KBBIÂ Mantri adalah nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas (keahlian) khusus; juru; 2 juru rawat kepala (biasanya laki-laki); pembantu dokter;.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau ÂSosok Mantri identik dengan orang yang berperan penting dalam mengobati orang-orang di masyarakat Indonesia. Keberadaan Mantri sudah ada sejak dahulu kala negara Indonesia belum merdeka.
Mantri merupakan tenaga kesehatan yang sudah menjadi seorang sosok yang dikagumi , dan juga penting oleh masyarakat. Juga mantri sering dikenal sebagai sosok yang  serba bisa untuk menangani segala permasalahan penyakit di masyarakat.
Mantri sejatinya merupakan seorang perawat, walaupun begitu mantri biasanya melakukan diagnosa, dan tindakan medis semacam operasi. Saya sendiri pun pernah mendapatkan sentuhan medis dari seorang mantri waktu saya masih kecil dulu.
Dulu saya saat mudik ke kampung halaman ayah, saya sempat sakit diare hingga demam hingga 3 hari lamanya. Ayah membawa saya ke mantri kenalannya, saya masih ingat mantri tersebut sempat menempelkan stetoskop ke dada saya, dan meraba kepala saya untuk mengecek demam saya.
Hal yang itu lah yang saya ingat adalah saat itu saya hanya tergeletak tidak berdaya, badan demam, dan sempat muntah. Dulu saya tidak tahu kalau dia adalah seorang mantri, baru saya tahu saat beranjak dewasa. Setelah pemeriksaan mantri tersebut memberikan beberapa obat pada ayah saya untuk diminum.
Mantri seringkali menjadi primadona untuk beberapa kalangan karena, tindak tanduknya di masyarakat yang cukup banyak berkontribusi. Tidak perlu ke rumah sakit apalagi bertemu dengan dokter mantri siap sedia di desa-desa untuk menangani masyarakat yang sakit.
Namun, tak jarang juga mantri melakukan tindakan medis yang menurut saya sudah diluar ranahnya. Mantri merupakan seorang perawat tapi, melakukan diagnosa pada pasien, dan melakukan tindakan medis yang seharusnya dilakukan oleh dokter bedah.
Dalam melakukan pelayanan kesehatan tak jarang Mantri merangkap profesi medis lainnya. Seperti Dokter, perawat, bidan, Apoteker, dan bahkan ahli gizi juga bisa. Sehingga dalam sekali pelayanan kesehatan Mantri mendiagnosa pasien, melakukan tindakan medis seperti suntik, melakukan pengecekan tanda gejala, dan nantinya akan meresepkan obat juga menyerahkan obat-obat yang akan diminum oleh pasien.
Dan tak jarang juga obat-obatan yang diberikan bersifat penghilang gejala saja, dan kombinasi itu-itu saja.
Mantri dituntut dengan keadaan
Ada sosok Mantri Rahmat dari Kepulauan Mentawai yang harus merangkap menjadi bidan, dokter, perawat, apoteker, hingga gizi. Dirinya tidak punya pilihan untuk merangkap tugas-tugas dari profesi lainnya karena, keterbatasan. Mantri Rahmat seorang tenaga kontrak dari  Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai.
Dirinya menjadi satu-satunya tenaga kesehatan di POSKESDES (Pos Kesehatan Desa). Mantri Rahmat mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Mantri Rahmat merupakan lulusan perawat yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di negara kita Indonesia. Masyarakat seperti di kepulauan Mentawai jauh dari kata layak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang paripurna. Mereka sangat terbantu dengan kehadiran seperti Mantri Rahmat.
Walaupun pemerintah rutin menggalakkan program Nusantara Sehat tiap tahunnya nyatanya masih banyak daerah di pelosok negeri kita yang perlu sentuhan pembangunan ataupun akses kesehatan yang paripurna.
Bias batasan tugasnya Mantri
Seperti Mantri Rahmat yang harus bisa dan mau tidak mau harus bisa melakukan tugas dari profesi kesehatan lainnya. Dengan kejadian ini rasanya sosok Mantri menjadi bias fungsi, dan tugasnya. Pada masyarakat yang awam sosok Mantri menjadi sosok yang sangat dihormati karena, kerelaan mereka dalam melakukan pelayanan kesehatan, walaupun pelayanan yang seadanya namun, itu sangat berarti bagi beberapa masyarakat.
Kondisi ini sejatinya tidaklah ideal dalam pelayanan kesehatan karena, keterbatasan kemampuan seorang Mantri sangat jelas. Mereka hanya perawat yang dimana disaat mereka kuliah tidak diajarkan ilmu dari profesi lainnya.
Biasnya tugas Mantri inilah yang nanti bisa saja menimbulkan problematik, dan hal yang ditakutkan adalah kejadian malpraktek hingga berakhir kehilangan nyawa. Kejadian seperti malpraktek dikarenakan salah tindakan, salah pemberian obat, dan salah diagnosa seringkali menjadi bagian cerita yang kemudian pasien-pasien tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit.
Kejadian malpraktek yang sempat heboh beberapa tahun lalu adalah seorang mantri di Banyumas tak sengaja memotong alat kelamin disaat melakukan prosedur khitan atau sunat. Dari kejadian tersebut korban harus kehilangan alat kelaminnya hingga 5 cm. Â
Sosok Mantri menjadi bagian penting dalam berlangsungnya pelayanan kesehatan. Namun, sangat salah kaprah jika kita membebankan semuanya pada seorang Mantri, dan tak jarang banyak oknum Mantri yang mengambil celah dari hal ini untuk mengambil keuntungan belaka.
Sebaiknya pemerintah bisa memfasilitasi kebutuhan masyarakat dalam kebutuhan pengobatan, dan masyarakat pun harus mawas diri bahwasanya Mantri bukan Dewa yang bisa segalanya mereka juga manusia yang punya keterbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H