Mohon tunggu...
Nabila Indah Prilia
Nabila Indah Prilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010057

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak.,M.Si.,CIFM.,CIABV.,CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebatinan Mangkunegara pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi

27 November 2024   14:03 Diperbarui: 28 November 2024   12:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokpri, Tugas Besar Etika UMB, Prof Dr Apollo

Nilai-nilai yang diajarkan dalam Serat Pramayoga Ranggawarsita tercermin dalam kepemimpinan Mangkunegara IV. Menurut kategori kepemimpinan ini, seorang pemimpin harus memiliki integritas, keberanian, dan kemampuan untuk menciptakan kemakmuran, keseimbangan, dan persatuan di masyarakat. 

Kepemimpinan yang efektif harus menunjukkan bagaimana seorang pemimpin dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara mereka secara keseluruhan. Pemimpin yang memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini akan menjadi teladan bagi generasi mendatang, seperti yang ditunjukkan oleh Mangkunegara IV.

Sumber: Dokpri, Tugas Besar Etika UMB, Prof Dr APollo
Sumber: Dokpri, Tugas Besar Etika UMB, Prof Dr APollo

Serat Wedhatama merupakan salah satu karya sastra klasik Jawa karya Mangkuneagaran IV yang memiliki nilai moral, etika, dan spiritual yang tinggi, khususnya untuk mengajarkan perilaku seorang pemimpin. Dalam konteks ini, teks tersebut menguraikan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berdasarkan nilai-nilai kejawaan. Beriku penjelasan tiap ajaran -- ajaran :

  • Eling lan Waspada > Seorang pemimpin harus selalu ingat kepada Tuhan (eling) dan waspada terhadap situasi serta kondisi di sekitarnya, baik dalam hubungan sosial maupun saat mengambil keputusan. Eling di sini menekankan pentingnya spiritualitas dan kepekaan batin, sementara waspada merujuk pada kecerdasan dan kehati-hatian dalam bertindak.
  • Atetambo yen wus bucik > Pemimpin tidak boleh menunggu hingga terluka atau mengalami kerusakan sebelum bertindak. Prinsip ini menekankan pentingnya pencegahan daripada pengobatan. Pemimpin harus proaktif, mengantisipasi masalah sebelum menjadi krisis.
  • Awya mematu nalutuh > Menghindari sifat angkara murka dan perbuatan nista adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik harus mampu menahan hawa nafsu, bersikap adil, dan menghindari perilaku yang dapat merugikan orang lain.
  • Kareme anguwus-uwus owose tan ana > Pemimpin tidak boleh gampang marah-marah atau menyalahkan orang lain tanpa alasan yang jelas. Hal ini mengajarkan pemimpin untuk bersikap sabar dan mencari penyelesaian secara bijak.
  • Gonyak-ganyuk ngelingsemi > Sikap tidak sopan, memalukan, atau terlalu mengikuti hawa nafsu bertentangan dengan nilai-nilai kepemimpinan. Pemimpin harus menunjukkan budi pekerti luhur dalam perilaku sehari-hari.
  • Nggugu karepe priyangga > Jangan bertindak secara egois atau semaunya sendiri. Pemimpin harus bisa menerima masukan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kebijaksanaan seorang pemimpin tercermin dari kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai pandangan.
  • Traping anggana >Pemimpin harus mampu menempatkan dirinya sesuai situasi dan kondisi. Dalam budaya Jawa, konsep ini disebut "tata krama" atau kesadaran akan tempat dan waktu.
  • Bangkit ajur ajer > Seorang pemimpin harus mudah bergaul dan bisa diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Keberhasilan seorang pemimpin terletak pada kemampuannya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya.
  • Mung ngenaki tyasing liyan > Pemimpin harus mampu menyenangkan hati orang lain, meskipun berbeda pandangan atau latar belakang. Ini menunjukkan pentingnya empati dan sikap inklusif.
  • Den iso mbasuki ujar ing janmi > Pemimpin harus memiliki kebijaksanaan dalam berkomunikasi. Cara berbicara yang halus, bijak, dan sesuai konteks merupakan ciri pemimpin yang dihormati.
  • Ngandhar-andhar angendhukur > Pemimpin harus berbicara dengan jelas, logis, rendah hati, dan tidak mengada-ada. Kata-katanya harus dapat dipercaya dan memberikan inspirasi kepada orang lain.
  • Anggung gumrunggung > Pemimpin yang sombong, pamer, atau berlebihan dalam perilakunya dianggap bodoh. Serat Wedhatama mengajarkan bahwa kesederhanaan dan kerendahan hati adalah esensi kepemimpinan.
  • Lumuh asor kudu unggul > Pemimpin harus tetap unggul dalam kualitas dan moralitas, tetapi tidak boleh merendahkan atau menindas orang lain. Kesombongan bukanlah ciri pemimpin yang sejati.

Esensi Utama Ajaran Kepemimpinan:

Terdapat pesan yang berbunyi:

"Pemimpin harus memberikan kekuatan, kekokohan, harus teguh melawan angkara murka; hidup itu wajib tanpa syarat, hidup adalah harus serius sesuai tatanan."

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan kehidupan yang tertib, adil, dan harmonis. Pemimpin tidak hanya bertugas memerintah, tetapi juga menjadi panutan yang kuat, kokoh, dan berpegang teguh pada prinsip kebenaran.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Nilai-nilai dalam Serat Wedhatama ini tetap relevan untuk diterapkan di zaman modern, baik dalam konteks pemerintahan, organisasi, maupun kehidupan sehari-hari. Dalam era globalisasi yang penuh tantangan, seorang pemimpin harus mampu menjadi:

1. Visioner, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai moral dan spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun