Di Banyuwangi sendiri akibat adanya arus urbanisasi yang membuat warga disekitar wilayah perkotaan mencari kerja di daerah perkotaan dengan acuan banyaknya lapangan kerja yang tersedia, namun hal ini berdampak pada persaingan antara pencari kerja.Â
Perusahaan atau instansi akan lebih mengedepankan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam hal intelektualnya, dalam hal ini jika di telaah lagi mengenai sumber daya manuasia, di Banyuwangi (menurut sumber BPS Banyuwangi 2019) lulusan terbanyak adalah hanya sampai SD. Ini menyulitkan mereka untuk bersaing dengan para lulusan akademisi dalam mencari pekerjaan.
Masalah lapangan pekerjaan ini berkaitan juga dengan kebutuhan pemukiman. Dimana jika orang yang bekerja diperkotaan yang berasal dari desa, atau wilayah sekitarnya seperti Muncar, Rogojampi, Genteng, Srono dan lainnya membutuhkan akses yang lebih cepat untuk sampai ke tempat pekerjaannya dan solusi utama yang mereka lakukan selain mengambil perumahan sebagai tempat tinggal mereka, adalah dengan tinggal sementara di kontrakan ataupun kos dekat tempat kerja mereka.
Masalah lain yang banyak muncul sebagai akibat dari kekalahan persaingan dalam memilih kerja dan tingginya harga tanah adalah kemiskinan. Sebenarnya kemiskinan bukan merupakan masalah di perkotaan karena pada dasarnya diharapkan pada lingkup perkotaan dan fasilitasnya yang memeadai diharapkan mampu mengembangkan skill dan kemampuan rakyat miskin.Â
Dalam hal ini dibutuhkan pemberdayaan pada sumber daya manusianya agar lebih produktif lagi dengan mengembangkan kemampuan yang mereka kuasai. Sebagai contoh adalah dengan mengembangkan usaha mikro di wilayah tempat tinggalnya atau bisa berjualan pada situs online.
Dan jika sukses ataupun usaha mikronya berhasil mereka bisa menyewa ruko yang biasanya terdapat di pinggir jalan koridor perkotaan agar usahanya dapat berkembang dan ini salah satu uapaya mencegah kemiskinan pada daerah perkotaan di Banyuwangi juga seperti contoh di alun alun pusat kota didalamnya disediakan bangunan semi permanen yang diperuntukan bagi masyarakat yang ingin mengembagkan usaha mikronya. Tidak menutup kemungkinan bahwa susahnya mencari pinjaman modal membuat mereka memilih alternatif lain dengan cara kriminal. Hal seperti ini sudah banyak terjadi di daerah perkotaan lainnya, tidak hanya di Banyuwangi saja.
Dari akibat kemiskinan tadi, di Banyuwangi sendiri juga semakin merebaknya sektor usaha informal. Sebenarnya sektor ini sangat membantu masyarakat yang kalah saing dalam bidang akademiknya dalam bekerja karna yang dibutuhkan hanyalah skill. Apalagi dimasa pandemi seperti ini sektor usaha informal masih bisa terus berkembang. Namun jika terlalu banyak usaha sektor informal bisa mengganggu ketertiban dan kerapihan kota.
Sejatinya selalu ada masalah di setiap wilayah perkotaan, namun ini menjadi tantangan Pemerintah daerah sekaligus masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang efektif dan nyaman untuk ditinggali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H