Mohon tunggu...
NABILA ANGGRAINIKUSUMAWATI
NABILA ANGGRAINIKUSUMAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pilihan Pekerjaan dan Dampaknya terhadap Pengganguran Sarjana

16 Oktober 2024   11:20 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:49 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh banyak negara termasuk negara Indonesia. Angka pengangguran yang tinggi masih menjadi persoalan yang harus diselesaikan. 

Ditemukan beberapa fakta tentang sarjana yang sulit mencari pekerjaan, pekerjaan berperan penting dalam memberikan indikasi status seseorang di masyarakat, dan tentu saja dihadapan keluarganya.

Karena semakin banyaknya sarjana yang dihasilkan justru akan menimbulkan masalah yang baru , yaitu banyaknya pengangguran di kalangan sarjana. Salah satu penyebab utama fenomena ini adalah ketidakcocokan antara lain yaitu memilih antara perkejaan atau keterampilan yang dimiliki oleh para sarjana.

Berbagai faktor menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi faktor pribadi, sistem pendidikan, dan kondisi pasar kerja. 

Banyak lulusan perguruan tinggi memiliki harapan yang tinggi terhadap pekerjaan dan gaji setelah lulus. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan di pasar kerja sering kali membuat mereka menolak pekerjaan yang ditawarkan.

Standar kesuksesan yang diukur berdasarkan jabatan, harta, dan status sosial semakin memperparah kondisi ini. Ketidaksesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri yang dinamis. 

Banyak lulusan tidak memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Akibatnya, lulusan sarjana mengalami kesulitan bersaing di dunia kerja yang semakin menuntut keterampilan praktis.

Overproduksi lulusan di bidang-bidang tertentu seperti ekonomi, hukum, dan manajemen juga menjadi faktor penyebab banyaknya sarjana yang menganggur. Munculnya teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI) juga menciptakan kecemasan di kalangan masyarakat bahwa pekerjaan mereka akan digantikan oleh mesin.

 Adanya keterkaitan kerja dengan the power of/orang dalam, sehingga seseorang yang tidak memiliki orang dalam meskipun skillnya bagus akan tertinggal dan kesulitan mencari pekerjaan ketimbang orang yang memiliki the power of.

Terjadinya kesenjangan yang disebabkan karena jumlah pencari kerja lebih banyak dari pada jumlah lowongan kerja. Kemalasan dan kurang efektif dalam mencari tau informasi padahal di era internet. 

Seperti mencari informasi lowongan pekerjaan seharusnya menjadi lebih mudah karena banyaknya akses platform yang menawarkan informasi lowongan kerja, namun meskipun demikian banyak sarjana yang tidak memanfaatkan media online yang tersedia untuk mencari lowongan pekerjaan sesuai dengan bidang dan minatnya masing -- masing.

     Kurang efektif dalam membuat CV/Curriculum Vitae, sebagai calon pekerja harus mampu menunjukkan kualifikasi, pengalaman, prestasi dan kepribadian secara menarik dan profesional. Namun banyaknya sarjana yang membuat CV secara asal-asalan, tidak rapi, dan tidak sesuai dengan standar yang pihak perusahaan inginkan. Kurang memperhatikan rencana dan strategi yang matang untuk mencapai tujuan karirnya.

   Meningkatnya masalah sosial. Sarjana yang menganggur cenderung mengalami frustasi, terkadang karena masalah keluarga, ekonomi sehingga putus kuliah atau bahkan karena pergaulan sehingga mudah terpengaruhi oleh hal-hal negatif seperti narkoba, kekerasan, kriminalitas, radikalisme dll.

   Dampak dari pengangguran tidak hanya mempengaruhi individu yang terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi juga dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap sebuah pendidikan. Beberapa dampak dari pengangguran lulusan perguruan tinggi pada masyarakat antara lain:

   Pertama, kurangnya minat masyarakat untuk melanjutkan ketingkat perguruan tinggi, banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi mengurangi minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan tinggi, mereka lebih memilih melanjutkan sampai ketingkat SMA sederajat, dimana kebanyakan masyarakat memandang kuliah untuk mencari kerja dan tamat SMA juga bisa bisa langsung bekerja.

  Kasus pengangguran ini dapat dilihat dari sudut pandang sosiologi hukum dan dikaitkan dengan ruang lingkup serta kajian karakteristiknya. 

Pada dasarnya ruang lingkup sosiologi hukum adalah pola-pola perilaku dalam masyarakat, yaitu cara-cara masyarakat baik itu bertindak atau berperilaku hingga menghasilkan suatu kebiasaan yang sama dari orang-orang yang hidup bersama dalam masyarakat.

  Kedua, dengan mengadakan kampanye informasi dan melakukan sosialisasi di lingkungan masyarakat dan juga lembaga-lembaga pendidikan, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, melalui kampanye informasi dan sosialisasi ini diharapkan dapat menekankan nilai pendidikan sebagai investasi masa depan, dengan demikian masyarakat dapat lebih memahami manfaat pendidikan dan berpatisipasi dalam upaya-upaya mengatasi hambatan ekonomi.

  Pengangguran di anggap sebagai akibat ketidaksetaraan dalam kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan yang tidak merata, hal ini dapat menyebabkan lulusan perguruan tinggi yang tidak berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi pengangguran dan mencari jalan lain untuk memenuhi kebutuhannya, yang dapat berdampak pada tindakan kriminal.

   Melihat adanya perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarkat pasti akan muncul nilai-nilai baru. Misalnya, dengan semakin berkembangnya teknologi dan semua serba melalui media sosial maka akan muncul nilai-nilai baru.

Peningkatan jumlah pengangguran dapat berdampak pada stabilitas sosial. Ketidakstabilan ekonomi yang diakibatkan oleh ketidaksesuaian jurusan dapat menyebabkan konsekuensi sosial yang lebih luas, seperti peningkatan tingkat kemiskinan, ketidaksetaraan, dan masalah sosial atau bahkan mudah terpengaruhi oleh hal hal yang negatif , seperti narkoba, kekerasaan, Kriminalitas, radikalisme, dll.

Fenomena pengangguran di kalangan sarjana merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia saat ini

. Dengan berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadi pengganguran pada sarjana, seperti ekspektasi yang tidak realistis, ketidaksesuaian kurikulum, dan ketimpangan antara lulusan dan lowongan pekerjaan, diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasinya. 

Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan negeri maupun swasta, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan  program pendidikan dan pelatihan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Memberikan panduan karir yang baik dan memotivasi pemilihan jurusan berdasarkan minat dan bakat dapat membantu mengurangi dampak negatif  yang berkelanjutan.

Di buat oleh : 

- Nabila Anggraini Kusumawati

- Bunga Intana Asterlia Arlita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun