3. Menurut Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an syakilatun adalah keadaan yang diartikan sebagai tabiat dan pengaruh alam sekitar.Â
4. Merujuk pada Tafsir Ibn Katsir, berdasar pendapat Ibn Abbas, syakilatun adalah keahlian masing-masing orang. Menurut Mujahid adalah keadaan masing-masing. Menurut Qatadah adalah niatnya masing-masing. Sedangkan menurut Ibn Zais adalah keyakinannya masing-masing.Â
Dari beberapa tafsiran diatas, kita dapat mengetahui bahwa korelasi antara teori rasisme dengan QS. AL-Isro' adalah bahwa keduannya membenarkan adanya keadaan yang dimiliki oleh masing-masing individu yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Maka dari pengaruh tersebut, akan muncul beberapa kelompok yang memiliki persamaan, baik itu persamaan tujuan, ras, wilayah, pemikiran, fisik, dan lain sebagainya. Dan menurut teori rasisme tiap-tiap kelompok akan merasa bahwa dirinya lebih unggul daripada kelompok lain, yang bisa mengakibatkan perseteruan, perselihihan, pertengkaran, dan lain sebagainya. Kemudian alternatif yang diberikan oleh Allah melalui al-Qur'an adalah bahwa Allah lebih mengetahui siapa yang paling benar jalannya. Kalimat ini menyatakan anjuran untuk tidak saling mengunggulkan diri atas kelompok yang lain, karena Dzat yang paling benar adalah Allah, maka kelompok yang paling mendekati kebenaran adalah kelompok yang mematuhi perintah Allah, dan tidak melanggar larangannya. Dan permasalahan tidak dapat dinilai oleh orang atau kelompok manapun selain Dzat Allah sendiri. Jadi perlakuan membangga-banggakan diri ataupun kelompok atas orang lain adalah perilaku yang tidak dibenarkan. Selain tidak benar menurut Allah, juga dapat menimbulkan perselisihan di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H