Mohon tunggu...
Nabil Nurcholis
Nabil Nurcholis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku adalah Nabil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Olah Limbah Sabut Kelapa Menjadi Media Tanam Cocopeat dan Cocofiber Sebagai Upaya Mewujudkan SDGs 12 : Pelatihan di SMP Darus Sholihin Kota Batu

21 Mei 2024   23:55 Diperbarui: 22 Mei 2024   00:03 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberian reward kepada kelompok terbaik/dokpri

Penumpukan limbah merupakan satu dari sekian banyak permasalahan sosial yang sering dijumpai di Indonesia.  Menurut Badan Pusat Statistik dan berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2018, jumlah produksi tanaman perkebunan selalu meningkat (Oktavia, 2019). Kelapa menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menjadi primadona di Indonesia karena bernilai ekonomis tinggi dan hampir semua bagian pada tanamannya dapat diolah dan dimanfaatkan secara komersial. Berdasarkan polutannya, serabut kelapa digolongkan ke dalam jenis limbah organik. 

Sabut kelapa, produk sampingan dari industri kelapa, telah menjadi sumber permasalahan lingkungan yang signifikan di banyak wilayah tropis. Meskipun kelapa adalah salah satu tanaman yang paling serbaguna di dunia, menghasilkan buah yang bermanfaat dan beragam produk turunannya, namun limbah sabut kelapa telah menjadi sumber kekhawatiran serius dalam konteks pengelolaan lingkungan.

Penumpukan limbah sabut kelapa/dokpri
Penumpukan limbah sabut kelapa/dokpri

Dampak negatif tumpukan limbah sabut kelapa diantaranya lingkungan menjadi kotor dan tidak sedap dipandang mata, dapat menjadi sarang tikus, maupun nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah. Selain itu, adanya hewan peliharaan warga seperti ayam dan itik yang dibiarkan berkeliaran di area pemukiman menyebabkan tumpukan limbah serabut kelapa berserakan di jalan dan mengganggu kenyamanan warga sekitar. Jika dibiarkan secara terus menerus, tumpukan limbah tersebut juga dapat merusak tanaman di pekarangan yang ditanami pohon pisang dan singkong. 

Adapun solusi yang dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan penumpukan limbah serabut kelapa tersebut adalah melakukan pengolahan limbah menjadi produk yang inovatif dan bermanfaat, seperti cocofiber dan cocopeat. Maka dari itu, kami Mahasiswa Universitas Negeri Malang mengadakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan untuk mengubah limbah sabut kelapa menjadi cocofiber dan cocopeat yang digunakan untuk media tanam.

Praktik pembuatan cocopiet dan cocofiber/dokpri
Praktik pembuatan cocopiet dan cocofiber/dokpri

Pelatihan ini dilakukan di SMP Darus Sholihin Kota Batu. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Mei 2024 dan kegiatan pelatihan dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Mei 2024. Tujuan dari kegiatan yang kami lakukan sendiri adalah sebagai salah satu upaya untuk menangani penumpukan limbah sabut kelapa yang ada di masyarakat serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Nomor 12

Pemberian reward kepada kelompok terbaik/dokpri
Pemberian reward kepada kelompok terbaik/dokpri

Diharapkan siswa setelah mengikuti kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran akan lingkungan untuk mengelola limbah menjadi produk yang lebih berguna dan memiliki nilai ekonomis. 

Pengolahan limbah serabut kelapa menjadi media tanam cocopeat dan cocofiber memiliki dampak positif terhadap beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Berikut adalah beberapa kaitan antara pengolahan limbah serabut kelapa dan SDGs:

  • SDG 12: Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab
    • Pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopeat dan cocofiber merupakan bentuk pengelolaan limbah yang bertanggung jawab. Dengan mengubah limbah menjadi produk yang bermanfaat, kita mengurangi jumlah limbah yang dibuang begitu saja.
    • Cocopeat dan cocofiber juga dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku yang ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan pada bahan-bahan sintetis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun