Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam Tim PKM-KC Universitas Brawijaya  mengeluarkan karya inovasi yang mampu membantu tenaga kesehatan dalam proses monitoring dan suctioning pasien trakeostomi bernama Smart Tracheostomy Tube atau STT. Kelimanya yaitu Muhammad Eksya Prapanca (teknik elektro), Agda Naufal Awaluddin Hibatullah (teknik elektro), Andika Dwi Setya Nugraha (sistem informasi), Mesywari Dedes Ganggani (kedokteran gigi), dan Nabila Aisyah Az Zahra (Kedokteran Gigi) dibimbing oleh Ir. Zainul Abidin, S.T. M.T. M.Eng. P.hD.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Kanker Nasofaring sering ditemukan pada pria dengan rasio 2-3:1 dibanding wanita dengan puncak usia 30-59 tahun. Penderita karsinoma nasofaring sering dihadapkan pada tingginya tingkat kematian karena disebabkan oleh terganggunya jalan nafas, solusi medis yang sering ditawarkan pada pasien dengan kasus kritis seperti karsinoma nasofaring adalah trakeostomi, yaitu prosedur bedah untuk pembuatan lubang di area leher bagian anterior dari trakea dengan tujuan untuk memfasilitasi pernapasan pasien. Individu yang memiliki kelainan saluran pernapasan kongenital, kelumpuhan otot pernapasan, gangguan fungsi diafragma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) membutuhkan trakeostomi.
Dari data tersebut, tim menemukan celah dalam pemantauan waktu suctioning pasien trakeostomi. Meskipun penting untuk memantau secara real-time adanya penyumbatan saluran pernapasan, namun frekuensi dan kebutuhan tindakan suctioning tidak selalu konsisten setiap 2 jam. Hal ini menunjukkan perlunya monitoring yang lebih akurat dalam perawatan pasien trakeostomi untuk mengoptimalkan manajemen lendir dan mencegah penyumbatan saluran pernapasan.
Tim PKM-KC Universitas Brawijaya berinisiatif membuat inovasi alat berupa Smart Tracheostomy Tube (STT) yang dirancang untuk memonitor dan mengelola penyumbatan saluran pernapasan pada pasien trakeostomi secara lebih efektif. Mekanisme kerja alat ini bersifat otomatis, alat ini dilengkapi dengan sensor kelembapan (RH) untuk mendeteksi lendir sebagai parameter utama serta sensor suara sebagai parameter pendukung untuk mendeteksi gurgling sound lendir dalam kanula trekeostomi. Ketika telah terdeteksi adanya peningkatan lendir yang berpotensi menyumbat saluran pernapasan, alat akan memberikan peringatan secara otomatis ke buzzer dan platform blynk sebagai panggilan bagi tenaga medis untuk segera melakukan suctioning kepada pasien trakeostomi yang terdeteksi adanya penyumbatan lendir.
"STT merupakan sebuah alat monitoring parameter suhu, kelembapan, tingkat kebisingan suara, dan kondisi penumpukan lendir secara akurat pada pasien trakeostomi, untuk membantu meningkatkan respons tim medis terhadap risiko sumbatan saluran pernapasan pasien trakeostomi  dengan memberikan perlindungan yang lebih efektif terhadap risiko obstruksi saluran pernapasan. Selain itu, inovasi ini memberikan kontribusi solutif untuk mendukung perkembangan praktek medis yang lebih efektif," kata Mesywari Dedes salah satu anggota tim, Senin (20/05/2024).
Smart Tracheostomy Tube (STT) ini dilengkapi dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) dan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan data ke buzzer serta platform blynk sehingga memberikan informasi mengenai kondisi RH lendir pasien secara real-time yang dapat diakses oleh tim medis melalui perangkat seluler. Solusi ini memungkinkan pemantauan yang lebih efektif dan respons yang lebih cepat, terutama dalam situasi emergency.Â
Lima mahasiswa UB tersebut berharap bahwa STT dapat menjadi terobosan penting dalam dunia medis, membantu mempercepat respon tim medis terhadap kebutuhan pasien dengan menjaga saluran nafas terbuka, mengurangi risiko sumbatan, dan meminimalkan komplikasi akibat peningkatan produksi lendir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H