Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelami Makna Kemerdekaan

15 Agustus 2022   16:39 Diperbarui: 15 Agustus 2022   17:25 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muhammad Nabhan Fajruddin

Tak terasa, Ibu Pertiwi ini sudah menginjak usia ke-77 tahun sebagai bangsa yang merdeka. Umur yang relatif muda bagi berdirinya Negara. Namun, sejarah panjang telah tergores pasca kemerdekaan bagi bangsa yang sudah hampir seabad ini. Dinamika terjadi secara bergantian seiring bergantinya pemimpin Negara ini. 

Manis pahitnya perjalanan mulai dari peristiwa rengasdengklok, proklamasi, pembrontakan-pembrontakan, G30S, otoriternya orde baru, reformasi, dan berbagai dinamika yang mewarnai Ibu Pertiwi. Semestinya bangsa ini lebih bijaksana dan dewasa menengok pengalaman sejarah yang berdampak besar bagi kehidupan bangsa pada saat itu. 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, kalimat tersebut mengejawantahkan pentingnya sejarah bagi perkembangan suatu bangsa.

Para founding father bangsa ini sudah merumuskan bahwa bangsa ini tidak milik satu golongan keagaaman, suku, atau kelompok tertentu. Terbentuknya Indonesia adalah suatu rahmat yang berasal dari Tuhan. Bangsa yang lahir dari suatu keberagaman yang kompleks, padahal keberagaman dan perbedaan merupakan sumber konflik. 

Namun, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa perbedaan menjadi satu dalam bingkai Indonesia. Kanjeng Nabi SAW bersabda Al-Ihtilafu Ummati Rohmah, perbedaan diantara umatku adalah rahmat. 

Dalam konteks sabda tersebut, umat Nabi SAW tak hanya Islam saja tetapi seluruh alam. Tuhan berfirman wa ma arsalnaka illa kaaffata linnas, dan Kami (Allah) tidak mengutus Muhammad SAW melainkan kepada seluruh manusia. Jadi, pada dasarnya perbedaan yang ada di muka bumi ini adalah rahmat dari Tuhan. Bangsa Indonesia berhasil memaknai dan mengejawantahkan kebinekaan sebagai rahmat.

Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya menjadi momen memaknai kemerdekaan dan arti perjuangan. Masyarakat di berbagai penjuru negeri mengadakan perlombaan-perlombaan untuk merayakan sekaligus memaknai arti perjuangan. 

Suka cita masyarakat seolah tercermin dari bendera merah putih yang dikibarkan di masing-masing rumah, me-merah-putih-kan fasilitas umum, dan melakukan upacara bendera di kantor dan sekolah. Namun, memaknai hari kemerdekaan tak selalu melakukan seremonial seperti itu saja. Tetapi lebih dari itu, momen hari kemerdekaan harus dimaknai secara mendalam mengenai sumbangsih kita selaku masyarakat pada tanah air Ibu Pertiwi ini.

Kebermanfaatan adalah idiom penting bagi manusia Indonesia sebagai bentuk balas budi kepada para pahlawan dan tanah air Ibu Pertiwi. BJ Habibie pernah mengatakan, "jadilah mata air yang jernih yang memberikah kehidupan kepada sekitarmu." 

Mata air yang jernih berarti kepribadian seorang manusia harus memiliki intelektual dan karakter yang positif. Sehingga, dengan intelektual dan karakter yang baik dapat memberikan kebermanfaatan kepada sesama. Dalam Islam kebermanfaatan dapat membawa pada predikat manusaia terbaik, dalam hadis Nabi SAW, Khairunnaas Anfa'uhum Linnaas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. 

Manusia menjadi komponen terkecil dalam struktur sosial atau bisa dikatakan bahwa, manusia merupakan bagian dari berdirinya suatu bangsa. Jika semua manusia memiliki intelektual dan karkter serta nilai kebermanfaatan yang tinggi bagi sekitar, maka akan berdampak pada bangsa yang memiliki peradaban yang baik. 

Memaknai kemerdekaan tak cukup dengan bendera yang dikibarkan, me-merah-putih-kan fasilitas umum, menggelar upacara bendera, slogan 'NKRI harga mati', dan menggelar prayaan yang mewah. Mari kita menyelam lebih dalam tentang makna kemerdekaan. Bahwa memaknai kemerdekaan adalah dengan menghias kehidupan sehari-hari dengan kebermanfaatan bagi sekitar. 

Kebermanfaatan yang bermakna positif bagi kemaslahatan yang berdampak bagi sesama, apapun suku, budaya, agama, etnis, kelompok, dan lain sebagainya. 

Apapun profesi dan bidang keahlian yang dimiliki, tanamkan dalam diri untuk menjadi mata air yang jernih agar dapat memberikan kejernihan disekitar. Itulah memaknai kemerdekaan dengan mengisi setiap hembusan nafas dengan anfa'uhum linnaass. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun