Jawaban yang saya ingat dari seorang ibu mau membeli obat sirup untuk anaknya yang sedang mengalami batuk pilek. Dirinya spesifik meminta sirup dengan merk A dengan rasa yang spesifik pula, yang kemudian saya jawab stok obat A kosong dengan dengan rasa itu.
Kemudian saya coba tawarkan obat lain yang memiliki kandungan, rasa yang sama dan indikasi yang sama persis untuk ibu tersebut.Â
Dan dirinya menolak karena, merasa tidak cocok. Dirinya menjelaskan udah cocok sama obat A, dirinya berkata saya pernah kasih anak saya obat lain jadinya anak saya tidak mau minum. Kata anak saya rasanya nggak enak.Â
Fenomena ini tentunya menjadi hal yang baru untuk saya sebagai Apoteker. Selain efek terapi obat ternyata rasa obat menjadi salah satu keberhasilan terapi untuk pasien.Â
Dan sepertinya formulasi sirup mempengaruhi para pasien untuk membeli obat sehingga muncul rasa loyal pada merek tertentu.Â
Sudah merasa cocok dengan obat tersebut
Selain sudah cocok dengan rasanya nyatanya para pembeli obat sirup sudah merasa cocok juga dengan obat tersebut. Para pasien merasa bahwa obat tersebut membawa khasiat yang mumpuni untuk mengatasi rasa sakit.Â
Kemanjuran, juga khasiatnya sudah teruji, dan mampu mengatasi keluhan menurut mereka.Â
Ya, sekali lagi saya katakan hal seperti ini merupakan temuan baru bagi saya, dan menurut saya ini baik untuk para pasien. Â Kenapa? karena, kami para nakes sudah tidak perlu mengingatkan kembali untuk minum obat agar cepat sembuh. Motivasi mereka sudah baik, dan benar untuk hal ini.Â
Ya temuan ini menunjukkan bahwasanya pasien memiliki merk obat andalan masing-masing, dan itu tidak bisa diganggu gugat.
Alternatif tidak menjadi solutif
Nah, saya sudah menyampaikan hal baiknya namun,  kondisi ini juga bisa  mendatangkan hal buruk lainnya  menurut saya. Ada yang masih mengingat kejadian terpaparnya obat sirup anak tempo lalu? yang dimana para korban mengalami gagal ginjal.
Kejadian tersebut membuat geram banyak lapisan masyarakat.Â