The Big 4 film yang baru rilis tanggal 15 Desember kemarin, merupakan film garapan terbaru dari Timo Tjahjanto. Namanya memang cukup asing bagi kebanyakan orang. Akan tetapi untukku sendiri ia sosok sutradara yang piawai.Â
Salah satu filmnya yang membuatku berdecak kagum ialah The Night Come for Us yang dibintangi Joe Taslim dan Iko Uwais.
Film aksi namun, dari segi cerita dieksekusi secara optimal. The Big 4Â sendiri menurutku masih ada elemen The Night Come for Us sisi brutal masih dikedepankan. Namun The Big 4 ada elemen yang menjadi pembeda yakni sisi humor.
Yup, impresi pertama setelah menyelesaikan film The Big 4 ini brutal yang penuh huru-hara namun penuh tawa. Film ini bisa ditonton di layanan streaming Netflix. Aku sendiri saat pertama kali menonton trailer pertamanya sudah mendapatkan nuansa film The Big 4Â adalah film aksi nan brutal yang terselip humor.
Diperankan Aktor Kelas Wahid Indonesia
Sekilas melihat film ini diperankan dari berbagai generasi baik pendatang baru ataupun aktor senior. Berikut para pemain yang memerankan film The Big 4, yaitu Abimana Aryasatya (Topan), Putri Marino (Dina), Arie Kriting (Jenggo), Kristo Immanuel (Pelor), Lutesha (Alpha), Donny Damara, dan Marthino Lio.
Aku sangat yakin bagi penikmat film nama-nama di atas sudah cukup dikenal. Sebut saja aktor kawakan Donny Damara yang karier aktingnya sudah malang melintang dalam industri film. Sudah banyak genre film yang ia perankan. Filmnya yang cukup fenomenal yaitu Lovely Man yang dimana ia berperan secara total di sana.
Chemistry antara para aktor di sini terkesan dekat dan natural. Dialog para pemain terasa intim. Gesture, mimik wajah, dan dialog jokes internal yang mengundang tawa.
Sinopsis singkat
The Big 4 merupakan sebutan untuk kelompok pembunuh bayaran yang memberantas para penjahat tanpa pandang bulu. Yup, mereka vigilante yang membasmi tanpa sisa para komplotan penjahat.
Sebutan The Big 4 sendirinya berasal dari panggilan para penjahat untuk mereka karena, mereka bekerja dengan 4 orang saja. Tindak tanduk mereka sendiri sudah diketahui oleh banyak komplotan para penjahat kelas kakap. Sudah banyak kelompok penjahat yang menaruh dendam pada mereka karena banyak bisnis mereka dihancurkan The Big 4.
Ketua atau otak operasi The Big 4 ini bernama Petrus. Terdengar biasa saja namun untuk sebagian orang Indonesia nama Petrus memiliki sejarahnya sendiri. Indonesia pada tahun 80an kerap terjadi kejadian Penembak Misterius. Komplotan petrus biasanya menargetkan para preman-preman yang membuat resah masyarakat.
Sesuai dengan namanya para korban ditembak hingga kehilangan nyawa. Petrus sendiri bukan berasal dari instansi resmi seperti kepolisian. Oleh sebab itu nama Petrus cukup ditakuti kala itu.
Mungkin karena itulah sang Sutradara yang merangkap penulis mencatut nama Petrus untuk memberikan kesan simbolik dengan sejarah Indonesia dan dengan film ini.
Alhasil karena, tindak tanduk kelompok The Big 4 yang sering merugikan bisnis para penjahat. Ketua The Big 4 Bapak Petrus menjadi target utama untuk dihabisi. Bapak Petrus sendiri berencana untuk pensiun dan mengelola bisnis penginapan Paranais.
Pak Petrus memiliki seorang putri yang baru saja dilantik menjadi polisi. Hal itu juga yang menjadi salah satu alasan Pak Petrus ingin segera pensiun.
Tentu saja Pak Petrus selalu menyembunyikan identitasnya sebagai vigilante pada anaknya yang, ia tidak ingin anaknya mengetahui sisi gelap bapaknya.Â
Di hari pelantikan Dina dan saat Pak Petrus hendak berangkat terjadi kejadian yang mengejutkan dan mengenaskan. Dina sepulang dari pelantikan dengan hati yang kecewa karena Pak Petrus tidak datang menemukan ayahnya seorang diri bersimbah darah di lantai.
Kejadian itu pun mengejutkan para anggota The Big 4 karena mereka dilatih sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak oleh Pak Petrus. Dengan kejadian ini para anggota mengundurkan diri dalam dunia vigilante, dan Dina melanjutkan hidup sebagai polisi.
Selang 3 tahun Dina yang selalu kepikiran dan selalu mencari siapa pembunuh. Ia melampiaskan semua rasa resah, kalut, dan sedihnya hanya untuk bekerja. Atasan Dina secara tidak langsung ingin membuat Dina cuti karena merasa khawatir padanya.
Atasannya menyuguhkan selebaran paket wisata disuatu pulau dan disinilah titik baliknya. Dina tanpa sengaja melihat foto di pulau tersebut berkaitan dengan foto lama ayahnya, dan tanpa sengaja Dina menemukan foto ayahnya bersama 4 orang anak yang berada di depan suatu penginapan.
Dari sana Dina mencoba untuk menggali lebih dalam untuk menemukan petunjuk yang bisa membawa Dina ke pembunuh ayahnya. Datanglah Dina ke pulau Bersi yang di mana itulah awal mula nantinya ia bertemu dengan Topan, Jenggo, Alpha, dan Pelor.
Lagu Pantura Mendunia
Salut untuk Timo sang sutradara yang bisa mengemas dan memasukkan unsur Indonesia yaitu lagu Pantura. Untuk yang belum tahu lagu Pantura merupakan lagu aliran dangdut yang bertempo cepat dan menghentak namun tetap menggunakan lirik yang khas tentang keluh kesah kehidupan.
Penayangan The Big 4 berada di Netflix dan aku yakin penonton mancanegara akan mendengarkan lagu tersebut. Aku pun masih terheran-heran kok bisa yah lagu dangdut panturaan bisa masuk film itu.
Jangan menonton saat sedang makan
Dalam trailernya pun memang sudah diperlihatkan kalau film ini memiliki rating R. Cukup wajar jika ditayangkan secara streaming di Netflix.
Entah berapa adegan yang tidak akan lulus sensor di film ini. Ya walaupun menggunakan kata-kata makian di sini pun banyak dan beragam. Makian berbahasa Inggris ada, Indonesia ada, Jawa ada juga, hingga makian dari Indonesia Timur pun ada.
Beberapa adegan mungkin akan sangat tidak nyaman untuk disaksikan saat makan. Tidak ada sensor atau adegan diperhalus. Adegan pertumpahan darah, isi perut terburai, dan masih banyak adegan yang membuat dahi mengkerut.
Potensi sekuel film Indonesia
Tidak ingin memberikan spoiler secara terang-terangan namun sekadar info ada sosok yang memberikan lampu hijau kalau The Big 4 akan memiliki sekuelnya. Untukku yang sudah menonton film ini cukup membuat gembira karena, ada film Indonesia yang memiliki sekuel untuk dinantikan.Â
Belum ada informasi lebih lanjutnya apakah The Big 4 akan menjadi trilogi ataupun lainnya? Hal yang pasti aku akan menantikannya akhirnya film Indonesia ada yang layak untuk ditunggu kisah selanjutnya.
Layak untuk ditonton
Film The Big 4 adalah film yang brutal namun, aku jamin film yang satu ini tidak akan mengecewakan. Totalitas para aktor untuk memerankan karakternya patut diapresiasi. Entah bagaimana Timo sang sutradara bisa berevolusi menjadi sosok yang bisa menyajikan filmnya secara komikal.
Komedi verbal ala masyarakat Indonesia ada hingga, slapstick pun ada. Setelah menonton film ini aku masih standing applause untuk para sineas yang ada dibalik film ini. Walaupun ada beberapa hal yang terkesan terlalu terlihat aneh.Â
Penggunaan properti dalam film ini terasa biasa. Ya perlu dimaklumi budget untuk film aksi seperti ini memang perlu dana besar, dan mungkin saja sekuel selanjutnya The Big 4 ada suntikan dana.
Esensi ceritanya tidaklah hanya baku pukul dan saling bunuh, ada romansa, dan sisi humanis yang disajikan dalam film ini. Kisah Dina, Pak Petrus, Topan, Jenggo, Alpha, dan Pelor memberikan gambaran keluarga kecil. Pertengkaran kakak adik yang saling mengasihi dan menyayangi.
Sosok Bapak Petrus seorang individu yang dibenci karena mencintai keluarganya dengan tulus. Perebutan kasih sayang dan pertikaian antara memberantas kejahatan menjadi bumbu dalam cerita The Big 4. Menyelesaikan film ini memberikan gambaran arti keluarga tidaklah harus sedarah.Â
Yup, buat yang sudah berlangganan Netflix wajib ditonton tidak akan menyesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H