"Kamu tidak becus, kamu payah!"
"Menggambar saja tidak bisa, huh!"
"Sudahlah, menyerah saja dengan soal ini."
"Besok -besok tidak usah kesini kalau menyetrika saja tidak rapih."
"Bodohnya anak perempuanku, menyapu saja tidak bersih!"
"Menikah saja kalau tidak bisa kimia."
"Kalau urusan makan saja lancar, kalau urusan uang kamu bisa apa."
Ya Tuhan, tolonglah
Apa aku bisa menerima semua dan mengalah
Menjadi anti kritik daripada terpecah belah
Kritik-kritik tak sopan yang terus berulah
Izinkan aku untuk menjadi pemerintah
"Beginilah, anakku. Segala hal yang ada dalam hidup ini terjadi karena kita mengalami, kita memiliki ketahanan masing-masing. Kritik itu ada karena kau bergerak. Bergerak itu wajib, maka kritik itu juga wajib. Jangan  membungkam, jangan mengeluh, tetapi hadapilah seperti kau dilahirkan untuknya. Namun, jika kau merasa tak mampu menghadapinya, jangan mengeluh juga karena itu akan menghilang sesaat setelah kau menghadapinya."
Seperti sembab dari dua kelopak mata yang mengikis
Itulah hati, kadang terang kadang menangis
Hadapi cuap-cuap ego mereka dengan senyuman manis
Bersyukurlah jika menerima kritik, kebaikan dalam magis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H