Mohon tunggu...
Nabila Agustin
Nabila Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersuara dengan Kebebasan Bersama Poetri Mardika dalam Membangun Ekspresi Perempua

3 Juli 2023   16:12 Diperbarui: 3 Juli 2023   16:23 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal pergerakan nasional di Indonesia, perempuan telah memainkan peran yang sangat penting dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan pembangunan negara ini. Meskipun dalam sejarah sering kali peran perempuan diabaikan atau dilupakan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kontribusi mereka dalam pergerakan nasional tidak boleh dianggap remeh.

Pada masa kolonial Belanda, perempuan Indonesia terlibat dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap penjajah. Mereka tidak hanya menjadi pendukung dan penyemangat, tetapi juga berperan aktif dalam aksi-aksi perlawanan. Beberapa nama perempuan pahlawan seperti Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan Kartini menjadi simbol keberanian dan keteguhan perempuan Indonesia dalam melawan penindasan.

Selain itu, perempuan juga berperan dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Salah satu tokoh yang mencuat dalam hal ini adalah Raden Ajeng Kartini. Kartini adalah seorang pejuang emansipasi perempuan yang membuka jalan bagi perubahan sosial di Indonesia. Ia berjuang untuk memberikan hak pendidikan kepada perempuan, menghapuskan praktik poligami, dan melawan tradisi-tradisi patriarki yang membatasi perempuan.

Namun pada awal abad ke-20, terjadi perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat pribumi sebagai akibat dari pengenalan gagasan Politik Etis oleh Th. Van Deventer. Van Deventer merumuskan konsep Politik Etis yang melibatkan emigrasi, irigasi, dan edukasi. Kebijakan ini dianggap sebagai langkah awal menuju perubahan. Melalui kebijakan tersebut, terdoronglah terciptanya modernisasi di bidang pendidikan. Belanda membangun lembaga pendidikan modern yang mampu menciptakan masyarakat baru yang mulai memahami unsur-unsur modernitas.

Pembangunan institusi pendidikan modern oleh Belanda berhasil menghasilkan suatu komunitas yang memahami unsur-unsur modernitas. Pendidikan ini telah menghasilkan kelompok elit baru yang secara budaya memiliki pemahaman yang kuat terhadap konsep-konsep modern dan semakin menyadari kondisi mereka sebagai masyarakat yang terjajah. Selain itu, pendidikan ini juga memunculkan pandangan baru tentang peran perempuan dalam masyarakat. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, perempuan juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi nasionalis, mereka berperan dalam menggalang dukungan massa, menyebarkan propaganda, dan berpartisipasi dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah.

Keadaan perempuan pada masa penjajahan seharusnya menjadi perhatian masyarakat dan para pemimpin yang berjuang melawan penindasan pada waktu itu. Kehadiran kolonialisme dan peperangan telah menjadikan perempuan sangat terpinggirkan dan rentan. Namun, pengakuan dan penghormatan terhadap perempuan sebagai makhluk Tuhan merupakan bagian integral dari hak asasi perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri mereka. Semangat untuk memperjuangkan hak dan melawan penindasan ini tercermin dalam munculnya berbagai organisasi dan inisiatif pergerakan perempuan, salah satunya Putri Mardika.

Pada tahun 1912, di Jakarta, terbentuk organisasi perempuan pertama yang dikenal dengan nama Putri Mardika, yang diinisiasi oleh Boedi Oetomo. Putri Mardika, sebuah organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan status kaum wanita di Indonesia melalui upaya mencari dukungan keuangan bagi mereka, terutama gadis-gadis, yang ingin melanjutkan pendidikan mereka. Selain itu, organisasi wanita ini juga berkomitmen untuk memberikan penerangan dan nasihat yang berharga kepada kaum wanita Indonesia. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memberikan dukungan, arahan, dan pengetahuan kepada perempuan pribumi dalam mengejar pendidikan dan menyuarakan pendapat di masyarakat. Organisasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai individu yang terhormat, memberikan beasiswa, menerima anggota pria, serta menerbitkan majalah bulanan bernama Putri Mardika.

Perhimpunan Putri Mardika terdiri dari pria dan wanita yang sangat mendukung pergerakan emansipasi wanita di Indonesia. Tujuan kegiatan perkumpulan ini adalah untuk meningkatkan posisi wanita Indonesia melalui pendidikan dan pengajaran. Upaya ini dilakukan karena kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi wanita dalam keluarga dan masyarakat, disebabkan oleh norma adat dan penjajahan kolonial Belanda. Pada tahun pendirian Putri Mardika, Theresia Sabaroeddin terpilih sebagai ketua. Kepemimpinan kemudian diserahkan kepada Soetinah (1915), Asiah Koesrin (1916), dan Siti Katidjah Abdoerachman (1918).

Putri Mardika menginginkan adanya kebebasan bagi perempuan dari keterikatan adat atau tradisi. Kebebasan atau kemerdekaan ini menurut Putri Mardika dianggap sebagai pemberian Tuhan yang diberikan kepada semua makhluk hidup di dunia ini, oleh karena itu, kebebasan tersebut harus dipertahankan. Hasrat untuk meraih kebebasan ini diungkapkan dalam artikel surat kabar Putri Mardika, antara lain sebagai berikut:

Sesoenggoehnja djoega poetri di kamar (dipingit) soedah semistinja sekarang diseboet Poetri Mardika jang mendapat kemardikaannja, siapakah tidak hendak mardika, terlepas, bebas...? Sekali lagi kami katakan, ini perkataan boekan soeatoe perkataan baroe! Di mana Toehan telah mengadakan boemi dan langit serta isinja dengan tida ada perdjandjiannja ini bahagianmoe dan itoe bahagian engkaoe.

Untuk mencapai kebebasan atau kemerdekaan itu, perkumpulan Putri Mardika memiliki beberapa program seperti yang tercantum dalam surat kabar Poetri Mardika antara lain sebagai berikut:

Fatsal 2: Memperhatikan keada'an perempoean dengan lantaran memoeliakan kesopanan dan ketertiban begitoe djoega melinjapkan segala adat istiadat jang melintangi kemadjoean.

Fatsal 3: Boeat mendapat hasilnja dari fatsal terseboet tadi, maka Poetri Mardika beroepaja akan mendapat hasil pantes dengan menjoembang tenaganja dengan:

Bab 1: Membantoe dengan warna oewang kepada anak-anak perempoean jang miskin atau jang tidak mampoe boeat beladjar dan memoedahkan dalam meneroeskan peladjarannja.

Bab 2: Memebri nasehat dan keterangan pada anak-anak perempoean jang ingin beladjar.

Bab 3: Membangoenkan kasopanannja pengrasa'an dan ingatan dari pihak perempoean.

Bab 4: Memberi waktoe pada perempoean boeat melahirkan pikirannja dalam pandangan agar soepaja dapat melinjapkan keketjilan hati; dan

Bab 5: Segala oesaha jang dapat mendjadikan kesampoerna'anja alam perempoean

Dari program-program yang disebutkan di atas, terlihat bahwa perkumpulan tersebut bertujuan untuk memajukan perempuan dengan memberikan pendidikan dan pengajaran. Karena itulah, pada tahun 1914, perkumpulan Putri Mardika menerapkan programnya seperti yang dijelaskan dalam pasal 3 bab 1, yaitu memberikan bantuan kepada 30 gadis yang ingin melanjutkan pendidikan mereka. Pemberian dana pendidikan dilakukan dengan tujuan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan kunci untuk mencapai kesempurnaan bangsa, yang dapat mengasah pemikiran dan ilmu pengetahuan sebagai fondasi untuk mencapai kesempurnaan.

Pada masa itu, setiap organisasi pergerakan menggunakan surat kabar sebagai sarana untuk menyampaikan pesan mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh perkumpulan-perkumpulan wanita yang didirikan selama periode pergerakan ini. Mereka berupaya memiliki surat kabar dan majalah sebagai alat untuk menyebarkan gagasan-gagasan kemajuan golongan mereka, sekaligus sebagai instrumen praktis untuk pendidikan dan pengajaran.

Keberadaan surat kabar sebagai media penyebaran gagasan ini tidak terlepas dari perhatian perkumpulan Putri Mardika. Akhirnya, perkumpulan ini sendiri berusaha menerbitkan surat kabar pada tahun 1914 dengan nama yang sama, yaitu Poetri Mardika. Tujuan utama dari penerbitan surat kabar Putri Mardika ini adalah sebagai berikut:

Soerat kabar Poetri Mardika diterbitkan goena terbatja oleh sekalian orang, terlebih-lebih pada kaoem Poetri, karena saoedara itoe jang ditodjoenja, agar soepaja menambah pemandangan dan pendengarannja. Oleh karena itoe, barang siapa mempoenjai soerat kabar Poetri Mardika sesoedahnja terbatja soedi apalah kiranja memberikan pada handai dan taoelannja, agar soepaja lambat laoen sekalian orang mengetahoei toedjoean Poetri Mardika.

Majalah bulanan yang didirikan Putri Mardika mengubah pandangan (pengetahuan) melalui penyampaian ide-ide tentang kemajuan bagi kaum wanita, serta masyarakat Indonesia secara umum. Majalah ini didirikan dengan tujuan memberikan bantuan dalam hal penerangan, pendidikan, pengajaran, dan nasihat yang positif kepada kaum wanita. Misi yang diemban oleh majalah Putri Mardika ini tercantum di halaman depan majalah bulanan tersebut, "Manndblad gewijd aan belangen der Inlandsche vrouwen (Soerat kabar boelanan memperhatikan keadaannja perempoean boemi poetra)".

Surat kabar Poetri Mardika ini memuat berbagai rubrik, antara lain: "Warta Redaksi", "Warta Administrasi", "Pemandangan" (opini atau pun artikel), "Soerat Terboeka", "Correspondeen", "Permohonan", "Pengarepan", "Daftar Anggota", dan "Verslaag Poetri Mardika".

Rubrik "Warta Redaksi" adalah sekumpulan berita yang ditulis oleh anggota dewan direksi surat kabar Poetri Mardika yang membahas tentang kegiatan redaksi dan perkumpulan. Isi rubrik ini berfokus pada berita-berita terkait kegiatan redaksi dan juga perkumpulan.

Rubrik "Warta Administrasi" adalah bagian yang digunakan untuk memberitakan masalah administrasi, khususnya masalah tagihan keuangan kepada pelanggan yang memiliki tunggakan biaya abonnement. Rubrik ini ditempatkan di halaman utama surat kabar.

Rubrik "Pemandangan" secara rutin mengulas pandangan para penulis yang sering membahas topik-topik seperti monogami dan poligami, perkawinan anak-anak, serta perkawinan campuran baik dalam konteks suku maupun bangsa.

Rubrik "Soerat Terboeka" dalam surat kabar Poetri Mardika berfungsi sebagai pengumuman atau pemberitahuan dari redaksi kepada anggota perkumpulan mengenai acara-acara yang akan datang.

Sementara itu, rubrik "Correspondent" merupakan surat-surat dari pembaca yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dijawab oleh redaksi.

Rubrik "Permohonan" biasanya berisi permintaan dari redaksi kepada pelanggan.

Rubrik "Pengarepan" berisi harapan-harapan dari pelanggan surat kabar Poetri Mardika yang ditujukan kepada redaktur.

"Daftar Anggota" adalah rubrik dalam surat kabar Poetri Mardika yang berfungsi sebagai pemberitahuan dari redaktur tentang anggota baru yang bergabung dengan perkumpulan atau mengenai orang-orang yang keluar dari keanggotaan perkumpulan Putri Mardika. Pada bulan Oktober 1918, jumlah anggota perkumpulan Putri Mardika mencapai 309 orang.

Sedangkan dalam rubrik "Verslag" terdapat laporan mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh perkumpulan Putri Mardika. Salah satu rubrik yang khas dalam surat kabar Poetri Mardika adalah perdebatan antara pihak yang konservatif dengan pihak yang progresif.

Kemudian, organisasi Putri Mardika menghadapi kendala karena kurangnya pendanaan dan penurunan aktivitas organisasi yang biasanya berkontribusi dalam penyelenggaraan acara dan penulisan artikel. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kepentingan individu anggota dalam setiap urusan mereka. Faktor lain yang menyebabkan penurunan semangat organisasi ini adalah resistensi yang kuat dari masyarakat terhadap perubahan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa abad ke-20 adalah periode awal dalam perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia. Dalam konteks ini, Putri Mardika hadir dengan dampak yang mengubah pemikiran yang terbelenggu oleh adat istiadat yang merugikan perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun