Musim pancaroba dan musim liburan membawa artinya yang banyak untuk saya. Selain hari libur ada hal lain yang membuat bulan ini cukup istimewa. Ada pengalaman saya selama liburan kemarin yang rasanya perlu saya bagikan.Â
Sempat banyak berita naiknya covid  dengan varian baru. Walaupun media berita sudah banyak yang menyiarkan dan di lini masa media sosial sempat membahasnya. Rasanya respon kita biasa-biasa saja seperti dahulu awal kemunculan.Â
Saya pun tidak terlalu parno membaca berita naiknya covid. Itu awalnya yang pada akhirnya saya merasa menjadi korban.Â
Sepulang kerja tenggorokan saya gatal, hidung mengeluarkan cairan bening nan deras. Saya yakin kita semua tahu tanda-tanda apa ini yup pilek.Â
Nah, terkena pilek saat ini dan dulu memiliki rasa yang berbeda. Semuanya berubah karena virus Covid 19. Tidak ada lagi yang bilang cuman pilek dengan entengnya. Hal yang paling terasa adalah penggunaan masker medis demi tidak menyebarkan virusnya.Â
Tindakan dan sikap saya tentunya tidak ingin panik apalagi saya masih ada shift kerja esok harinya. Pasca tanda gejala muncul malamnya saya langsung meriang, tulang linu, terkapar merebahkan diri, dan badan rasanya kayak habis digebukin orang-orang sekampung.Â
Badan linu tidak bertenaga
Saya ketularan oleh teman saya yang sebelumnya kena pilek. Kalau dirinya memiliki tanda gejala yang jelas batuk dan pilek dirinya bahkan menghabiskan satu pack tisu untuk menyeka cairan hidung yang menyumbat pernapasan.Â
Berbeda dengan dirinya tanda gejala yang saya alami tidak sama. Mental dan pikiran yang membuat saya tumbang.Â
Badan saya linu, pikiran aur-auran, dan mood saya jatuh sejatuhnya. Varian baru Covid-19 EG.5 atau Eris nampaknya bukan isapan jempol semata.Â
Mengutip dari  Yale Medicine, varian EG.5 mempunyai mutasi baru pada protein yang dimana hal ini  berpotensi menghindari sebagian kekebalan yang diperoleh setelah infeksi atau vaksinasi.