Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Zona Nyaman, Zona yang Tidak Nyaman

17 Desember 2024   19:08 Diperbarui: 17 Desember 2024   19:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto sunset (Sumber: https://pixabay.com ))

Setelah bangun tidur, scroll media sosial & lanjut mandi. Lanjut tidur siang sampai sore, malam tidur larut. Begitu seterusnya seperti terjebak dilingkaran setan. Susah untuk keluar dari lingkaran tersebut jika tidak saya sendiri yang berbenah.

Mulai dari aktivitas tidak jelas tersebut membuat saya semakin overthinking & insecure. Merasa pesimis bahwa tidak ada perusahaan yang mau menerima saya sebagai seseorang yang lama jadi pengangguran. Takut memulai mencari pekerjaan karena bingung harus mengisi value CV yang seperti apa.

Meski dikatakan pengangguran, sebenarnya saya bukan pengangguran akut yang masih minta duit ke orang tua. Saya menekuni jualan produk kosmetik lumayan lama dan setidaknya itu bisa menjadi nilai plus yang bisa dibanggakan karena memang ada value didalamnya.

Dengan mencantumkan CV sales tersebut ternyata hasilnya tidak mengecewakan. CV saya laku & berhasil bekerja disalah satu E-commerce terbesar selama 1,5 tahun. Dari bekal pengalaman pekerjaan tersebut membuat saya cukup bangga.

Ternyata saya bisa berdiri diatas kaki sendiri tanpa harus menyandarkan kebahagiaan pada orang lain. Meski harus menangis pagi, siang dan malam karena galau, tidak mematahkan harapan untuk semakin membuka mindset bahwa saya juga layak mendapatkan pekerjaan yang baik.

Separuh pengalaman pahit dalam hidup sudah pernah dirasakan. Ternyata bekerja sesuai passion & lingkungan yang baik membuat saya berada dizona nyaman saat ini. Comfort zone kali ini jauh berbeda daripada saat jadi pengangguran.

Ya jelaslah, kan ada pemasukan tetap perbulan. Namun, memang benar apa kata orang bahwa lebih baik capek kerja daripada harus capek cari kerja. Itu benar-benar valid!

Nah, apa yang terjadi dengan seorang teman yang saya singgung diawal? Dia sedang mengalami fase sama persis yang saya rasakan ketika jadi seorang pengangguran! Rasa simpatik saya mencuat begitu mendengar dia meminta bantuan mencari pekerjaan.

Saya & dia ini teman SD yang masih saling contact, jadi nggak canggung-canggung amat jika saling meminta bantuan. Namun, sempat saya terpikir bahwa ada masalah internal yang ada pada dia.

Sebenarnya saya kasih info lowongan pekerjaan tidak hanya sekali, sudah beberapa kali & info tersebut selalu fresh dari kantor saya. Tidak diposting disosial media alias hanya dari informasi dari rekan-rekan karyawan saja.

Mirip informasi orang dalam sebenarnya namun seleksinya murni mencari kualitas calon kandidat. Setiap ada informasi lowongan pekerjaan, selalu saya forward ke dia. Tidak ke siapa-siapa lagi karena sejauh ini circle saya sudah bekerja semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun