Mohon tunggu...
Nabila AliaFitri
Nabila AliaFitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswa semester enam jurusan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Drama Teater Menghormati Perjuangan Sang Saka Empat Sekawan

7 Juli 2023   09:50 Diperbarui: 7 Juli 2023   10:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seni pertunjukan merupakan salah satu karya seni yang kompleks karena pada dasar nya seni pertunjukan tidak hanya melibatkan satu jenis komponen namun melibatkan berbagai jenis karya seni. Seperti pada pertunjukan drama, seni yang ditampilkan bukan hanya sebuah seni peran saja melainkan gabungan dari beberapa seni peran, seni rias, seni musik, make up dan kostum yang di pakai oleh pemeran drama tersebut. Seni pertunjukan tidak dapat berdiri sendiri maka dari itu seni pertunjukan disebut sebagai karya seni yang kompleks. Seni pertunjukan merupakan salah satu karya seni yang kompleks karena pada dasar nya seni pertunjukan tidak hanya melibatkan satu jenis komponen namun melibatkan berbagai jenis karya seni. Seperti pada pertunjukan drama, seni yang ditampilkan bukan hanya sebuah seni peran saja melainkan gabungan dari beberapa seni peran, seni rias, seni musik, make up dan kostum yang di pakai oleh pemeran drama tersebut. Seni pertunjukan tidak dapat berdiri sendiri maka dari itu seni pertunjukan disebut sebagai karya seni yang kompleks.

Menurut Sumardjo dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia (2001:2), seni pertunjukan adalah kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari. Seni adalah kegiatan di waktu senggang yang berarti kegiatan di luar jam-jam kerja mencari nafkah. Selain itu, masih dalam buku yang sama, seni pertunjukan pun berbeda dengan cabang-cabang seni yang lain. Sebab, seni pertunjukan bukanlah seni yang membenda. Sebuah seni pertunjukan dimulai dan selesai dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, sesudah itu tak ada lagi wujud seni teater pertunjukan.

Seni teater menurut Ahmad Yasid teater berasal dari kata yunani "theatron" yang berarti tempat pertunjukan. Kata teater sendiri mengacu kepada sejumlah hal yaitu: drama, gedung pertunjukan, panggung pertunjukan, kelompok pemain drama, dan segala pertunjukkan yang dipertontonkan.

Seni teater pertunkuan adalah seni yang menggambarkan berbagai elemen, seperti acting, music, tari, kostum, dan set dengan tujuan menghibur penonton. Pertunjukan teater bias berupa drama, komedi, music, atau bentuk lainnya. Dalam seni teater pertunjukan, para actor dan aktris berperan sebagai karakter dalam cerita yang disajikan dan mengeksprsesikan emosi dan perasaan mereka melalui dialog, gerakan, dan ekspresi wajah.

Seni teater pertunjukan sering kali melibatkan kolaborasi antara penulis naskah, sutradara, actor, musisi, dan kru teknis, seperti penata cahaya dan penata suara. Pertunjukan teater juga bias memanfaatkan teknologi modern, seperti proyektor dan efek visual, untuk menambahkan dimensi baru pada pertunjukan.

Seni teater pertunjukan bisa menjadi sarana bagi para penonton untuk merenungkan kahidupan dan mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, persahabatan, kekuasaan, dan konflik. Seni teater pertunjukan juga bisa menjadi sarana untuk memperkenlkan budaya dan sejarah suatu negara atau masyarakat.

Drama dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembacanya, jika pembaca benarbenar menghayati dan memahami pesan yang disampaikannya. Dengan memahami isi yang terkandung dalam suatu drama, pembaca akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Pemahaman terhadap isi dan makna yang terkandung dalam suatu drama tidak lepas dari pemahaman terhadap unsur- unsur yang terkandung dalam drama itu sendiri. Secara umum kompetensi dasar drama memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Noermanzah (2017:28) menjelaskan bahwa karya sastra tercipta sebagai suatu kegiatan kreatif dan inovatif dalam betuk tulisan atau tercetak yang memiliki nilai keindahan dan tentunya tidak dapat dipisahkan dengan pengajaran bahasa oleh karena keduanya saling melengkapi, terutama sekali dalam pembelajaran bahasa yang selalu menggunakan karya sastra sebagai objek utamanya dalam menjelaskan dari ciri dan fungsi bahasa tersebut. Oleh karena itu, umumnya setiap karya sastra memiliki dua unsur yaitu unsur ektrinsik dan unsur intrinsik yang terbentuk dari bahasa yang indah. Unsur ektrinsik yaitu unsur luar yang mempengaruhi karya sastra itu, misalnya nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya. Sedangkan unsur intrinsik yaitu unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri, misalnya alur, penokohan, tema, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas unsur ekstrinsik dan intrinsik memiliki peranan yang fital terhadap pemahaman sebuah karya sastra terutama karya sastra drama. Dengan dipahaminya unsur-unsur tersebut pembaca akan lebih mudah menyerap atau memahami setiap pesan atau tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dalam pemahaman unsur ekstrinsik berupa nilai budaya pada drama tater pertunjukan Sang Saka. Dalam unsur ekstritik seorang penonton harus bisa memahami setiap unsur tersebut. Pemaham unsur budaya pada pertunjukan drama akan memberikan pemahaman nilai-nilai budaya. Nilai budaya tersebut mencakup hubungan pengarang dengan kebudayaan dan hasil karya sastra dengan masyarakat. Dengan adanya nilai budaya akan memperkenalkan penonton tentang nilai sejarah dan budaya masyarakat, sehingga pemahaman terhadap isi drama dapat di nikmati dan tersalurkan dari apa isi drama. Oleh karna itu dalam analisis pertunjukan dalam penlitian ini menggunakan pendekatan budaya.

Pendekatan budaya dianggap sebagai suatu produk budaya yang menceminkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, sejauh mana pengarang menghubungkan karyanya dengan kehidupan masyarakat sebenarnya. Maka dari itu budya adalah pendekatan yang menitik beratkan dengan hubungan masyarakat dan sejarah, sehingga dalam menerapkannya memerlukan pemahaman kehidupan dari masyarakat dan sejarahnya. Dengan pendekatan budaya yang nantinya akan bertujuan untuk meberikan nilai-nilai dan norma-norma yang dapat di pahami dengan baik.

Norma budaya menurut Malvin DeFleur yang dikutip oleh komala, pada hakikatnya adalah media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada tema-tema tertentu menciptakan kesan-kesan pada khalayak dimana norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberikan bobor itu, dibentuk dengan cara-cara tertentu. oleh karena itu, perilaku individual biasanya dipadukan oleh norma-norma budaya mengenai suatu hal tertentu. Clyde Kluckholn (dalam Warsito 2012:99) Nilai budaya ialah sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, berpengaruh terrhadap perilaku yang berkaitan dengan alam, kehidupan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diinginkan dan tidak diinginkan yang mungkin berkaitan dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesame manusia.  Pada drama Sang Saka karya Dolfry Inda Suru dan Rodolf Puspa adalah salah satu bentuk drama teater yang menceritakan banyak budaya dan sejarah didalamnya. Drama ini menceritakan realita kehidupan pada masa sekarang, dimana ada orang sekawan dan satu perempuan yang dipertemukan kembali untuk berpetualang mencari harta karun yang sedang menjadi ulasan paling atas di dunia maya. Keempat sekawan dan satu perempuan. Dalam perjalanan perburuan harta karun ini terbukalah rahasisa dari setiap diri mereka dan menjawab penyebab kenapa mereka menjadi pemuda-pemuda bangsa yang lupa diri dan memupuskan rasa cintanya terhadap negeri. Dalam pertunjukkan drama teater Sang Saka karya Dolfry Inda Suri dan Rudolf Puspa disutradarai Rudolf Puspa, juga mengisahkan perjuangan para pahlawan terdahulu yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan kembali mengenang perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan Indonesia. Hal ini yang membuat isi dalam drama ini sangat kental dengan nilai budaya dan sejarah hingga patut untuk di mengerti dan diresapi oleh setiap penontonnya. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mengkaji pertunjukan drama teater Sang Saka karya Dolfry Inda Suri dan Rudolf Puspa disutradarai Rudolf Puspa guna menemukan nilai budaya dan nilai sejarah, sehingga nantinya hasil analisis pertunjukan drama ini dapat dipahami dengan mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun