Mohon tunggu...
Nabila Alsya
Nabila Alsya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Padjadjaran

I'm 20 years, medical student in Padjadjaran University, possess a strong passion in education and health sector who have willingness to learn.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menyongsong Perbaikan Gizi Anak Indonesia

20 Oktober 2021   14:20 Diperbarui: 20 Oktober 2021   14:25 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Because a healthy nation is defined by their healthy children

Membicarakan mengenai isu gizi pada anak-anak Indonesia memang masih menjadi problematika besar bangsa ini. Betapa tidak, berbagai data yang dirilis menyatakan masih tingginya angka kurang gizi pada anak Indonesia. Data dunia menunjukan bahwa 45% kematian pada anak diakibatkan oleh kekurangan nutrisi. Pada anak dibawah usia lima tahun, malnutrisi akibat kurang gizi terbagi menjadi stunting, wasting, dan underweight.

Stunting, atau biasa disebut kerdil, merupakan perawakan pendek jika dibanding dengan umur. Pada tahun 2019, Survey Status Gizi Balita di Indonesia mencatat prevalensi sebesar 27,67%. Sebenarnya, hasil tersebut cukup menurun jika dibanding oleh asesmen tahun sebelumnya oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, yaitu sebesar 30,8%. Capaian tersebut masih tergolong cukup jauh, mengingat Indonesia sendiri ditargetkan dapat menurunkan angka stunting hingga mencapai 14% pada tahun 2024. 

Wasting, atau anak kurus, merupakan kondisi yang serius karena terbukti terjadi peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Anak dengan gizi buruk akut bahkan memiliki 11 kali lebih tinggi dalam tingkat kematian dibanding anak dengan gizi baik. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan tahun 2013, kurang lebih terdapat tiga juta anak Indonesia mengalami wasting.

Sementara itu, underweight dapat didefinisikan menjadi kurangnya berat per usia anak. Underweight dapat berupa stunting, wasting, maupun keduanya. Data Riskesdas 2018 mendapatkan hasil bahwa 17,7% anak tergolong dalam status kondisi ini.

Berbagai dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat terjadi akibat kurangnya gizi pada anak. Dampak jangka pendek meliputi meningkatnya resiko kematian dan kesakitan, ketidakoptimalan perkembangan dari berbagai aspek pada anak, serta peningkatan pada biaya kesehatan. Bila ditarik dalam jangka panjang, terdapat berbagai efek yang tak bisa dianggap remeh pula diantaranya postur tubuh yang tak optimal, performa sekolah yang kurang maksimal, menurunnya kapasitas kerja dan produktivitas, resiko adanya obesitas dan berbagai penyakit lain, serta aspek kesehatan reproduksi yang menurun.

Melihat berbagai kenyataan yang ada di depan mata tersebut, rasanya perlu adanya komitmen kerja yang melibatkan berbagai pihak untuk penanganan masalah ini. Apalagi berdasarkan perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 mendatang saat usia produktif mencapai 64% dari seluruh populasi bangsa ini. Tentunya kita semua tak mau, jika kesempatan emas adanya bonus demografi beberapa tahun mendatang tidak dapat kita maksimalkan akibat kondisi para pemuda pemudinya kurang optimal, sebab permasalahan kurang gizi sedari masa anak-anak.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai programnya sudah mulai menggencarkan adanya kampanye mengenai permasalahan nutrisi anak ini. Namun tetap saja, diperlukan kerjasama yang melibatkan berbagai elemen seperti pemerintah sebagai pengampu kebijakan melalui Kementrian Kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau masyarakat, para tenaga medis, tokoh masyarakat setempat, dan para orang tua. Diharapkan kerjasama ini dapat terjadi merata pada seluruh penjuru Indonesia, agar tidak terjadi ketimpangan baik dalam akses informasi maupun pelayanan pada penanganan kesehatan terhadap nutrisi anak.

Dengan adanya kerjasama yang sinergis melalui berbagai pihak, diharapkan generasi Indonesia di masa mendatang berada dalam puncak optimalisasi diri sehingga dapat membawa perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Semoga dengan adanya bonus demografi beberapa tahun mendatang akan dapat betul terealisasi menjadi "bonus" bagi Indonesia, bukan malah sebaliknya.

Aaamiin!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun