Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal di Eropa sebagai "Avveroes" lahir dengan nama lengkap Abu Al-Walid Muhamad Ibn Muhamad Ibn Rusyd pada tahun 520 H / 1126 M di kota Kordoba, Andalusia (Spanyol).
Beliau berasal dari keluarga ahli fiqih, ayahnya Abu Al-Qasim terkenal sebagai hakim di Kordoba dan kakeknya Abu Al-Walid Muhammad adalah kepala hakim di Kordoba dan Imam Masjid Agung Kordoba.
Keluarga Ibnu Rusyd memiliki keturunan yang terkenal dalam bidang keilmuan, kakeknya dikenal sebagai Qadhi di Cordoba dan meninggalkan karya-karya ilmiah penting pada masa itu di Spanyol.
Kakek Ibnu Rusyd mewarisi keilmuan ke Ayahnya, yang kemudian mendorongnya untuk mengejar pendidikan yang luas mulai dari kitab Qanun karya Ibnu Sina di bidang kedokteran, serta bidang lain seperti matematika, fisika, astronomi, logika, dan filsafat.
Di kota Cordoba, Ibnu Rusyd mulai mempelajari ilmu pengetahuan dari berbagai bidang seperti Al-Qur'an, hadis, fiqih, matematika, astronomi, dan kedokteran.
Pada usia remaja, Ibnu Rusyd meninggalkan keluarganya untuk belajar dari para fuqaha di Andalusia seperti Abu Al Aim Basykawal, Abu Marwan bin Masarrah, dan lainnya untuk memperdalam pengetahuan.
Sebagai dewasa, Ibnu Rusyd menjadi ahli ilmuwan yang terkenal disiplin ilmu pengetahuan, terutama di bidang kedokteran. Ia belajar kedokteran dari Abu Ja'far Harun At-Tirjali dan Abu Marwan bin Kharbul, serta filsafat dari Ibnu Bajjah.
Pada tahun 1153M, Ibnu Rusyd melakukan pengamatan astronomi di Marrakesh dan membantu pembangunan perguruan tinggi. Di sana ia bertemu dengan Ibnu Thufail, penulis novel Hayy ibn Yaqzhan yang juga dokter istana.
Ibnu Rusyd dan Ibnu Thufail berselisih dalam masalah filsafat meskipun berteman. Selain itu, ia memiliki hubungan baik dengan dokter Abu Marwan bin Zuhr dan raja Dinasti Muwahhidun.
Ibnu Rusyd dekat dengan amir ketiga Khalifah Abu Yusuf Al-Mansyur, menjadikan nya hakim di Sevilla pada tahun 1169M dan kemudian di Cordoba sebelum dilantik sebagai dokter istana pada tahun 1182M.
Dalam domain ilmu pengetahuan, Ibnu Rusyd, seorang filosof Muslim, merupakan salah satu yang memiliki pengaruh terbesar di Barat. Salah satu pemikiran terkemuka beliau adalah menyatukan antara agama (wahyu) dan filsafat (akal), yang dengan jelas menghubungkan antara dua tokoh tersebut yaitu Aristoteles dan Muhammad.Â
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafat merupakan cara untuk mempelajari segala sesuatu yang berwujud dan untuk merenungkan tentang keberadaan Sang Pencipta yang telah menciptakan alam dan segalanya. Pengamatan ini membuat pemikiran Ibnu Rusyd semakin kokoh terhadap filsafatnya. Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa dengan menggunakan akal/pikiran, seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang muncul dengan sendirinya, yang tidak tercantum dalam agama.
Dalam perjalanan waktu, pemikiran filosofis Ibnu Rusyd semakin menarik dan matang, menarik minat dari banyak orang yang ingin memahami ilmu tersebut. Pengaruh Ibnu Rusyd di Eropa sangat signifikan pada saat itu, meskipun pengaruh ini tidak langsung dari beliau, melainkan melalui murid-murid yang belajar dari Eropa ke Andalusia secara langsung. Pengaruh besar Ibnu Rusyd di Eropa juga tercermin dalam munculnya gerakan Avveroisme yang memperkaya dan memperluas pemikiran filosofis.
Pemikiran Ibnu Rusyd menjadi sangat populer di Eropa karena hubungan antara agama dan filsafat bukanlah hal baru dalam tradisi pemikiran Islam. Namun, beberapa sarjana dan ulama Islam tidak menerima begitu saja gagasan-gagasan yang diusung oleh pemikiran Islam.
 Karya-karya Ibnu Rusyd menunjukkan kebesaran dan kejeniusannya. Dia selalu membagi pembahasannya dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik, dan pendapat. Ibnu Rusyd merupakan seorang komentator dan kritikus ulung yang memberikan ulasan mendalam terhadap karya-karya filsuf terdahulu, khususnya Aristoteles.
Sejarawan berpendapat bahwa Ibnu Rusyd telah menulis sekitar 78 buku dalam berbagai bidang ilmu, termasuk filsafat, ilmu alam, fikih, falak, matematika, astronomi, nahwu, sastra, serta kedokteran. Ermest Renan menyatakan jumlah karya Ibnu Rusyd sebanyak 78 judul buku dalam berbagai bidang ilmu. Penyusunan kronologis karya-karya Ibnu Rusyd pertama kali dilakukan oleh M. Alonso dalam karyanya "La Cronogia en Las Obras des Averoes" pada tahun 1943. Karya-karya Ibnu Rusyd dibedakan antara karya yang didasarkan pada pemikiran beliau sendiri dan karya yang merupakan komentar atas karya-karya orang lain, terutama karya Aristoteles.
Peran Ibnu Rusyd sangat penting dalam membela filsafat dari tindakan Agresif al-Ghazali. Dia menjawab serangan Al-Ghazali dengan menerbitkan buku berjudul Tahafutu Al-Tahfut (Kerancuan dari Kerancuan), yang menjadi dasar pemikiran beliau dalam menyelamatkan filsafat. Pada waktu itu, pemikiran Ibnu Rusyd terkenal lebih di Barat daripada di Timur karena sebagian besar karyanya yang asli telah dihancurkan atau dilarang diterbitkan. Filsafat yang diusung oleh Ibnu Rusyd mudah diterima oleh masyarakat Barat, tetapi tidak demikian halnya di Timur karena masyarakat di sana lebih condong kepada gerakan mistis keagamaan.
Meskipun pemikiran Ibnu Rusyd menuai kontroversi, sehingga beliau bahkan pernah dihujat, dikafirkan, dan diasingkan ke Maghribi (Maroko), pada akhirnya, Ibnu Rusyd wafat dan meninggalkan warisan ilmiah berupa karya-karya terkenal yang tersebar di Barat dan Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H