Â
Harapanku mati
Lengan panjang tak cukup mengulur asa yang lirih
Raga berkecam
Hati berdegup kencang
Mulut yang selalu ku jadikan sayatan bisu, kini merupa busuk kepala
Ketika aku berlari kencang
Berlari, sampai kemana kaki ini berarah
Lemah raga, sangkarnya yang tak bersarang
Aku seperti asing
Tak ada tempatku untuk pulang
Tak ada tempatku untuk sepenuhnya bisa merasakan menjadi aku seutuhnya
Bahkan, raga ini pun masih asing dengan siapa aku sebenarnya
Â
Betul saja, rasa yang berucap tak semua bisa sejalan
Aku berbeda, kata orang
Aku adalahh sang hitam yang terasingkan diantara semua yang putih
Melelakan, tapi ini adanya
Benang kusut, waja layu, hati temaram
Tak ada guna yang ku rasa sekarang
Buai-buaian yang disogoki percikan api laknat
Mengelabui segala yang pernah diperjuangkan
Sayat, sayat hati yang membiru karena cibiran omongan palsu
Aku lagi saja yang menjadi peran atas pecahnya gelas cantik
Riuh, aku hanya bisa tertunduk
Selamatkan ragaku, bantu aku mengumpulkan semangat dulu yang pernah utuh
Siapapun insan itu, aku berterima kasih
Semoga asa mu tetap melekat pada kalbu yang penuh teduh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H