Pada Sabtu (20/3/2022) banyak kabar beredar terkait pawang hujan yang dinilai mampu untuk mengalihkan dan meredakan hujan. Untuk itu saya tertarik menilai efektifkah pawang hujan dibanding dengan teknologi yang ada saat ini ?Â
Pawang hujan sudah ada di Indonesia sejak dahulu yang digunakan sebagai tradisi nenek moyang yang dinilai sebagai perantara manusia dalam berhubungan dengan alam. Saat ini beberapa masyarakat menganggap pawang hujan sebagai sebuah tradisi budaya Indonesia, sedangkan sebagian lagi menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak baik karena tidak sesuai syariat Islam karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam.
Pawang Hujan Dinilai Sebagai Tradisi
Pawang hujan telah menjadi sebuah tradisi yang digunakan masyarakat Indonesia untuk menghalau hujan ketika mengadakan suatu acara, dinilai sebagai tradisi turun-temurun kepercayaan terhadap kekuatan alam yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pawang hujan banyak digunakan masyarakat ketika ada acara baik berskala kecil seperti resepsi pernikahan hingga berskala besar seperti ajang perlombaan internasional.
Pawang hujan bekerja dengan cara menempatkan sesajen di tempat tertentu kemudian memanjatkan doa-doa ritual, pawang hujan juga menyebutkan bahwa mereka harus berpuasa selama 4 hari. Jasa pawang hujan digunakan masyarakat dengan kisaran biaya 1-5 juta rupiah tergantung dari acara yang diadakan, tutur Ki Awan dalam merdeka.com.
Namun pawang hujan terkadang tidak mampu untuk menghentikan hujan sehingga pekerjaan mereka dinilai hanya gimik. Namun masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan kental terhadap kepercayaan nenek moyang, sehingga mereka masih banyak menggunakan jasa pawang hujan.
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Perkembangan teknologi saat ini menghasilkan berbagai peralatan canggih, salah satunya adalah TMC. Cara kerja TMC secara umum yaitu menggunakan pesawat untuk memindahkan awan dan dilakukan penyemaian NaCl pada awan di atas laut supaya dapat menghasilkan hujan. TMC ini merupakan teknologi yang dikembangkan oleh BPPT, teknologi ini dapat digunakan untuk mengisi waduk dan memadamkan kebakaran.Â
TMC dimanfaatkan untuk mendapatkan kondisi cuaca yang diinginkan seperti menurunkan hujan atau menghalau hujan di daerah tertentu. Dalam penggunaannya, tentu tidak semua acara dapat menggunakan TMC karena tidak dibarengi dengan biaya yang murah. Kisaran biaya TMC sekitar 13-20 Miliar rupiah, kata Seto dalam oketechno.
Manakah yang Lebih Efektif ?
Masyarakat Indonesia dikenal akan kentalnya tradisi bangsa dan kepercayaan terhadap nenek moyang, mengingat Indonesia terdiri atas berbagai suku dan budaya. Pawang hujan dapat dikatakan sebagai budaya Indonesia karena merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah ditemukan sejak zaman dahulu. Masyarakat Indonesia saat ini masih mempercayai pawang hujan sebagai penghalau hujan, hal ini tentunya dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor budaya yang masih menganggap kental kepercayaan alam dan magis, serta mudahnya mendapatkan pawang hujan di berbagai daerah.Â
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) mulai dikembangkan untuk mencegah banjir, kekeringan dan kebakaran hutan. Namun tidak seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan TMC ini untuk kepentingan pribadi seperti acara resepsi pernikahan karena TMC merupakan aset milik negara dan tidak bisa didapatkan dengan mudah. TMC juga sudah terbukti dapat efektif memadamkan kebakaran hutan.
Oleh karena itu, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi cara kerja dan pandangan masyarakat terhadap TMC dan pawang hujan. Kita dapat menggunakan keduanya untuk hal yang berbeda. Tidak ada salahnya berinovasi dan menghargai tradisi bangsa yang sudah ada, tetapi kita harus percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa -lah yang mengendalikan seluruh alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H