Orang yang paling dekat dan paling berharga bagi siapapun, tetapi juga begitu akrab dan konsisten sehingga mereka menjadi acuh tak acuh. Namun, keberadaan cinta tanpa syarat yang selalu berdiri di sisi saya tidak peduli apa yang saya lakukan, benar atau salah, dimanapun situasi saya. Itu ibuku.
Ketika kita bersama, kita tidak mengenal satu sama lain dengan baik karena kita sudah terbiasa, tetapi saat kita menyadari bahwa waktu kita bersama lebih singkat dari yang kita kira, hati kita saling luluh. Waktu hidup kita sangatlah singkat.Â
Berada dalam situasi usia yang berbeda, dan kecepatan waktu yang dirasakanpun berbeda, lambat laun berlalu. Dalam menghadapi perjalanan waktu seperti itu, tak terasa kita akan memahami apa itu penuaan, kematian, dan ketidakhadiran.
Lalu, bagaimana kalau kita meluangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan kepada ibu sebelum keberadaan seorang ibu benar-benar meninggalkan tempatnya dan nomor teleponnya tidak ada?Â
Sampai saat ini, banyak orang yang menyanyikan lagu tentang cinta kepada ibu hingga tidak bisa menyampaikan perasaan pada sosok ibu yang tumbuh selama masih hidup secara langsung. Kita semua memiliki kehidupan yang berbeda, tetapi jika kita mau melihat lebih dalam, entah bagaimana kehidupan ibu kita menyentuh hati kita dengan kelembutan dan perhatian .Â
Lalu kini, mengapa kita tidak mencoba mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga pada ibu kita. Apakah masih ragu, takut, dan bimbang? Lakukanlah sebelum semuanya terlambat.
Kita sering meremehkan generasi lama sebagai orang tua yang "kudet" atau ketinggalan zaman. Dewasa ini pun banyak anak muda  sering berkata "Bapak dan ibu ini sudah tua lebih baik istirahat saja di rumah." Bukankah hal itu terdengar menyakitkan bagi mereka?  Jika tak mampu berkata baik, tolong diam saja.Â
Katakan kepada mereka kalimat-kalimat baik dan sanjungan sebagai ucapan syukur dan terima kasih. Baik-buruknya mereka adalah baik-buruknya kita juga, bukan? Sampaikanlah doa supaya mereka hidup sehat, dan bahagia termasuk kepada ibu kita.Â
Ketika melihat orang-orang dewasa setelah bertengkar, hidup mereka terlihat tetap menyenangkan. Mereka tetap mau mendengarkan kawannya bicara dan akan menasihati hal-hal yang mengandung kebijaksanaan. Pun sama. Meskipun kita sudah lama dekat dengan ibu kita, akan ada kehidupan ibu yang tidak kita kenal dengan baik dan akan menimbulkan salah paham.Â
Bahkan kalau memang sebenarnya kita tidak mengerti semuanya, mengapa kita tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan kehidupan ibu kita?Â
Waktu tidak akan bisa terulang. Kesempatan pun belum tentu hadir untuk kedua kalinya. Jangan sampai terlambat. Selagi beliau masih ada maka luangkanlah waktu sebentar, mungkin sekitar 5-10 menit untuk sekadar menanyakan "Halo bu, apa kabar?". Saya yakin hal itu akan banyak membuatmu lega dan bahagia. Jika rasa rindu untuk mendengar lebih banyak cerita ibu telah hadir, mengapa tidak mencoba menelepon ibu sekarang?
Sudahkah menelepon ibumu hari ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI