Kentang merupakan tanaman sayuran yang tergolong dalam tanaman pangan utama. Produksi kentang di Indonesia mengalami kenaikan di setiap tahunnya, salah satu nya ada di Provinsi Jawa Timur yang menjadi penyumbang kentang terbesar seluruh Pulau Jawa mencapai 324,34 ribu ton.Â
Perkembangan ini mendorong masyarakat untuk melakukan pengolahan bernilai jual tinggi pada kentang menjadi keripik kentang. Selain itu, pengolahan ini dilakukan karena masa simpan kentang yang singkat yaitu selama 20 hari saja sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut.Â
Keripik kentang merupakan salah satu produk olahan kentang yang melalui beberapa tahapan proses seperti proses sortasi, pengupasan, pencucian, pengirisan, perendaman dengan air kapur, perebusan, penjemuran, penggorengan, dan pengemasan. Dalam proses produksinya, setiap perusahaan harus mampu mencapai target yang telah ditentukan sehingga konsumen dapat terpenuhi akan kebutuhannya.Â
Pencapaian target perusahaan dapat berjalan dengan lancar apabila mampu mengatur dan mengelola rantai pasok yang terjalin. Selain itu, pengukuran rantai pasok menjadi solusi yang mampu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam meminimalkan biaya.Â
OMAX memiliki konsep untuk mengetahui indikator-indikator dalam kinerja rantai pasok. Penentuan skala kinerja rantai pasok menggunakan OMAX memberikan gambaran mengenai level performansi dari unit kerja dalam bentuk Tarffic Light System dengan 3 kategori warna, yaitu merah, kuning, dan hijau. Dengan menggunakan OMAX dalam pengukuran kinerja rantai pasok, perusahaan dapat mengetahui indikator-indikator apa saja yang perlu diperbaiki.Â
UMKM X merupakan perusahaan perorangan yang memproduksi keripik kentang dalam jumlah yang cukup besar, menurut penelitian yang dilakukan oleh penulis, terjadi ketidaksesuaian dalam penerimaan bahan baku, proses produksi, dan pengiriman produk sehingga terjadi pengembalian produk oleh retailer.Â
Ketidaksesuaian dalam rantai pasok UMKM X disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaktepatan peramalan produksi, besarnya biaya yang dikelurkan, besarnya penggunaan energi selama produksi, dan tingginya jumlah pengembalian produk.Â
Nilai performance yang didapatkan menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengukur kinerja rantai pasok masih berada pada rentang rata-rata. Hal ini dilihat dari data perusahaan yang diolah masih tergolong pada kategori kuning.Â
Rekomendasi perbaikan dari ketidaktsesuaian rantai pasok UMKM X dapat diberikan sesuai dengan kondisi perusahaan yang dilihat berdasarkan hasil observasi dan analisis menggunakan Objective Matrix (OMAX) yang telah dilakukan.
Melalui penulis, terdapat beberapa rekomendasi perbaikan yang mampu meningkatkan kinerja rantai pasok pada UMKM X diantaranya melakukan komunikasi yang baik antara pemasok, perusahaan, dan retailer. Dengan komunikasi yang baik antar pemegang rantai pasok, maka besarnya biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir dengan melakukan negosiasi kepada supplier untuk menurunkan harga yang ditetapkan. Komunikasi yang baik juga mampu memperbaiki jumlah pengembalian produk dari retailer dengan cara memberikan pemasaran yang lebih menarik sehingga meningkatkan penjualan dan mengurangi adanya pengembalian produk ke perusahaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H