Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional membedakan makna dari kata 'pendidikan' dan 'pengajaran'. Dari perspektif beliau, pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar sang anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan pengajaran adalah proses dalam memberikan ilmu atau pengetahuan untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Dengan kata lain, pendidikan dan pengajaran merupakan upaya untuk memfasilitasi peserta didik mencapai impian mereka sebagai individu di kehidupannya.
Lebih lanjut lagi, Ki Hadjar Dewantara dengan pemikirannya mengidentifikasi empat dasar-dasar pendidikan. Dasar pendidikan yang pertama ialah mendidik yang menuntun, yang berarti pendidik mengarahkan perilaku dan pertumbuhan siswa. Namun bukan berarti membebaskan dan mengikuti apa saja yang diinginkan oleh siswa tetapi tetap memberikan batasan agar siswa tidak melampuai batas yang berbahaya. Dasar pendidikan yang kedua ialah pendidikan yang berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.Â
Dasar pendidikan ini mengacu pada memberikan pendidikan sesuai dengan konteks lokal sosial budaya dan keterampilan abad 21. Dasar pendidikan ketiga ialah menekankan budi pekerti. Hal ini berarti pendidikan yang menekankan pada contoh pemberian teladan baik kepada siswa. Terakhir, dasar pendidikan keempat ialah menerapkan sistem among dalam proses belajar. Yang berarti anak harus dituntun untuk mengembangkan dirinya dengan kasih sayang yang tulus, mendampingi, merawat, dan menjaga anak.
Setelah memperoleh pemahaman yang mendalam tentang dasar-dasar pendidikan, saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada pendidikan nasional yang ditujukan kepada dasar-dasar pendidikan. Dengan memahami hal ini, memberikan kesempatan kepada saya untuk lebih memperhatikan hal-hal dasar dalam mendidik anak bangsa sehingga saya pun berpeluang untuk dapat memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik untuk mereka ketika saya menjadi seorang guru. Selain itu, saya pun mendapatkan pengalaman baru untuk berdiskusi dengan teman sejawat berbagi pengetahuan dan wawasan tentang lokal sosial budaya yang ada di daerah saya. Kegiatan ini semakin menguatkan pemaknaan dasar pendidikan bila dikaitkan dengan perspektif lokal sosial budaya.
Untuk itu, dikemudian hari, dikelas maupun sekolah tempat saya mengajar nanti, saya akan berupaya untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang sejalan dengan dasar-dasar pendidikan yang diidentifikasi oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara. Serta tidak lupa pula mengaitkan proses belajar pada lokal sosial budaya. Misalnya dengan menyelipkan konten budaya daerah pada materi pembelajaran yang akan dibahas dikelas, mencontohkan perilaku dan sifat yang mencerminkan rakyat Indonesia yang berbudi pekerti dan luhur, mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran, serta menerapkan sistem among yang memerdekakan siswa untuk bereksplorasi dan mengkonstruksikan pengetahuan dan potensi diri mereka sendiri.
Pengalaman konkret proses pembelajaran yang pernah saya lakukan terkait pencerminan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan lokal sosial budaya dikelas dan sekolah ialah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku sopan nan berbudi pekerti di dalam kelas, menuntun peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, serta mengaitkan konteks lokal pada pembelajaran. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H