Kelurahan Tambangan, Semarang (04/02) - Pendidikan karakter menjadi unsur penting dalam pencapaian visi misi pembangunan nasional, sehingga banyak disalurkan melalui pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Pendidikan karakter melalui pendidikan formal biasanya berbentuk mata pelajaran wajib di sekolah, seperti adanya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Namun, sayangnya tujuan dari mata pelajaran tersebut adalah untuk mengembangkan karakter siswa sejak dini sebagai bekal generasi muda penerus bangsa bukan fokus ke nilai moral kehidupan.
Oleh karena itu mahasiswa KKN UNDIP bernama Nabiella Salsabil Ependi dari program studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang Universitas Diponegoro  memperkenalkan suatu konsep pendidikan karakter dari Jepang bernama Doutoku Kyouiku. Doutoku Kyouiku merupakan sebutan untuk pendidikan karakter yang mana pendidikan karakter ini dijadikan sebuah mata pelajaran wajib di sekolah Jepang mulai dari jenjang Sekolah Dasar (Shougakkou) hingga Sekolah Menengah (Koukou).Â
Mata pelajaran ini belajar mengenai tata karma, nilai kebaikan, nilai kedisplinan, dan nilai kesantunan. Melalui Doutoku Kyouiku inilah tercipta karakter bangsa Jepang yang terkenal sebagai bangsa yang khas dengan karakter disiplin, ulet, jujur, pekerja keras, bertoleransi tinggi, dan sebagainya.Â
Doutoku Kyouiku sendiri terdiri dari 4 aspek, yaitu (1) keahlian dalam mengenali diri sendiri, (2) keahlian dalam bersosialisasi dengan orang lain, (3) keahlian dalam menghormati kehidupan, alam, dan ciptaan-Nya, dan (4) keahlian bersosialisasi dalam kelompok dan masyarakat.
Mahasiswa KKN (Nabiella Salsabil E.) memberikan edukasi pendidikan karakter berkonsep Doutoku Kyouiku ini kepada kalangan anak-anak di lingkungan RW 01 Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Sasaran kegiatan merupakan anak-anak dari kelas 1 (satu) hingga kelas 6 (enam) agar nilai-nilai pendidikan karakter sudah tertanam sejak dini dan mereka bisa mengaplikasikannya kelak.Â
Kegiatan ini sengaja dilaksanakan pada sore hari pada tanggal 04 Februari 2022, karena dari hasil wawancara terhadap Ibu Lina selaku RW 01 Tambangan yang mengatakan bahwa pada jam tersebut anak-anak biasanya sedang bermain bersama. Oleh karena itu jam tersebut merupakan waktu yang tepat untuk memberikan edukasi sambil bermain.
Kegiatan diawali dengan perkenalan masing-masing anak dengan menyebutkan nama, kelas, dan cita-cita yang bertujuan untuk melatih anak untuk mengenali diri sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan edukasi tentang aspek-aspek Doutoku Kyouiku sampai contoh pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari melalui beberapa video dan gambar.Â
Setelah anak-anak paham mengenai konsep Doutoku Kyouiku, mereka diberikan sebuah cerita pendek bergambar yang berisi studi kasus di dalamnya untuk didiskusikan.Â
Anak-anak diberi waktu selama 45 menit untuk mengerjakan dan diskusi dilakukan secara berkelompok 3-4 orang dengan tujuan anak-anak dapat belajar bersosialisasi dengan orang lain.
Terakhir, kegiatan ditutup dengan membacakan cerita pendek dan hasil dari diskusi secara perwakilan kelompok. Sedangkan kelompok lain menyimak dan menyanggah jika tidak setuju dengan hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi.
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan ini, penulis berharap anak-anak tidak hanya mengetahui konsep pendidikan karakter semata, tetapi juga mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat.
Penulis: Nabiella Salsabil Ependi
Dosen Pembimbing Lapangan: Asri Nurdiana, S.T., M.T.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H