Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stoiksisme, Tawakal, dan Gus Sabrang

27 Juli 2022   11:09 Diperbarui: 15 Agustus 2022   16:17 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : Muhammad Nabhan Fajruddin

Healing menjadi idiom yang sering kita dengar diberbagai platform media sosial. Healing berasal dari bahasa inggris yang berarti penyembuhan atau pemulihan. Namun, healing yang dikenal di kalangan generasi muda Indonesia adalah refreshing dari berbagai permasalahan yang dialami. 

Munculnya idiom ini menggambarkan bahwa generasi muda Indonesia sangat rentan dengan badai masalah yang menimpanya. Tak sedikit juga generasi muda yang depresi karena permasalahan sehingga untuk melupakan masalahnya dengan narkoba, alkohol, hingga yang paling ekstrim bunuh diri.

Baru-baru ini, sangat popular filsafat stoiksisme yang hadir semacam penawar dari penyakit mental. Melalui teori stoiksisme para generasi muda menjadi lebih bisa mengontrol diri dari terpaan badai permasalahan yang menghadang. 

Melalui buku Filosofi Teras dan berbagai podcast youtube yang menyinggung tentang stoiksisme, paham ini imenjadi popular dan sangat digandrungi para generasi muda yang sedang menghadapi quarter life crisis. 

Stoiksisme memberikan pemahaman bahwa permasalahan ada karena dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Melalui fokus dan pengoptimalan faktor internal atau yang dalam kendali dan menghiraukan faktor eksternal atau diluar kendali, membuat manusia bisa sedikit bahagia ditengah masalah yang dihadapi.

Padahal konsep semacam stoiksisme sudah diajarkan dalam Islam melalui konsep tawakal. Namun, generasi muda sekarang kurang aware dengan pemahaman Islam dan lebih condong dengan teori-teori keilmuan yang berasal dari barat. 

Konsep tawakal dalam Islam adalah perpaduan antara ikhtiyar atau usaha dan pasrah atau berserah diri. Perpaduan tersebut melahirkan pemahaman bahwa berserah diri kepada Tuhan ketika sudah melakakukan usaha secara maksimal. 

Demikian tersebut sesuai dengan stoiksisme yang menghiraukan sesuatu yang berasal dari faktor eksternal dan lebih berfokus pada usaha atau ikhtiyar yang dilakukan. 

Dalam Al-Quran Tuhan memerintahkan Wa man yatawakkal 'alallahu fahua hasbuh, siapa saja yang bertawakal kepada Allah maka akan diberi kecukupan. Kata "kecukupan" disini bermakna 'amm dan mutlak atau bermakana umum dalam kaidah ushul fiqih, yang berarti kecukupan yang luas mencakup berbagai aspek kehidupan.

Salah satu konsep pemikirian gus Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe Letto yang memiliki kesamaan dengan konsep stoiksisme dan teori tawakal, yang sering dibicarakan pada podcast yang ada diberbagai chanel youtube. 

Konsep tersebut tentang Kendali diri, bahwa sesungguhnya manusia bisa berdaulat atas diri sendiri dengan berbagai potensi yang diberikan Tuhan. Sesuatu yang bisa dikendalikan adalah segala potensi dan kemampuan yang bisa dijangkau oleh diri. 

Lebih lanjut Sabrang mengutip Man 'arafa nafsahu faqad 'arofa robbahu, bahwa siapa yang mengenal dan menggali potensi diri akan mengenal Tuhannya. Sabrang menekankan agar fokus dengan faktor internal dalam diri dalam menjalani kehidupan hingga sampai pada level mengenal Tuhan melalui diri sendiri.

Lebih lanjut gus Sabrang dalam memberikan gagasan tentang Manajemen masalah, bahwa cakupan masalah ada beberapa cakupan. Pertama, Ibarat kita meyetir motor, maka kita memiliki kedaulatan penuh 100% untuk memacu kendaraan dengan cepat dan memberhentikan kendaraan sesuai dengan kondisi jalan yang dihadapi. 

Begitu juga peran diri kita atas berbagai potensi yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menyetir hidup ini dengan berbagai permasalahan yang menghadang. Kedua, kita sebagai penumpang, kita hanya bisa memberikan peringatan dan himabauan kepada supir dan kita tidak memiliki kedaulatan penuh dalam motor tersebut. 

Begitu juga kita dalam bersikap ke sahabat atau teman, kita tidak sepenuhnya bisa menyetir mereka, karena itu adalah hal yang ada diluar kendali. Ketiga, ibarat kita melihat pengendara lain di jalan, maka kita tidak punya kuasa apapun dan hanya bisa menonton saja. Begitu juga kita yang tidak mempunyai kuasa untuk mengubah sistem-sistem pemerintahan atau kebijakannya, karena kita bukan pemangku kebijakan.

Berbagai gagasan mengenai manajemen diri diatas yang memiliki implikasi satu sama lain, merupakan hal positif bagai para generasi muda dalam menghadapi quarter life crisis. 

Permasalahan tentang pekerjaan, percintaan, pertemanan, ekonomi, dan berbagai kekhawatiran yang lain dapat ternetralisir apabila menerapkan berbagai gagasan diatas. Al ilmu bi laa 'amalin ka syajaroti bi laa tsamarin, ilmu atau teori tanpa pengamalan seperti pohon yang tidak berbuah. Ilmu kelakone kanti laku, ilmu dapat dipahami dengan benar apabila diterapkan.

Pepatah arab dan jawa tersebut memberikan tamparan bahwa ilmu yang dimiliki harus diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan, termasuk berbagai gagasan yang luar biasa diatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun