Tidak hanya industri film saja tapi, ekosistem perekonomian yang tercipta dari industri film pun terdampak.
Hal ini diwakili secara kontras oleh pengayuh becak, dan pengelola bioskop Merapi yang terdampak karena, pandemi.
Dampak pandemi sangat terasa bagi masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari jasa pelayanan.Â
Banyak adegan yang cukup relevan, dan menangkap secara jelas kejadian dikala pandemi.Â
Marni yang kebingungan dengan keadaan berniat mengembalikan kiprah bioskop tempat ia bekerja dulu. Dirinya mengajak teman-temannya untuk mengembalikan bioskop Merapi kembali.Â
Dengan adanya pandemi bioskop harus ditutup, dan merugi karena, tidak ada pemasukan sama sekali. Hal ini membuat pemilik bioskop berniat untuk menjual bioskop tersebut.Â
Marni membuat kesepakatan dengan pemilik untuk diizinkan mengembalikan bioskop seperti sedia kala. Dirinya dan teman-temannya bekerja sama memutar otak untuk mengumpulkan uang untuk biaya operasional bioskop Merapi.Â
Menangkap gambaran masyarakat secara utuh
Tangkapan kehidupan yang disajikan dalam film ini merupakan kehidupan yang lekat dengan mayoritas masyarakat indonesia.
Bukan lapisan atau golongan masyarakat yang dibuat-buat untuk dramatisasi.
Masyarakat bawah yang mencoba bertahan hidup dengan apa yang mereka bisa lakukan tidak lebih dan tidak kurang.
Apa yang disajikan oleh film ini penuh keluguan yang murni, dimana masyarakat tidak neko-neko hanya ingin bekerja dengan menawarkan apa yang mereka bisa lakukan.