Mohon tunggu...
Nabila Indah Prilia
Nabila Indah Prilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010057

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak.,M.Si.,CIFM.,CIABV.,CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

31 Oktober 2024   21:22 Diperbarui: 31 Oktober 2024   21:32 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Ranggawarsita, yang memiliki nama asli Raden Ngabehi Ranggawarsita, adalah salah satu pujangga terbesar dalam sejarah sastra Jawa. Ia lahir di Yogyakarta pada tahun 1800, dalam keluarga ningrat, yang memberikan akses kepada pendidikan dan pemikiran yang lebih luas. Keluarganya memiliki latar belakang yang kaya akan tradisi dan budaya Jawa, yang memengaruhi pandangan dan karyanya. Ranggawarsita hidup pada masa yang penuh gejolak, di mana Indonesia, khususnya Jawa, mengalami pergeseran sosial, politik, dan budaya akibat penjajahan Belanda.

Sejak usia dini, Ranggawarsita sudah terpapar pada lingkungan budaya yang kental. Ia menerima pendidikan tradisional yang mengajarkan nilai-nilai sastra, filosofi, dan agama. Dalam proses pendidikannya, Ranggawarsita banyak dipengaruhi oleh karya-karya klasik, seperti "Serat Centhini," dan pemikiran-pemikiran yang mengakar dalam tradisi Jawa. Pendidikan yang diperolehnya membentuk dasar pemikirannya yang reflektif dan mendalam.

Salah satu aspek yang paling menarik dari karya Ranggawarsita adalah kemampuannya menggabungkan elemen-elemen dari berbagai tradisi, termasuk Hindu, Buddha, dan Islam. Hal ini menciptakan sebuah karya yang tidak hanya kaya secara budaya, tetapi juga relevan dalam konteks spiritual dan sosial. Karya-karyanya sering kali menekankan pentingnya moralitas, etika, dan tanggung jawab sosial, yang mencerminkan keprihatinannya terhadap masyarakat.

Karya monumental Ranggawarsita adalah "Serat Kalatidha," yang ditulis sekitar tahun 1865. Dalam karya ini, ia mengekspresikan pandangan hidupnya melalui berbagai tema, termasuk tentang zaman, kehidupan, dan spiritualitas. "Serat Kalatidha" menyajikan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup manusia, perubahan zaman, serta nilai-nilai yang harus dipegang teguh dalam menghadapi tantangan hidup. Melalui karya ini, Ranggawarsita berusaha memberikan panduan bagi masyarakat untuk memahami arti kehidupan dan pentingnya kebijaksanaan dalam bertindak.

Selain "Serat Kalatidha," Ranggawarsita juga menulis sejumlah karya lain yang meliputi puisi, prosa, dan naskah-naskah yang membahas berbagai aspek kehidupan. Ia sering mengkritik kondisi sosial dan politik di Jawa, terutama pada masa pemerintahan Belanda yang semakin menguat. Melalui kritiknya, Ranggawarsita berusaha menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesadaran akan identitas dan budaya lokal.

Dalam konteks sejarah, Ranggawarsita hidup di tengah periode kolonialisme yang membawa banyak perubahan dalam struktur sosial dan budaya. Belanda tidak hanya menguasai wilayah, tetapi juga berusaha mengubah cara hidup masyarakat Jawa. Ranggawarsita, melalui karya-karyanya, memberikan suara kepada masyarakat yang merasa terpinggirkan oleh kekuasaan kolonial. Ia menekankan pentingnya pelestarian budaya dan bahasa Jawa sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan budaya.

Di samping sebagai seorang sastrawan, Ranggawarsita juga dikenal sebagai seorang pemikir yang kritis. Ia tidak hanya mengandalkan tradisi, tetapi juga terbuka terhadap ide-ide baru. Hal ini tercermin dalam cara ia menulis, di mana ia sering mengadopsi bahasa yang lebih modern dan mudah dipahami oleh masyarakat luas. Dengan demikian, karya-karyanya dapat diakses oleh berbagai kalangan, tidak terbatas pada kelas ningrat saja.

Ranggawarsita juga berperan dalam pengembangan pendidikan di Jawa. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengangkat martabat masyarakat. Dalam pandangannya, pendidikan bukan hanya soal penguasaan ilmu, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan moralitas. Melalui berbagai inisiatifnya, Ranggawarsita berusaha mempromosikan pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.

Kehidupan Ranggawarsita berakhir pada tahun 1873, tetapi warisannya tetap hidup hingga hari ini. Karya-karyanya terus dipelajari dan dihargai, tidak hanya sebagai bagian dari sastra Jawa, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia secara keseluruhan. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang membantu membangkitkan kesadaran identitas Jawa, dan menekankan pentingnya pelestarian budaya di tengah arus globalisasi.

Secara keseluruhan, Ranggawarsita adalah simbol kekuatan sastra dan pemikiran di Indonesia, khususnya dalam konteks kebudayaan Jawa. Karya-karyanya tidak hanya mencerminkan kondisi zamannya, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus mengembangkan dan melestarikan budaya dan identitas mereka. Ranggawarsita bukan hanya seorang pujangga, tetapi juga seorang pemikir yang berkontribusi terhadap pembentukan masyarakat yang lebih sadar akan nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun