Mohon tunggu...
Nabila Agustin
Nabila Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

hi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Kemerdekaan: Indonesia di Masa Bersiap

1 Mei 2023   18:13 Diperbarui: 1 Mei 2023   18:22 1586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dekolonisasi Hindia Belanda menyebabkan konflik sengit antara penjajah Belanda dan koloni yang disebut Indonesia sejak kemerdekaan. Konflik muncul setelah pemimpin nasionalis Sukarno menyatakan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Belanda, bagaimanapun, tidak mau bekerja sama dalam hal ini. Belanda hanya mau mengakui kepada Indonesia bahwa mereka menjadi negara federal di dalam kerajaan. Namun, agar hal itu terjadi, kekuasaan Belanda di Hindia Belanda harus dipulihkan terlebih dahulu. Hal ini bertentangan dengan cita-cita Sukarno dan rakyat Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka sepenuhnya. Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, terjadilah kekerasan dari sudut Indonesia terhadap Belanda dan penduduk lainnya di Indonesia. Ini disebut Masa Bersiap.

"Masa Bersiap" mengacu pada periode antara Agustus 1945 hingga Desember 1949 di Indonesia, adanya peristiwa kekerasan massal "anti-kolonial" yang dilakukan oleh terjajah terhadap penjajah Belanda dan sekutu mereka. Kata bersiap kerap diserukan jika malam menjelang. Massa rakyat bersenjata bambu runcing, golok, satu-dua senjata api seperti pistol, bersiap menantikan kedatangan serdadu-serdadu sekutu atau NICA-Belanda. Bentrokan biasa terjadi dan korban berjatuhan di kedua belah pihak, biasanya kebanyakan dari kubu Indonesia.

Sejak pertengahan September, kekerasan antara para pejuang revolusi Indonesia dengan penduduk Eropa dan Belanda tampaknya semakin meningkat. Hal ini dijelaskan oleh William Frederick dengan kedatangan unit sekutu pertama di Jawa pada tanggal 15 September. Pemuda revolusioner melihat ini sebagai upaya dunia Barat untuk memulihkan otoritas kolonial lama. Insiden kekerasan pertama setelah kedatangan pasukan Sekutu adalah insiden bendera pada 19 September. Dalam "insiden" ini, seorang pemimpin terkenal dari orang Eropa di Jawa dibunuh oleh kaum revolusioner Pemuda. Menurut Frederick, peristiwa ini meningkatkan ketegangan antara penduduk Indonesia dan Eropa, yang akan menimbulkan lebih banyak kekerasan terhadap kelompok ini di akhir tahun. Peristiwa bendera tersebut merupakan awal dari Masa Bersiap dimana kekerasan terhadap Hindia Belanda, Ambon dan Tionghoa semakin meningkat.

Pada awal Oktober, Pemuda di Surabaya menyita banyak senjata dari tentara Jepang yang harus mempertahankan kamp interniran. Ini memudahkan mereka untuk melawan unit kecil tentara Inggris. Orang-orang Eropa dibunuh di kampung-kampung kota bulan ini oleh sebuah kelompok bernama Pemuda Republik Indonesia (PRI). Kelompok ini didirikan pada tanggal 21 September 1945 dan sebagian besar terdiri dari aktivis politik muda, urban, politik kiri, dan populis. PRI menjalin hubungan baik dengan penduduk Indonesia, sehingga kekuatan PRI semakin besar. Pada awal Oktober, menurut Frederick, PRI sudah setara dengan militer Indonesia dalam hal persenjataan dan jumlah anggota. Oleh karena itu PRI menikmati kekuatan yang sangat besar dan dengan demikian memiliki banyak pengaruh terhadap kaum republik Indonesia. Ada sentimen kekerasan terhadap Belanda dan Indo di kalangan anggota PRI dan penduduk Indonesia.

Salah satu insiden paling terkenal terjadi di Simpang Club di pulau Surabaya. Orang-orang Eropa telah digantung oleh anggota PRI pada bulan Oktober dengan alasan klub ini, dan lebih banyak lagi orang yang nantinya akan disiksa dan dibunuh di situs ini. Pada tanggal 15 Oktober, PRI melakukan aksi terorganisir di seluruh kota untuk menangkap semua warga negara Belanda dan Eropa. Sebagian besar dari mereka akan dipenjarakan di Simpang Club dan Penjara Kalisosok dimana mereka disiksa dan beberapa akan meninggal. Peristiwa ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa pada awal Oktober para pemimpin Republik memerintahkan para pejuang perlawanan Indonesia untuk memperlakukan semua orang Belanda sebagai musuh dan menginternir mereka. Pemuda melihat ini sebagai izin untuk mengambil tindakan sendiri melawan Belanda dan bagian dari penduduk yang mereka percaya bekerja sama dengan Belanda.

Selain peristiwa di Simpang Club, ada juga dua peristiwa kekerasan lain yang berpengaruh terhadap musuh Pemuda. Di salah satu markas PRI di Kampementenstraat, sejumlah petinggi Belanda Indisch dan sejumlah penduduk setempat yang bekerja sama dengan penguasa kolonial lama dieksekusi. Selain itu, terjadi penyergapan pada akhir Oktober di mana konvoi warga sipil di bawah perlindungan pasukan Inggris-India diserang oleh tentara Indonesia yang bersenjata lengkap yang bekerja sama dengan PRI. 304 warga sipil dan 39 tentara tewas dalam penyergapan ini. Penyergapan ini dikatakan sebagai bentuk balas dendam atas tindakan tentara Inggris sebelumnya. Tentara Inggris memutuskan pada pertengahan Oktober untuk menjatuhkan selebaran di atas Surabaya menyerukan penduduk Indonesia untuk meletakkan senjata mereka dalam waktu 24 jam. Ini membuat marah kaum revolusioner Indonesia, menyebabkan kekerasan meningkat menjadi apa yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Surabaya. Ada ketakutan di antara penduduk Indonesia tentang rekolonisasi oleh Belanda.

Masalah pengungsi cukup besar di mana-mana. Oleh karena itu, ribuan mantan interniran di Jawa Timur dan Jawa Tengah dievakuasi ke Batavia, Singapura, Bangkok, Hindia yang dikuasai Inggris, Ceylon, Australia atau Belanda. Sebagai hasil dari evakuasi yang tergesa-gesa dan pertempuran yang berkelanjutan, tingkat perdamaian dibangun kembali di daerah-daerah kunci yang dikuasai Inggris pada awal tahun 1946. Bahkan setelah periode Bersiap ada pertempuran kecil di banyak tempat, tetapi kekerasannya tidak sekuat atau sehebat sebelumnya. Meluas seperti pada bulan-bulan terakhir tahun 1945.

Sering disebutkan bahwa kekerasan di Indonesia berada pada 'puncaknya' dari bulan Oktober sampai Desember 1945. Selama periode ini, sebagian besar kekerasan tampaknya terjadi terhadap penduduk yang dianggap musuh oleh Pemuda. Kekerasan mulai meningkat bersamaan dengan bangkitnya kekuasaan dan pengaruh Pemuda, dan tampak mereda ketika kabinet moderat Sutan Sjahrir berkuasa. Pada fase ini, kekerasan tidak hanya tampak berkurang, tetapi juga akan terjadi negosiasi antara republik Indonesia dan negara Belanda. Namun, hampir tidak mungkin untuk mengatakan dengan tepat kapan gerakan yang kacau dan tidak terstruktur seperti Bersiap itu akan berakhir. Beberapa sejarawan bahkan menyatakan bahwa Bersiap berlanjut hingga penyerahan kedaulatan pada tahun 1949.

Berapa banyak orang yang meninggal di pihak Indonesia selama periode bersiap sulit ditentukan. Perkiraan berkisar antara 30.000 sampai 100.000 pemuda tewas di Jawa. Hingga Desember 1946 pasukan Inggris dan Inggris-India menderita 655 orang tewas (600 di antaranya di Jawa), 1.663 luka-luka (1.420 di Jawa) dan 320 orang hilang (semuanya hilang di Jawa). Konflik dengan kaum nasionalis Indonesia menelan korban tentara Jepang 402 tewas, 239 luka-luka, dan 88 orang hilang. Jumlah orang Belanda dan Indo yang menjadi korban Bersiap tidak diketahui secara pasti; perkiraan berkisar dari 3.500 hingga 20.000 mati. Jumlah total sekitar 5.500 korban mungkin paling realistis.

Kekerasan nasionalis tidak terfokus secara eksklusif pada Belanda dan Cina. Ribuan rakyat Indonesia juga menjadi korban kekerasan revolusi. Pegawai negeri sipil Indonesia dan elit pribumi khususnya menjadi sasaran. Pada masa Belanda, tetapi juga di bawah Jepang, para pejabat dan elit ini telah menjadi pilar bagi rezim yang berkuasa. Selain pemberontakan anti-kolonial, ini juga merupakan revolusi sosial.

Keterkejutan orang-orang Bersiap meyakinkan banyak orang Indo-Eropa bahwa tidak akan ada tempat bagi mereka di Indonesia merdeka. Setelah penyerahan kedaulatan pada bulan Desember 1949, sebagian besar orang Indo-Eropa meninggalkan negara asalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun