Mohon tunggu...
Nabila Agustin
Nabila Agustin Mohon Tunggu... mahasiswa

Nabila Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sejarah dan Tradisi Manaqiban Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

22 Desember 2024   00:54 Diperbarui: 22 Desember 2024   00:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. tradisi manaqiban (sumber: NU online)

Di dunia Islam banyak sekali karya tulis yang mengisahkan tentang ciri-ciri tokoh-tokoh Islam  pada masanya, yang pengaruhnya sampai sekarang masih banyak dianut oleh seluruh umat Islam, khususnya umat Indonesia, yaitu Tarekat Kadariyah, salah satu pendirinya adalah Syekh Abdul. Qadir Al-Jailani. Beliau merupakan salah satu tokoh yang pada awalnya mempengaruhi terbentuknya Manaqib, yang sampai sekarang masih dianut oleh sebagian besar masyarakat, khususnya di Indonesia. Beliau memiliki nama lengkap Abdul Qadir bin Abi Shalih Abdullah Janki Dusat Al-Jaylani seorang tokoh sufi atau yang lebih dikenal oleh masyarakat akan kisahkisah
karomah dan ajaran spiritualnya. 

Tradisi manakib memiliki sejarah dengan budaya dan psikologi suatu masyarakat, keberadaanya tentu saja mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat dalam sebagian atau seluruh aspek kehidupan pengarangnya. Secara bahasa manaqiban berasal dari kata "manaqib" (Arab) artinya "biografi" ditambahkan akhir "an" (bahasa Indonesia) menjadi manaqiban yang memiliki arti "membaca manaqiban".

Abu Muhammad Abdul Qodir Jailani bin Abi Sholih Janki Dausat bin Abdillah bin Yahya bin Muhammad bin Daud bin Musa ats-Tsani bin Abdillah ats-Tsani bin Musa al-Jun bin Abdillah al-Mahdi bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Tholib, yang lebih dikenal dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, adalah seorang guru sufi yang memiliki kedudukan sebagai terhormat, memiliki moral yang tinggi, nggi, dan merupakan seorang wali yang dekat dengan Allah SWT. Garis keturunannya melacak langsung hingga Rasulullah saw. Beliau dilahirkan pada hari senin saat fajar menyingsing pada tanggal 1 Ramadhan 470 Hijriyah atau 1077 Masehi di
desan Jailan (bisa juga disebut desa Jilan, Kailan, Kilan, atau Al-Jil). Nama desa ini kemudian dinisbatkan kepada nama akhir beliau yakni al-Jailani atau al-Jili. Letak desa ini berada di kota terpencil yakni Tabaristan yang kini termasuk wilayah Iran. Di kalangan ulama sufi, Syekh Abdul Qadir al-Jailani dijuluki Sulthonul Auliya (Raja para Wali). Ajarannya terkenal dengan
istilah tasawuf akhlaki.

Menurut penuturan Syekh Muhammad al-Kasnawi, Syekh Abdul Qadir al-Jailani terlahir dari pasangan suami-istri sufi ternama pada zamannya. Adapun silsilah beliau bisa dikatakan sebagai "rantai emas". Beliau merupakan keturunan langsung sayyidina Husain (cucu Nabi Muhammad saw) dari pihak ibu dan keturunan Sayyidina Hasan (cucu Nabi Muhammad saw) dari pihak ayah. Ibunya seorang yang saleh bernama Fatimah binti Abdullah al-Shama'I alHusayni.

Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani

 
Pengertian manaqib menurut bahasa Indonesia adalah kisah kekeramatan para wali (WJ.S.  Poerwadarminta, 1990). Sementara menurut Istilah, manaqib adalah cerita-cerita mengenai kekeramatan para wali yang biasanya dapat didengar pada juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca dalam Sejarah-sejarah hidupnya (Abu Bakar Aceh, 1990).

Yang dimaksud dengan manaqib secara istilah adalah membaca kisah tentang orang-orang shalih, seperti kisah Nabi atau Auliya (para kekasih Allah). Dalam tradisinya, kisah-kisah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa yang sangat indah dengan susunan kalimat yang baik. Untuk lebih jeklasnya lagi manaqib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenakl pada diri seseorang berupa perilaku dan perbuatan yang terpuji disisi Allah SWT, sifat-sifat yang manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang baik lagi indah, suci lagi luhur, kesempurnaan-kesempurnaan yang tinggi lagi agung, serta karomah-kiaromah yang agung di sisi Allah SWT (Achmad Asrori,2010).

Gambar 1. contoh kitab manaqib (sumber: pribadi)
Gambar 1. contoh kitab manaqib (sumber: pribadi)
Manaqib tentang Syekh Abdul Qadir Jailani cukup banyak, anatara lain sebagai berikut: 1) Bahjat al-Asrar, yang ditulis okleh asy-Syattanawi (w. 713 H / 1313 M), merupakan biografi tertua dan terbaik tentang Syekh Abdul Qadir Jailani yang penuh dengan kisah keajaiban sang wali dan menjadi rujukan penuklis berikutnya. 2) khulasah al-Mafakhir, yang ditulis oleh alYafi'i (w, 768 H / 1367 M) memuat 200 kisah legenda tentang kesalehan tokohnya dan sekitar 40 kisah mistik lainnya. Naskah ini didalam bahasa Jawa dikenal sebagai hikayah Abdul Qadir Jailani yang hanya memuat 100 kisah, termasuk dalam 79 tembang. 3)khalaid al-Jawahir, karya al-Tadifi. Penyusunannya bersifat historis yang dimulai dari pembahasan kehidupan,keturunan dan lingkungan wali dan kisah ilustratif. ) Natijah at-Tahqiq oleh Abdullah Muhammad ad-Dilai  (w. 1136 H / 1724 M) memuat deskripsi kehidupan Syekh Abdul Qadir Jailani dan ucapannya yang menunjukkan kebesaran sang wali. (J. Suyuti Pulungan, 2005).

Sejarah Munculnya Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani di Indonesia


Kisah munculnya manaqib di Indonesia erat kaitannya dengan sejarahpenyebaran tasawuf di Indonesia. Memang ajaran tasawuf mendorong berbagai amalan dalam Islam, seperti thoriqoh, yang kemudian berubah menjadi amalan lain seperti manaqib.

Dalam kajian sejarah dijelaskan bahwa dari masa prasejarah pendudukKepulauan Indonesia dikenal sebagai pelaut yang mampu mengarungi lautan lepas. Sejak abad-abad pertama zaman kita, terdapat jalur maritim dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara. Wilayah barat nusantara dan sekitar Malaka telah menjadi kawasan yang menarik sejak zaman dahulu, salah satunya karena produk pertanian yang dijual menarik bagi para pedagang sebagai jalur antara Tiongkok dan India. (Yatim Badri, 2011).

Penyebaran tasawuf di Indonesia tercatat sejak masuknya ajaran Islamdi negara ini. Ketika para pedagang Muslim masuk Islam, mereka tidak hanya menggunakan pendekatan komersial, tetapi juga pendekatan sufi. Karena tasawuf mempunyai ciri-ciri khusus yang diterima oleh kalangan non-Muslim di lingkungannya, dan terbukti bahwa tersebarnya ajaran Islam di seluruh Indonesia karena jasa-jasa mayoritas para sufi, seperti mereka yang tergabung dalam Thoriqoh ini  yang terpisah dari Thoriqoh.

Begitu pula dengan timbulnya manaqib yang sudah menjadi tradisi yang terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam di Indonesia, terutama di daerah Jawa yang tidak lepas dari peranan ulama atau wali yang menyebarkan Islam dalam permulaan awal penyebaran Islam terutama di Jawa para ulama Islam yang dipimpin oleh wali songo telah mengajarkan kepada masyarakat Islam tentang ilmu thoriqoh, manaqib dan amalan-amalan lain yang selaras dengan itu. Praktek-praktek tersebut ternyata berjalan dan berkembang terus hingga saat ini, bahkan oleh masyarakat Islam hal ini dijadikan sebagai sarana dakwah Islamiyyah. Melihat sejarah
perkembangan penyebarabn Islam, maka wajar jika pada saat itu amalan-amalan tersebut juga berkembang pesat. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa munculnya manaqib di Indonesia terjadi ketika para ulama yang dipimpin oleh para sufi mengajarkan agama Islam di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun