Rabu 16 Oktober - Novel "Notasi" karya Morra Quatro merupakan sebuah karya fiksi yang menggabungkan elemen-elemen sejarah dan romance. Cerita ini berlatar di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1998, periode yang masanya oleh gerakan reformasi dan perubahan politik di Indonesia. Novel ini mengambil sudut pandang mahasiswa Yogyakarta dan memberikan gambaran detil tentang peristiwa-peristiwa penting pada masa itu, termasuk tragedi kerusuhan Mei 1998.
Novel Notasi karya Morra Quatro menggambarkan kisah romansa antara Nalia, mahasiswa kedokteran gigi, dan Nino, mahasiswa teknik elektro, di tengah ketegangan Reformasi Mei 1998. Keduanya terlibat dalam aksi demonstrasi menuntut keadilan terhadap rezim Soeharto. Melalui narasi yang emosional, novel ini mengeksplorasi nilai kemanusiaan dan perjuangan mahasiswa saat itu. Nalia menunggu Nino yang hilang setelah aksi protes, hanya menerima surat-surat tanpa alamat darinya. Akhir cerita yang menyentuh memicu refleksi mendalam tentang sejarah dan pengorbanan generasi muda Indonesia pada saat itu.
Dalam novel ini menceritakan bagaiamana karakter masing masing yang sangat kuat, dimulai dengan plot kompleks, seorang mahasiswi kedokteran gigi Naila yang melibatkan mahasiswa teknik elektro Nino dimana pada saat itu kerjasama yang mulanya akan dijalin mendadak sirna karna terdapat sebuah persaingan ketat antara 2 kubu yang begitu bersaing . Terlebih mahasiswa elektro yang tidak menyukai mahasiswa fakultas kedokteran gigi dengan iming iming bahwa seluruh mahasiswa kedokteran gigi kaya dan "dianak emaskan" dibandingkan fakultas teknik, yang pada saat itu seharusnya nahasiswa teknik diberikan fasilitas yang memadai karena membutuhkan beberapa perlengkapan yang mencakup alat elektronik.
Hingga sebuah persaingan yang mulanya begitu ketat antara mahasiswa teknik elektro dan mahasiswa kedokteran gigi kian memanas dimana Nino bersama teman teman bem fakultasnya bertentangan terlebih untuk mengincar jabatan calon BEM antar fakultas, namun saat perpecahan terjadi masalah yang lebih serius datang dan ini bukan lagi tingkat persaingan calon BEM antar fakultas melainkan terkait kerusuhan yang terjadi pada 1998 yang terjadi hampir di seluruh negeri, dan tak terkecuali di Jogja.
Terlebih masalah kian timbul saat salah satu karya mahasiswa yang ditampilkan di event itu memang mengkritik pemerintahan zaman Orde Baru yang melindas keadilan. Pada masa itu juga, kebebasan berpendapat belum diperbolehkan selama masa kepresidenan Soeharto.
Hal ini terbukti dengan peristiwa penembakan di kampus itu. Situasi yang sangat mencekam itu pun, akhirnya membuat kedua kubu yang mulanya berseteru, mau tak mau bersatu untuk mengumpulkan hak masing masing yang sudah dirampas. Dan juga upaya ini dilakukan agar tidak ada lagi teman - teman mahasiswa kampus yang dapat menjadi korban kembali.
Reformasi pecah ketika para mahasiswa yang kecewa dengan pemerintahan akhirnya turun ke jalan untuk melakukan demo besar-besaran, dengan tujuan menuntut keadilan pada rezim Soeharto. Nino dan Nalia menjadi bagian dari mahasiswa yang bergerak menuntut keadilan. Selain melakukan demo, mereka juga memanfaatkan Radio Jawara FM, milik Fakultas Teknik Elektro untuk menjadi sarana menyuarakan perlawanan kepada para penguasa saat itu.
Pada akhir di novel memiliki ending cerita yang tidak biasa dimana pada saat setelah cerita yang berlalu dan mereka dipisahkan karena kerusuhan yang terjadi namun mereka memiliki kehidupan yang terus berjalan tanpa pernah untuk berkomunikask kembali, dan akhir yang begitu membingungkan pembaca karena tidak memiliki penjelasan yang lebih detail.
Dalam Novel ini sendiri memiliki banyak arti kehidupan yang terjadi serta sebagai pengingat akan perjuangan mahasiswa di era reformasi. Dan gaya penulisan Morra yang puitis dan kuat membuat pembaca merasakan ketegangan dan harapan. Meskipun ada beberapa kekurangan teknis, seperti typo, keseluruhan novel ini berhasil menyentuh hati dan mengingatkan pembaca akan pentingnya sejarah serta keberanian generasi muda.
Dalam novel notasi sendiri terdapat beberapa kekurangan, yang menurut saya pribadi sedikit membingungkan. terlebih pada frasa yang tertulis kadang menggunakan kata lampau, dan plot yang membingungkan karena perubahan latar waktu yang tidak konsisten,hingga membuat saya pribadi merasa alurnya lambat dan mentok disitu situ saja terus saat adanya perubahan benar benar baru merasa fresh karena sudah berganti alur meski tidak banyak dijelaskan dan membuat para pembaca sedikit kebingungan terkait plot yang tengah terjadi dan baru menemukan alasan dibeberapa bab selanjutnya. Serta dengan tidak adanya penjelasan terkait bagaimana ending tersebut dapat demikian yang malah menurut saya bertanya tanya "hah kok bisa seperti ini endingnya?" dan banyaknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI