Di era sosial media yang kian hari kian meluas, mendorong terciptanya kebiasaan hidup menjadi lebih kompetitif. Dimana produktivitas dan budaya yang aneh-aneh justru cenderung diapresiasi. Begitu juga di lingkungan kerja yang mulai muncul standar kerja "gila" dan mempengaruhi pandangan sebagian orang untuk mengukur hal-hal produktivitas dan kinerja.
Berbicara soal mengukur kinerja, seringkali dinilai "membandingkan" yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Sebenarnya kondisi tersebut tidak dapat dihindari ketika semakin tinggi nya persaingan sumber daya manusia di tempat kerja tersebut.
Masih banyak atasan yang kerap kali membanding-bandingkan antara karyawan satu dengan karyawan lain yang seangkatan atau mungkin dengan karyawan sebelum kita. Dengan motif untuk mengevaluasi kinerja si karyawan bersangkutan. Membanding-bandingkan konon dapat menumbuhkan jiwa kompetisi sehingga karyawan dapat mengembangkan diri dan meningkatkan performa kerja. Benar kah begitu ? Tapi kalau jatuhnya jadi pilih kasih gimana dong ?
Sama seperti orang tua, kita tidak bisa memilih karakter boss yang seperti apa yang kita mau. Hal yang harus kita pastikan terlebih dahulu adalah apakah gaya membanding-bandingkan yang dilakukan oleh boss benar telah memasuki tahap pilih kasih atau telah terjadi favoritisme.
Biasanya konflik personal antar karyawan mulai terlihat meskipun yang bersangkutan sudah berusaha menutupi, selain itu siklus pergantian karyawan juga begitu cepat. Karena seorang atasan yang punya "anak emas" cenderung lalai akan tanggung jawabnya.
Sikap tidak adil seorang atasan akan membuat karyawan kehilangan rasa respect nya. Sehingga menurunkan motivasi dan produktivitas karyawan yang berujung pada keputusan resign oleh para karyawannya.
Nah, kondisi ini sebenarnya cukup berbahaya karena dapat menurunkan performa perusahaan.
Tidak ada alasan untuk kalah dari boss yang pilih kasih
Dunia kerja memang perkara yang rumit, tapi tidak perlu dipusingkan apa lagi diambil hati selagi kamu tidak dirugikan secara materi. Kalau kena nya dimental gimana dong ? Jangan biarkan hal-hal seperti itu menganggu pikiran mu, kenali tempatmu dengan kemampuan beradaptasi yang baik.
Jika kamu mampu beradaptasi dengan baik banyak hal positive yang mengikuti dibelakangnya seperti kemampuan mengontrol emosi, paham mana yang patut dihormati, mengetahui bagaimana membangun komunikasi dengan atasan, hingga melihat peluang mengembangkan diri agar bisa bertahan di tempat kerja meskipun berada di tengah pertemuran skill.
Tidak ada alasan untuk kalah dari boss yang pilih kasih dan anak emasnya. Toh nyatanya yang suka bilang ingin resign juga gak resign-resgin.
Menerima kenyataan bahwa boss pilih kasi memang menyebalkan, tapi perlu dingat tujuanmu bekerja. Jadi tetap kerja sesuai porsi mu, ambil uangnya, dan pulang.
Stay healthy and awesome
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H