Mohon tunggu...
Nabial C G
Nabial C G Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Para Loyalis Obat Sirop Perlu Berkompromi

6 Agustus 2024   15:02 Diperbarui: 6 Agustus 2024   15:06 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash   

Obat itu pahit kalau manis itu bukan obat. Frasa inilah yang sering berkembang di masyarakat tentang rasa obat. 

Selama melayani pasien sebagai apoteker di apotek, bisa saya katakan kalau selain harga obat, dan khasiat obat ada alasan lain yang menjadi alasan para pelanggan membeli obat adalah rasa obat itu sendiri.

Dari pantauan saya selama ini hal ini tidak berlaku untuk semua sediaan obat, hal ini hanya berlaku pada sediaan obat sirup saja. Dari Farmakope Indonesia edisi  III, obat sirup adalah sediaan cair yang terdiri dari larutan yang mengandung sukrosa. Kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. 

Secara umum obat sirup ini adalah larutan kental dari gula yang sudah ditambah obat atau zat aktif, dan rasanya didominasi rasa manis.

Kebanyakan obat sirup ini dibuat untuk balita, dan anak-anak. Ya wajar saja rasa dari obat sirup didominasi dengan rasa manis. Hal aneh rasanya jika kita memberikan obat tablet atau kapsul untuk diminum balita atau anak-anak. 

Walaupun sebenarnya ada beberapa obat sirup yang diperuntukkan untuk dewasa juga. Hal yang membedakannya hanya dari segi rasa saja. Kebanyakan obat sirup untuk dewasa tidak didominasi rasa manis buah-buahan seperti jeruk, apel ataupun semacamnya yang ada obat sirup untuk dewasa didominasi rasa menthol untuk memberikan sensasi adem, dan  lega. 

Biasanya para pelanggan atau pasien saya akan mencari obat sirup untuk anak dengan memberikan spesifik nama merk tertentu dan memiliki rasa spesifik juga seperti strawberry, jeruk, anggur dsb. 

Saya juga pernah mencoba beberapa kali untuk menawarkan obat sirup lain dengan indikasi dan kandungan yang sama persis, harga yang sama, dan khasiat yang sama namun,  selalu muncul keengganan dari raut wajah mereka untuk menerima rekomendasi obat yang saya berikan, dan ada juga yang menolaknya secara gamblang. Awalnya saya tidak menganggap hal tersebut sesuatu hal aneh. Toh itu hak tiap para pembeli untuk membeli. 

Dan akhirnya saya menemukan alasan yang masuk akal di balik kekehnya para pasien ingin membeli obat sirup dengan rasa spesifik, dan merk yang spesifik. Dikala musim batuk pilek menerpa yang disebabkan oleh, pergantian musim. Juga kejadian seperti tadi sering terjadi, bahkan berulang kali. Saya mencoba mencari tahu juga menggali lebih dalam dan bertanya ke para pelanggan terkait hal ini. 

Sudah cocok dengan rasanya

Ternyata rasa sangat mempengaruhi motif minum obat pada pasien terutama anak-anak, Hal ini saya ketahui setelah mendengar  jawaban para pasien yang saya tanyakan di apotek tempat saya bekerja. 

Jawaban yang saya ingat dari seorang ibu mau membeli obat sirup untuk anaknya yang sedang mengalami batuk pilek. Dirinya spesifik meminta sirup dengan merk A dengan rasa yang spesifik pula, yang kemudian saya jawab stok obat A kosong dengan dengan rasa itu.

Kemudian saya coba tawarkan obat lain yang memiliki kandungan, rasa yang sama dan indikasi yang sama persis untuk ibu tersebut. 

Dan dirinya menolak karena, merasa tidak cocok. Dirinya menjelaskan udah cocok sama obat A, dirinya berkata saya pernah kasih anak saya obat lain jadinya anak saya tidak mau minum. Kata anak saya rasanya nggak enak. 

Fenomena ini tentunya menjadi hal yang baru untuk saya sebagai Apoteker. Selain efek terapi obat ternyata rasa obat menjadi salah satu keberhasilan terapi untuk pasien. 

Dan sepertinya formulasi sirup mempengaruhi para pasien untuk membeli obat sehingga muncul rasa loyal pada merek tertentu. 

Sudah merasa cocok dengan obat tersebut

Selain sudah cocok dengan rasanya nyatanya para pembeli obat sirup sudah merasa cocok juga dengan obat tersebut. Para pasien merasa bahwa obat tersebut membawa khasiat yang mumpuni untuk mengatasi rasa sakit. 

Kemanjuran, juga khasiatnya sudah teruji, dan mampu mengatasi keluhan menurut mereka. 

Ya, sekali lagi saya katakan hal seperti ini merupakan temuan baru bagi saya, dan menurut saya ini baik untuk para pasien.  Kenapa? karena, kami para nakes sudah tidak perlu mengingatkan kembali untuk minum obat agar cepat sembuh. Motivasi mereka sudah baik, dan benar untuk hal ini. 

Ya temuan ini menunjukkan bahwasanya pasien memiliki merk obat andalan masing-masing, dan itu tidak bisa diganggu gugat.

Alternatif tidak menjadi solutif

Nah, saya sudah menyampaikan hal baiknya namun,  kondisi ini juga bisa  mendatangkan hal buruk lainnya  menurut saya. Ada yang masih mengingat kejadian terpaparnya obat sirup anak tempo lalu? yang dimana para korban mengalami gagal ginjal.

Kejadian tersebut membuat geram banyak lapisan masyarakat. 

Kami para apoteker pun  dibuat geram oleh kejadian tersebut. Untuk para pasien yang sudah jatuh hati dengan merek obat sirup tertentu akan kebingungan mencari penggantinya, ditambah muncul rasa was-was karena, sudah terlanjur mengkonsumsi obat sirup tersebut.

Muncul rasa khawatir dampak apa yang akan terjadi karena, sudah terlanjur minum obat tersebut. Padahal tercemarnya bahan baku obat tersebut baru-baru kemarin bukan saat mereka mengkonsumsi obatnya.  

Bagi kami kejadian tempo kemarin membuat jumlah stok obat sirup yang sudah kami sediakan tidak bisa dijual, dan butuh proses lama untuk penarikannya dari distributor. Tentu hal itu mengganggu kinerja kami para apoteker yang bekerja di apotek, dan mengganggu pembukuan apotek. 

Ada rekan sejawat saya yang bekerja di klinik Ibu dan anak dibuat keteteran karena, kejadian tersebut. Solusi dari tercemarnya obat sirup tersebut, mengharuskan kami mengganti sediaan obat untuk para pasien. 

Tentunya kami tidak kehabisan akal untuk mengatasi sakit untuk para pasien. Solusinya untuk terhindar dari sediaan sirup tercemar, banyak rekan sejawat saya membuat sedian puyer sebagai alternatif obat sirup. 

Sediaan puyer merupakan obat dari sediaan padat seperti tablet yang digerus menjadi halus atau bubuk. Sehingga untuk meminum obat ini biasanya dicampur terlebih dahulu dengan air agar larut, dan memudahkan untuk diminum.

Obat puyer ini rasanya tidak mengenakkan. Saya rasa kita sepakat dengan ini semuanya.

Kita saja yang sudah dewasa jika disuruh minum obat puyer yang langsung menyentuh lidah pasti tahu pahitnya seperti apa. Apalagi diberikan pada anak-anak. 

Walaupun sediaan puyer tidak memiliki rasa yang sama dengan obat sirup, kami membuat sediaan puyer  untuk anak-anak berbeda dengan orang dewasa, kami menambahkan rasa manis. Akan Tetapi seperti yang saya sampaikan sebelumnya rasa tidak bisa bohong. Untuk anak kok coba-coba?. 

Banyak keluhan yang terjadi dengan penggantian obat ini. Hal ini membuat anak-anak demotivasi untuk minum obat karena rasa yang tidak enak.

Rasa pahitnya obat memang membuat tidak nyaman. Saran saya sebagai apoteker boleh-boleh menjadi loyalis dengan merk obat tertentu dan meminta kami untuk memberikan obat dengan cita rasa yang enak itu tidak apa-apa namun, jangan lupa perihal obat zat aktifnya yang perlu diutamakan. Sehingga sakit yang dirasakan bisa diatasi. 

Pasien perlu memiliki rasa kompromi terhadap keterbukaan obat lain sehingga bisa mengatasi keluhan sakit di semua kondisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun