Mohon tunggu...
Nabila Asma Afifah
Nabila Asma Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ronda, Gaya Komunikasi Konteks Tinggi Masyarakat Desa

29 Mei 2023   13:56 Diperbarui: 29 Mei 2023   14:32 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi adalah kunci dalam menjalin hubungan antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam buku ‘Pengantar Ilmu Komunikasi; karangan Hafied Cangara, Profesor Wilbur Schramm mengemukakan bahwa komunikasi dan masyarakat merupakan dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. 

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang kepada orang lain, dengan tujuan untuk memberitahukan, mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang tersebut.

Dalam lingkup bermasyarakat, komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses untuk membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal antar anggota masyarakat.

Untuk menjalin hubungan interpersonal antar anggota masyarakat tersebut, masyarakat Indonesia terutama penduduk desa memiliki kebiasaan ronda di malam hari. Ronda merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok warga untuk memantau keamanan lingkungan sekitar. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari, ketika lingkungan terlihat sepi dan rawan terjadi tindak kejahatan.

Ronda sendiri merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekitar. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik itu warga masyarakat, tokoh agama, maupun tokoh masyarakat dengan cara berkeliling di sekitar lingkungan, memantau keadaan sekitar, dan melaporkan kejadian yang mencurigakan kepada pihak berwenang.

Namun, ada kalanya kegiatan ronda hanya diisi dengan kegiatan berkumpul, saling bercengkerama dan menonton bola bersama di pos ronda setempat. Kegiatan ini bermanfaat untuk memperkuat hubungan interpersonal antar anggota masyarakat dan menjadi salah satu sarana efektif berkomunikasi antar anggota masyarakat.

Melalui kegiatan ronda ini, dapat dilihat bahwa gaya komunikasi yang dimiliki oleh masyarakat desa merupakan gaya komunikasi konteks tinggi (High Context Culture).  Dimana gaya komunikasi konteks tinggi ini memiliki ciri-ciri pada komunikasinya yang lebih rumit, dominan non verbal, pesannya cenderung bersifat eksplisit, pemahamannya lebih kontekstual, toleran terhadap budaya masyarakat, dan terkadang pesan sebenarnya tersembunyi dalam non verbal. Sehingga secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa komunikasi konteks tinggi bisa diartikan bahwa sebagai komunikasi yang menuntut penerima pesan untuk menafsirkan pesan itu sendiri. 

Gaya komunikasi ini dapat dilihat melalui percakapan yang terjadi dalam kegiatan ronda malam. Dimana saat bertemu, para anggota masyarakat melakukan percakapan basa basi dengan saling menanyakan kabar. Ketika ditanya, “apa kabar?” Mungkin beberapa diantaranya akan menjawab “Kabar saya baik-baik saja”. Namun jawaban tersebut dijawab dengan nada suara lemah dan raut wajah sedih sehingga jawaban tersebut tidak bisa dimaknai secara sederhana. 

Hal tersebut menunjukkan ada pesan lain yang disembunyikan melalui intonasi dan ekspresi wajah sehingga penerima pesan harus dapat menafsirkan pesan tersebut sendiri dengan baik  agar tidak terjadi miskomunikasi. Dalam budaya komunikasi konteks tinggi, ekspresi wajah, tensi, gerakan kecepatan interaksi, dan lokasi interaksi dapat menjadi lebih bermakna untuk memahami pesan yang dikirimkan oleh komunikan. Karena itu, anggota masyarakat dalam budaya konteks tinggi mengharapkan orang lain dapat memahami suasana hatinya meskipun tidak diucapkan secara langsung.

Komunikasi ini bersifat lebih interpersonal karena biasanya baik dari pihak pengirim pesan maupun penerima pesan, menggunakan cara komunikasi ini agar lebih berhati-hati dalam membahas beberapa isu, terutama isu yang dianggap sensitif. Maka dari itu, dalam masyarakat yang memiliki komunikasi konteks tinggi, penting untuk memahami budaya dan latar belakang orang lain agar dapat berkomunikasi dengan efektif. Sehingga pesan nonverbal yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain.

Saat melakukan kegiatan ronda, adakalanya masyarakat desa menggunakan kesempatan berkumpul tersebut untuk mengadakan musyawarah terkait permasalahan yang tengah terjadi. Dalam proses musyawarah itu, tentu akan ada banyak sekali bahasa komunikasi baik verbal maupun non verbal yang disampaikan setiap anggota masyarakat. Untuk itu, penting bagi pemegang kekuasaan untuk membaca atau mengetahui setiap pesan yang coba diutarakan oleh setiap anggota masyarakat agar mencapai kata mufakat.

Selain itu, dalam kegiatan ronda juga dapat ditemukan gaya komunikasi Low Power Distance, dimana dalam gaya komunikasi ini tidak ditemukan kelas sosial dalam masyarakat. Karena dalam kegiatan ronda semua anggota masyarakat memiliki kedudukan yang sama untuk melaksanakan kegiatan ini sesuai jadwal yang sudah ditentukan, tanpa mempedulikan kelas atau strata sosial yang berlaku di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun