Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Layar" (2023), Pergelutan Pecinta Film dengan Dunia

1 Februari 2023   15:14 Diperbarui: 1 Februari 2023   15:40 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Layar (2023) via Instagarm. Foto: @klikfilm

Film Layar dari KlikFilm yang dirilis secara streaming pada 13 Jauari 2023,  menceritakan seorang sosok wanita dari Jogja yang bekerja di bioskop tua  disana. 

Diperankan oleh Siti Fauziah sebagai Marni seorang wanita dari desa yang sudah lekat dengan perfilman sejak kecil.

Ayahnya seorang pemutar film keliling yang sering absen kehadirannya dari rumah. Hal itu sempat membuat Marni membenci film, dan membenci ayahnya. 

Namun, karena ada rasa penasaran dengan film dirinya mencoba menonton film di bioskop Merapi yang nantinya tempat ia bekerja. 

Dari benci akhirnya ia jatuh hati dengan film, dirinya dan kawan-kawan mengelola bioskop Merapi dengan ceria juga bahagia. 

Walaupun bioskop tersebut sudah tua, dan hanya memutarkan film-film lawas. Ditambah minim penontonnya.  

Impresi menonton film ini pertama kali adalah "Jogja banget" orang-orang yang saling bertegur sapa, bercengkrama dengan apa adanya, logat, dan dialognya yang kental dengan medhok jogja memberikan kesan natural. 

Para pengelola bioskop terlihat akrab satu sama lainnya kental dengan nuansa jogja yang ramah.

Cast & Staff


Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm
Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm

Latar film mengambil waktu pada saat pandemi berlangsung, dan semua lini masyarakat diterpa. 

Film ini menyorot secara langsung dampak dari pandemi untuk industri film.

Tidak hanya industri film saja tapi, ekosistem perekonomian yang tercipta dari industri film pun terdampak.

Hal ini diwakili secara kontras oleh pengayuh becak, dan pengelola bioskop Merapi yang terdampak karena, pandemi.

Dampak pandemi sangat terasa bagi masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari jasa pelayanan. 

Banyak adegan yang cukup relevan, dan menangkap secara jelas kejadian dikala pandemi. 

Marni yang kebingungan dengan keadaan berniat mengembalikan kiprah bioskop tempat ia bekerja dulu. Dirinya mengajak teman-temannya untuk mengembalikan bioskop Merapi kembali. 

Dengan adanya pandemi bioskop harus ditutup, dan merugi karena, tidak ada pemasukan sama sekali. Hal ini membuat pemilik bioskop berniat untuk menjual bioskop tersebut. 

Marni membuat kesepakatan dengan pemilik untuk diizinkan mengembalikan bioskop seperti sedia kala. Dirinya dan teman-temannya bekerja sama memutar otak untuk mengumpulkan uang untuk biaya operasional bioskop Merapi. 

Menangkap gambaran masyarakat secara utuh

Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm
Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm
Tangkapan kehidupan yang disajikan dalam film ini merupakan kehidupan yang lekat dengan mayoritas masyarakat indonesia.

Bukan lapisan atau golongan masyarakat yang dibuat-buat untuk dramatisasi.

Masyarakat bawah yang mencoba bertahan hidup dengan apa yang mereka bisa lakukan tidak lebih dan tidak kurang.

Apa yang disajikan oleh film ini penuh keluguan yang murni, dimana masyarakat tidak neko-neko hanya ingin bekerja dengan menawarkan apa yang mereka bisa lakukan.

Lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia

Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm
Adegan film Layar (2023). Foto: KlikFilm
Lapisan masyarakat desa jauh dari kata kaum urban mungkin kata yang tepat menggambarkan kehidupan dari orang-orang di film ini.

Terlihat dari beberapa adegan yang dimana mereka menawarkan tontonan film yang dibintangi Rhoma Irama dari film lawasnya yang dibanderol murah sebesar 2.500 saja tidak diapresiasi oleh masyarakat. Malah reaksi masyarakat lebih enak nonton di tv

Konflik antara idealis dan materialistis

Film Layar (2023) via Instagarm. Foto: @klikfilm
Film Layar (2023) via Instagarm. Foto: @klikfilm
Menyadarkan kita tentang mengapresiasi karya seperti film, bahwa tindakan menonton film dengan cara ilegal memberikan banyak dampak pada industri perfilman, dan orang-orang yang menggantungkan pekerjaan di sekitaran industri film.

Film ini memang jauh dari kata estetik secara visual para pemainnya pun bukan aktor yang digandrungi oleh kaula muda, dan memang bukan hal itu yang ingin disampaikan oleh film ini.

Film ini menyadarkan kalau masih banyak orang yang bangga bisa berkarya, dan hidup dari karyanya. Tidak mengejar rupiah hanya ingin mengejar rasa puas dari berkarya. 

Namun cara hidup dalam dunia ini tidak berjalan seperti itu. Kenyataan yang pelik materi memang dibutuhkan untuk berkehidupan.

Minimnya apresiasi dari masyarakat dengan para pelaku film terasa tegurannya difilm ini.

Ketidaktahuan masyarakat awam yang dimana untuk berkarya memang dibutuhkan rupiah untuk menjalaninya.

Kritik sosial yang disampaikan oleh film ini cukup terasa dan tersampaikan dengan baik. 

Walaupun begitu ada beberapa hal yang terasa klise yang dimana penyelesaian permasalahan dapat diselesaikan oleh sosok pahlawan kesiangan yang datang dipenghujung kisah. 

Terlepas dari itu semuanya film ini menampilkan kisah lain yang layak untuk disimak. 

Film Layar yang tampil apa adanya, dan penuh pesan sosial bisa disaksikan di KlikFilm. Akhir kata selamat menikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun