Mohon tunggu...
Nabila Agustin
Nabila Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

hi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelisik Rekaman Suara Proklamasi pada Peran Buruh Radio dalam Sejarah Kemerdekaan

5 Januari 2025   11:54 Diperbarui: 5 Januari 2025   11:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan. Momen bersejarah ini tidak hanya ditandai oleh pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno, tetapi juga oleh peran vital para pekerja radio dalam menyebarluaskan berita kemerdekaan ke seluruh pelosok negeri. Mereka, yang sering kali bekerja di balik layar, memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa kabar kemerdekaan mencapai setiap telinga rakyat Indonesia.

Sebelum kemerdekaan, radio di Indonesia dikuasai oleh pemerintah kolonial dan kemudian oleh pendudukan Jepang. Stasiun radio seperti Hoso Kyoku digunakan sebagai alat propaganda oleh pemerintah pendudukan. Namun, para pekerja radio Indonesia melihat potensi media ini sebagai sarana perjuangan dan penyebaran informasi yang akurat kepada publik. 

Pada hari proklamasi, setelah Soekarno membacakan teks proklamasi, para pekerja radio segera bergerak untuk menyiarkan berita tersebut. Mereka menghadapi tantangan besar, termasuk sensor ketat dan ancaman dari pihak Jepang yang masih berkuasa. Namun, dengan keberanian dan dedikasi, mereka berhasil menyiarkan berita proklamasi melalui gelombang radio, memastikan bahwa kabar kemerdekaan tersebar luas. 

Di Bandung, misalnya, Radio Hoso Kyoku memainkan peran penting dalam menyiarkan berita proklamasi. Para pekerja radio di sana, seperti Sakti Alamsjah, Sam Amir, dan Darja, melakukan siaran berulang kali sehingga dunia mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Meskipun menghadapi ancaman dari tentara Jepang, mereka tetap teguh dalam menyebarkan berita kemerdekaan. 

Selain di Bandung, di berbagai daerah lain, para pekerja radio juga berperan aktif dalam menyebarkan berita proklamasi. Di Sumatera, misalnya, berita proklamasi diterima oleh masyarakat melalui siaran radio dan telegram yang disebarkan oleh pegawai Pos Telegram dan Telepon (PTT). Meskipun ada kontrol ketat dari Jepang, para pekerja radio dan PTT berhasil menyebarkan berita kemerdekaan ke berbagai wilayah. 

Di Palembang, berita proklamasi diketahui pada malam tanggal 17 Agustus 1945 oleh para pemimpin pergerakan. Informasi tersebut disampaikan oleh pemuda Mailan dan Nungcik AR yang bekerja sebagai operator di Biro Perkabaran Jepang Domei dan Palembang Shimbun. Berita tersebut kemudian ditanggapi dengan pertemuan para pemimpin daerah untuk membahas langkah-langkah menyambut proklamasi. 

Di Padang, berita proklamasi juga diketahui pada tanggal 17 Agustus malam oleh pegawai PTT yang dipekerjakan di kantor radio keresidenan bernama Aladin. Berbeda dengan yang terjadi di Bukittinggi, berita proklamasi disampaikan kepada masyarakat secara lisan oleh pegawai jawatan radio tersebut. 

Peran para pekerja radio tidak hanya terbatas pada penyebaran berita proklamasi. Mereka juga berperan dalam mempertahankan kemerdekaan dengan menyebarkan informasi yang akurat dan membantah propaganda yang dilancarkan oleh pihak Belanda. Radio Republik Indonesia (RRI), yang didirikan pada 11 September 1945, menjadi ujung tombak dalam menyebarkan informasi dan semangat perjuangan kepada rakyat Indonesia. 

Di Malang, misalnya, RRI berperan penting dalam perjuangan melawan Agresi Militer Belanda. Para pekerja radio di sana harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari serangan Belanda. Mereka tetap berupaya menyiarkan berita dan informasi kepada masyarakat, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit. 

Selain itu, RRI juga berperan sebagai penyambung aspirasi masyarakat, terutama di daerah perbatasan seperti Provinsi Kepulauan Riau. Dalam kondisi minimnya infrastruktur, RRI menjadi media yang efektif dalam menyampaikan informasi dan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. 

Para pekerja radio pada masa itu tidak hanya berperan sebagai penyiar, tetapi juga sebagai pejuang yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk memastikan bahwa suara kemerdekaan terdengar di seluruh negeri. Mereka bekerja tanpa lelah, sering kali di bawah ancaman dan tekanan, untuk memastikan bahwa rakyat Indonesia mendapatkan informasi yang benar dan akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun