Mohon tunggu...
Nabiel atsar
Nabiel atsar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa D-IV teknologi radiologi pencitraan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gelombang Protes Menggema, Polemik Kenaikan UKT 2024 Masih Membara

5 Juni 2024   15:10 Diperbarui: 5 Juni 2024   15:13 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tahun 2024 menjadi tahun penuh gejolak bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya terkait dengan kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di berbagai perguruan tinggi negeri (PTN). Di awal tahun, rencana kenaikan UKT di sejumlah PTN menuai penolakan keras dari berbagai pihak, terutama mahasiswa. Aksi protes dan demonstrasi digelar di berbagai daerah, menyuarakan kekhawatiran akan semakin sulitnya akses pendidikan tinggi bagi kalangan kurang mampu.

Kebijakan yang Mengundang Kontroversi

Pada awal tahun 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 2 Tahun 2024 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT). Aturan ini menjadi dasar bagi PTN untuk menyesuaikan UKT berdasarkan besaran SSBOPT yang baru.

Kenaikan UKT di sejumlah PTN bervariasi, dengan beberapa di antaranya mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini tentu saja memicu kekhawatiran bagi banyak pihak, terutama bagi keluarga mahasiswa yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kekhawatiran ini diperparah dengan kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih pasca pandemi COVID-19.

Mahasiswa Berteriak, Menggelorakan Aspirasi

Mahasiswa, sebagai pihak yang paling terdampak oleh kebijakan kenaikan UKT, menjadi garda terdepan dalam aksi protes. Mereka turun ke jalan, menyuarakan penolakan terhadap kebijakan yang dianggap memberatkan dan tidak adil.

Aksi protes mahasiswa bukan hanya tentang kenaikan UKT, tetapi juga tentang keresahan mereka terhadap sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang dirasa semakin komersial dan tidak berpihak pada rakyat. Mereka menuntut transparansi dalam pengelolaan keuangan PTN, skema bantuan keuangan yang lebih mudah diakses, dan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tanpa harus membebani mahasiswa dengan biaya yang semakin mahal.

Pemerintah: Antara Kebutuhan dan Respons

Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek, menjelaskan bahwa kenaikan UKT diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan di PTN. Mereka berargumen bahwa selama ini, PTN kekurangan dana untuk melakukan pembenahan infrastruktur, peningkatan gaji dosen, dan pengembangan program-program inovatif.

Namun, penjelasan tersebut tidak cukup meredakan keresahan mahasiswa. Mereka melihat bahwa kenaikan UKT hanya akan memperparah kesenjangan akses pendidikan tinggi bagi kalangan kurang mampu. Mereka menuntut alternatif solusi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Mencari Solusi yang Berimbang

Polemik kenaikan UKT 2024 menjadi cerminan kompleksitas permasalahan dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Di satu sisi, terdapat kebutuhan PTN untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan layanannya. Di sisi lain, terdapat pula kekhawatiran akan semakin sulitnya akses pendidikan tinggi bagi kalangan kurang mampu.

Menemukan solusi yang tepat dan berimbang menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Perlu dilakukan kajian mendalam dan dialog terbuka antara pemerintah, PTN, mahasiswa, dan masyarakat sipil untuk mencari solusi yang tidak hanya berfokus pada peningkatan pendapatan PTN, tetapi juga memastikan akses pendidikan tinggi yang adil dan terjangkau bagi semua kalangan.

Berikut beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam mencari solusi:

  • Transparansi dan Akuntabilitas: PTN harus transparan dalam pengelolaan keuangannya dan akuntabel kepada publik terkait penggunaan dana UKT.
  • Skema Bantuan Keuangan: Pemerintah perlu memperluas dan mempermudah akses terhadap skema bantuan keuangan bagi mahasiswa kurang mampu, seperti beasiswa, subsidi UKT, dan program afirmasi.
  • Peningkatan Pendapatan PTN dari Sumber Lain: PTN perlu mengeksplorasi sumber pendanaan lain di luar UKT, seperti kerjasama dengan industri, pengembangan usaha mandiri, dan optimalisasi aset.
  • Efisiensi Pengelolaan Keuangan: PTN perlu melakukan efisiensi dalam pengelolaan keuangannya untuk meminimalisir pemborosan dan memastikan penggunaan dana yang optimal.

Menyelesaikan polemik kenaikan UKT 2024 membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak. Dengan dialog yang terbuka dan konstruktif, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tepat dan berkelanjutan untuk memastikan akses pendidikan tinggi yang berkualitas dan terjangkau bagi semua kalangan.

Masa Depan yang Masih Abu-abu

Polemik kenaikan UKT 2024 masih belum menemukan titik terang. Masa depan akses pendidikan tinggi bagi kalangan kurang mampu di Indonesia masih diselimuti ketidakpastian. Akankah solusi yang adil dan berkelanjutan dapat ditemukan? Atau kekhawatiran mahasiswa akan semakin sulitnya akses pendidikan tinggi menjadi kenyataan?

Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti, polemik ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa pendidikan tinggi adalah hak semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun