Mohon tunggu...
Nabela Maharani Pranadita
Nabela Maharani Pranadita Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Instagram & twitter : @nabelaamp

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kepada Waktu yang Terenggut, Izinkanku Bicara

16 Oktober 2015   06:11 Diperbarui: 16 Oktober 2015   16:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kesunyian menggantung. Alam terasa berhenti berdetak. Bahkan napas tertahan. Jelas sekarang, untuk berucap satu kata membutuhkan keberanian selaksa. Untuk menguntai kata butuh tekad membaja. Saat ini tak ada keberanian, tak ada tekad. Tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kesunyian tak akan abadi...” Baru kalimat itu yang aku tulis pada buku diary ku hari ini setelah mobil sedan hitam mewah terparkir di halaman rumahku dan seolah menarikkku untuk menengok ke arah pintu mobil itu. Keluarlah sosok perempuan cantik, tinggi, indah parasnya. “Mamaaaaa” sapaku berlari menghampiri arah mama. “iya sayang” jawab mama memelukku erat. Aku dan mama memang anak dan seorang ibu, tetapi kami jarang bertemu bahkan hanya untuk sekedar bercerita bagaimana kini aku tumbuh menjadi seorang remaja yang sudah mulai mengenal cinta dan sebagainya. Kesibukan mama sebagai pramugari mungkin sedikit membuatku lupa rasa akan indahnya memiliki keluarga yang utuh. Tapi sekembalinya mama ke rumah dan berkumpul bersama aku dan papa, aku seolah mempunyai dunia baru yang aku percaya bahwa tak seorangpun memiliki keindahan dunia seperti aku.

Matahari bersinar lembut di ufuk timur. Langit masih tampak murung. Wajahnya masih berpupur putih keabu-abuan. Angin berhembus pelan membelai dedaunan yang masih malas bergemulai. Burung-burung pun masih enggan bernyanyi. Aku duduk di dekat jendela, menghangatkan tubuh sambil menikmati secangkir teh. “pagi sayang” sapa papa hangat mengagetkanku. “pagi paa.. papa ada yang ingin aku ceritakan pada papaa” ucapku sambil menatap kedua mata papa. “sayang.. ceritanya sama mama aja ya. Ini papa kan sudah rapi mau berangkat kerja pagi sayang. Maaf yaa. Dadaa sayang.” Jawab papa mencium keningku lalu meninggalkan kamarku.

“Aku bukan sosok dia yang pandai mengalihkan pandangan papa untuk sekedar menjadi pendengar yang baik dalam setiap cerita ku di masa remaja ini. Entahlah sosok dia yang kumaksud itu siapa.. yang aku tau dia yang bisa mengalihkan pandangan dan pikiran papa itu adalah dia yang akupun juga belum tau” tulisku singkat dalam diaryku.

Kuturuni anak tangga satu persatu dengan perlahan, seperti takut melukai keramik. “Hai sayang.. sini sarapan bareng mama” ajak mama menghampiriku. “Iyaa maa” seketika raut wajahku berubah ceria karena baru kali ini mama begitu memperdulikan aku.

“mama.. apa mama akan tinggal bersama aku dan papa ?” tanyaku

“iya sayang. Tapi hanya dalam cuti mama seminggu ini.. ayo sayang lanjutkan makanmu” jawab mama seolah mengalihkan pembicaraan

Setelah selesai makan dan kuakhiri obrolan singkatku dengan mama, ku segera berlari menuju kamar.

“Tuhan. Aku percaya apa yang aku sedang jalani adalah sebagian dari rencana indahmu untukku kelak. Tapi apa dayaku tanpa seorang yang membimbingku untuk meraih keindahan yang telah kau siapkan itu ? “ aduku pada tuhan melalui catatan kecilku di diary.

Hari berganti. Kini telah tiba Hari Senin, waktunya sekolah. Mama yang sedari pagi sudah mulai mempersiapkan bekalku membangunkanku dari mimpi panjangku. “sayang.. bangun bangun. Sekolah sayang” bangun mama dengan tangan mengelus rambutku. Singkat cerita aku bergegas siap berangkat sekolah. “Ada yang berbeda dengan hari ini” gumamku dalam hati. Ternyata bener, hari itu sangat berbeda, entah ini special atau apa tapi hari ini mama mengantarku ke sekolah. Tak henti-hentinya aku tertawa bahagia tak sabar ingin mengumbar cerita indah ku pagi ini pada teman-temanku.

“Sinta. Hari ini gue seneng banget..” teriak ku mengagetkan sinta yang sedang duduk manis sambil menyalin PR.

“masyaAllah.. pagi-pagi udah heboh aja. ada apa zahra ?” tanya Sinta penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun