Film pendek True Love In Java (Mimi Lan Mintuna) adalah film karya rumah produksi Menepi Films pada tahun 2016, yang disutradarai oleh Muhammad Ridwan BE, dan dipublikasikan pada tahun 2017 melalui platform viddsee.com. Film ini masuk dalam kategori 10 Film Terpopuler Viddsee Indonesia 2017, selain itu film ini juga menang dalam beberapa festival film seperti Film Festival Indie Lampung, Toraja Film Festival, Malang Film Festivalm dan lain-lain.
Film bergenre romance ini bercerita tentang sepasang kekasih Lastri dan Kamdi yang hidup pada era 80an, yang mana pada era tersebut mulai ada perubahan mengenai kepercayaan budaya jawa yang sudah mulai memudar. Lastri lahir di dalam keluarga yang masih menjunjung tinggi adat jawa, hingga akhirnya kisah cinta mereka berdua terpaksa kandas karena tidak direstui orang tua Lastri lantaran weton mereka tidak cocok.
Film ini mengangkat tentang tradisi Budaya Jawa di dalam hubungan sepasang kekasih. Â (Wewengkang & Moordiningsih, 2016) menyatakan Budaya Jawa adalah wujud dari sebuah kearifan lokal yang memiliki nilai yang terkandung didalamnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap pandangan atau cara hidup. Film ini juga menggunakan dialog Bahasa Jawa yang sangat mendukung cerita dan visualnya.
Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sisten penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui baha (Juliastuti, 2000)
Dalam film True Love In Java (Mimi Lan Mintuna) mengangkat Budaya Jawa terkait kepercayaan seperti weton, dan primbon. Budaya weton dalam film ini direpresentasikan ketika Kamdi bertamu ke rumah Lastri dengan tujuan melamar Lastri, kemudian orang tua Lastri menanyakan hari lahir Kamdi guna untuk dicocokan dengan weton Lastri agar mendapatkan tanggal pernikahan yang baik. Selain itu, ketika Lastri mengirimkan surat kepada Kamdi, yang mana cintanya terpaksa kandas, dalam film tersebut diperlihatkan dalam scene ketika Ayah Lastri sedang menghitung weton diruang tamu, kemudian menginformasikan kepada Lastri bahwa weton Lastri dan Kamdi tidak cocok dan tidak bisa menikah agar tidak mendatangkan mara bahaya. Dalam Budaya Jawa menghitung weton merupakan hal yang harus dilakukan sebelum melakukan hajat besar agar acara tersebut lancar tanpa hambatan, dipercayai dengan memperhitungkan weton maka hal-hal baik akan datang terhadap mereka.
Budaya Jawa mengenai primbon, dalam film ini digambarkan pada adegan ketika Kamdi memberikan Lastri sebuah sepeda ontel, kemudian Lastri menanyakan kapan Kamdi membeli sepeda tersebut, Kamdi menjawab "kemarin pagi.", Lastri pun menjelaskan bahwa kemarin pagi adalah hari Jumat Kliwon dan Lastri mengatakan bahwa akan celaka bila membeli barang pada Jumat Kliwon. Dalam kepercayaan Budaya Jawa ada yang dikenal sebagai hari baik dan hari buruk, Hari baik yaitu hari yang dianggap cocok perhitungan primbon, begitupun sebaliknya.
 Di sisi lain, film ini menunjukan beragam tradisi Budaya Jawa yang belum banyak diketahui oleh orang yang disampaikan melalui dialog antar tokoh, adegan, maupun latar dalam cerita itu sendiri. Film ini dikemas dengan visual yang baik dan cerita yang mudah dipahami, agar para penonton dapat memahami isi pesan dan tersampaikan dengan baik.
Nabila Aghisna Al Sakhinah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Ahmad Dahlan