kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif, memahami perspektif orang lain, dan menunjukkan rasa hormat serta tanggung jawab dalam interaksi sosial.

Aspek-Aspek Kematangan

Aspek-aspek kematangan mencakup berbagai dimensi yang mencerminkan perkembangan individu dalam berbagai bidang kehidupan. Berikut ini adalah beberapa aspek utama kematangan:

1. Kematangan Fisik

Kematangan fisik merujuk pada perkembangan tubuh dan fungsi biologis seseorang hingga mencapai kondisi dewasa. Ini mencakup pertumbuhan organ-organ tubuh, kematangan sistem reproduksi, dan perkembangan kemampuan motorik. Kematangan fisik biasanya ditandai oleh perubahan pubertas, di mana individu mengalami perkembangan seksual dan perubahan fisik yang signifikan, seperti pertumbuhan tinggi badan, peningkatan massa otot, dan perkembangan karakteristik seksual sekunder.

2. Kematangan Emosional

Kematangan emosional mencakup kemampuan individu untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat dan seimbang. Individu yang matang secara emosional mampu mengendalikan reaksi emosional mereka dalam situasi yang menantang, menunjukkan empati kepada orang lain, dan menghadapi stress atau konflik tanpa kehilangan kendali. Kematangan emosional juga melibatkan kemampuan untuk menerima dan belajar dari pengalaman, termasuk dari kesalahan dan kegagalan, serta memiliki pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan orang lain.

3. Kematangan Sosial

Kematangan sosial adalah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan membentuk hubungan yang sehat dan saling mendukung. Ini mencakup keterampilan komunikasi, kesadaran akan norma dan nilai-nilai sosial, serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan harapan dan peran dalam lingkungan sosial. Orang yang matang secara sosial juga mampu bekerja sama, menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang lain, dan menghormati perbedaan dalam hubungan interpersonal.

 4. Kematangan Intelektual

Kematangan intelektual merujuk pada perkembangan kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada logika, pengetahuan, dan pemahaman yang mendalam. Individu yang matang secara intelektual memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis situasi dengan objektif, dan membuat Keputusan berdasarkan informasi yang tersedia. Mereka juga memiliki kemampuan untuk belaja dari pengalaman, terbuka terhadap ide-ide baru, dan mampu beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan yang kompleks.

5. Kematangan Moral

Kematangan moral mencakup pengembangan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membimbing perilaku seseorang dalam konteks etika dan moral. Individu yang matang secara moral mampu membedakan antara benar dan salah, serta bertindak sesuai dengan keyakinan moral mereka, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan atau godaan. Kematangan moral juga melibatkan rasa tanggung jawab sosial dan kesediaan untuk mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun