Mohon tunggu...
Naba Rani
Naba Rani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya ini orangnya gak banyak omong, tapi banyak nulis.\r\nnabarani.tumblr.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Bulan Juni Ala Rainisha

25 Mei 2015   00:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JUNI. Adalah bulan penuh kenangan bagiku.

Bulan romantis, rindu dan bahagia. Karena di bulan inilah aku bertemu dengannya..

Hari itu aku sedang berjalan di sekitar gedung kuliah, di kampus hijauku tentu saja.

Menyanyi-nyanyi kecil dalam sendiri dengan headset di telinga sembari beristirahat di bangku teras kampus, menatap ribuan tetes air hujan sore itu, melepas lelah usai kuliah seharian.

Lalu, aku melihat sesosok ”Ia” datang dari arah parkiran.

Ya, “Ia” yang kemudian berdiri tepat di hadapanku dengan keadaan basah dan kuyup,

Kuintip style ala mahasiswa aktivisnya, teliha ia mengenakan jaket organisasi itu.

Sembari pura-pura tak melihat, namun tetap ku geser posisi dudukku di kursi panjang, agar bisa sedikit berbagi dengannya.

”Ia” tersenyum padaku, dan aku mengangguk pelan mempersilahkan.

Kuintip kembali ke sebelah kanan, terlihat namanya di jaket itu.

Ia mulai sadar aku memperhatikannya, kami pun memulai pembicaraan, dari pembicaraan cuaca, jurusan dan sebagainya, sampai ku tahu akhirnya ia adalah seorang pecinta hujan, sama sepertiku.

"Orang-orang yang mencintai hujan, menarik kesamaan sehingga bisa saling bertemu..”

Itu yang “Ia” ucapkan padaku.

Apakah takdir yang ia maksudkan itu benar? Bagiku ya tentu saja.

Karna usainya, “Ia” selalu berhasil membuatku merenung dan parahnya mulai merindu.

Apakah ia menyadarinya? Ah aku tak tahu.

Meski masih dekat namun bagiku rindu memang tak semestinya dikatakan karna memang tak diizinkan terucap karena bukan waktunya. Entah itu pada sosoknya, atau pada siapapun di lain cerita. Hanya saja terkadang kenangan di hujan bulan juni ini seperti adegan dalam drama korea “Love Rain”, jadi aku terpaksa selalu terbawa suasana setiap tiba di bulan “Juni nya”. Bagaimanapun, bukan salahnya mencipta kenangan, ini murni manusiawi. Dan hanya saja mungkin karna aku tak tahu diri.

Semuanya, dimulai dari keterusterangan "Ia" sebagai seorang pecinta hujan yang mengatakan akan mencintai manusia karna apa adanya, entah baik buruknya, sedih bahagianya, manis pahitnya. Dan sialnya, aku tersentuh!

Hingga akhirnya hujan yang selalu turun sampai hari keenam di bulan ini, bahkan malam ini di rumahku tercinta memunculkan rindu seketika, meracuni pikiran dan memaksa memutar piringan hitam kenangan yang seharusnya memang biar saja tersimpan dalam memori.

Setiap hujan di bulan juni turun, “Ia” hujan selalu berbisik padaku tentang sebuah rahasia bahagia. Bahwa ia turun karena ia mencintai Bumi, apa adanya, baik buruknya, sedih bahagianya, manis pahitnya. Dan khusus untukku pecinta hujan, “Ia” hujan akan turun dengan rahasia dan resep bahagia setiap bulan keenam dalam satu tahun, dan sekali lagi “Ia” tegaskan bahwa “ia” hujan tak pernah lelah membasahi bumi, karena ia tahu bumi pun mencintainya. Ku tahu setiap turun ia selalu menjadi berkah bagi bumi. Dan spesial bagiku, hujan yang pada juni saja adalah limpah ruah rindu yang mencapai batas maksimum. Begitulah yang kurasakan.

Apakah aku berlebihan menyikapi perasaan ini? Mungkin saja tapi yang terpenting aku bahagia.

Bagiku pertemuan hujan dan bumi selalu memunculkan kebahagiaan dan aku selalu membiarkan pikiranku mencipta seperti itu, biar saja pengibaratan rindu sempurna ini sebagai perwujudan kisah indahku.

Terbersit kadang, mungkinkah suatu saat hujan akan meninggalkan bumi?

Ya mungkin saja.

Tapi jika itu terjadi aku akan baik-baik saja. Karena hujan akan kembali meski mungkin ia sedang lupa. Ya, hujan pasti ia akan kembali untuk bumi. Maka biarkan rindu yang turun bersama hujan malam ini meresap melalui pori-pori kulit meski tetap saja sesaknya menghimpit hati..

Salam rindu dari pecinta hujan, dan selalu dariku: Terimakasih atas kabut hujannya, atas suka, duka, pahit, romantis, kebahagiaan, kebersamaan dan cinta yang abadi. Maka mari biaskan kerinduan ini bersama hujan, dan tetapkan ia terjaga dalam jarak yang ada..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun