Mohon tunggu...
Asagift
Asagift Mohon Tunggu... Penulis - Guru

Ini adalah cara saya mengingat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Payung yang Tertinggal

11 Agustus 2020   23:01 Diperbarui: 12 Agustus 2020   17:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingatkah kau?
Pada masa kita hanya bisa makan garam
Yang tak lebih lima puluh jumlahnya
Pada masa kau berjalan sendirian, temaram

Masih terekam jelas dalam benakku
Aneh jika kau sudah lupa hal itu
Masalahnya bukan bagaimana kau memperlakukanku dulu
Masalahnya aku tak akan mempermasalahkan dirimu
Tidak lagi, sungguh

Jika senja esok telah tiba
Cobalah untuk mengingat arah sungai
Ikutilah hingga kau berada pada hilirnya
Ikutilah hingga kau menemukan pandora berharga

Sebuah payung hitam yang melebur
Dengan gagang setengah hilang
Dengan seikat bunga melati tanda pamitku sayang
Yang dulu tertinggal dan tak sempat kuucapkan

Terimalah maaf dari sang bulan ini
Meskipun aku pasif tak menyinarimu
Aku sangat patuh berdoa pada semesta
Lalu bersikeras untuk senyum dari suatu nisan

Dengan tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun