Mohon tunggu...
Najwa Aulia
Najwa Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik yang tertarik di bidang kecantikan, gaya hidup, musik, film, dan hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masihkah Bumi Pasundan Tersenyum?

9 Juli 2024   22:44 Diperbarui: 9 Juli 2024   22:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bank Sampah Induk Coblong. Sumber: Jabarekspres

Konon katanya, Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Namun, apakah Bumi Pasundan tetap tersenyum jika melihat kondisi tumpukan sampah yang ada?

Kota Bandung menempati urutan kedua sebagai wilayah yang menyumbang timbulan sampah terbanyak di Jawa Barat. Sampah ini banyak ditemukan di banyak daerah seperti pinggir jalan, bahkan trotoar yang ada di Kota Bandung. Dan hal ini tentu bukan menjadi kebanggaan tersendiri bagi penduduk Kota Bandung.

Berdasarkan data BPS, jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Bandung 2023 mencapai 1.766 ton/hari. Jika dibagi rata dengan jumlah penduduk, maka setiap penduduk Kota Bandung memproduksi sampah sebanyak 0,63 kg tiap harinya. Berangkat dari angka-angka tersebut, timbulan sampah di Kota Bandung sudah melebihi batas wajar. Ditambah lagi dengan adanya ledakan di TPA Leuwigajah akibat gas metana yang disebabkan oleh timbulan sampah organik.

Hal ini membuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung mengupayakan agar timbulan sampah di Kota Bandung terkelola dengan baik. Salah satunya dengan cara membuat program KANG PISMAN (Kurang, Pisahkan, dan Manfaatkan). Salah satu hasil pengembangan program ini adalah bank sampah yang ada di beberapa titik di Kota Bandung.

Bank Sampah Induk Coblong yang berdiri tepat di sebelah kantor DLHK Kota Bandung menjadi salah satu bank sampah induk yang ada di Kota Bandung. Bank sampah induk ini sudah berdiri sejak Januari 2022 dan dinaungi langsung oleh DLHK Kota Bandung. Tugas utama bank sampah induk ialah membina bank sampah unit yang ada di Kota Bandung, dan memudahkan bank sampah unit dalam melakukan penjualan.

Direktur Bank Sampah Induk Elis menyatakan, "Biasanya sampah yang ditampung di sini itu dari bank sampah unit yang ada di RT atau RW. Kami menyediakan pelayanan penjemputan sampah dari bank sampah unit. Jadi warga mengumpulkan sampah-sampahnya di bank sampah unit. Bank sampah unit bukanya hanya dua minggu sekali atau insidental karena mereka tidak memiliki tempat penampungan."

Sampah yang diterima di Bank Sampah Induk hingga saat ini hanya sampah anorganik. "Sampah yang diterima di sini hanya sampah anorganik saja, yang bisa didaur ulang. Kalau sampah organik belum, karena tempat kami masih terbatas. Mungkin nanti, kalau tempatnya sudah lebih besar, bisa menampung sampah organik juga. Untuk saat ini sampah organik masih dikelola oleh Pusat Olah Organik (POO)," ujar Elis.

Adapun jenis-jenis sampah yang dapat ditabung di Bank Sampah Induk untuk dikelola sebanyak 42 jenis. Jenis-jenis sampah tersebut yakni ember campur, paralon, Pet bersih (botol air mineral bersih), kerasan (bekas minuman kemasan), PS Bening (CD kaset), blowing/mainan, LD Tutup galon, AG bersih (gelas air mineral bersih), montly (bekas minuman kemasan), AG kotor (gelas air mineral kotor), pet warna (botol plastik), duplek jadi (bekas bungkus makanan), kertas CD/koran boncos, koran, arsip, dus, terapak (kemasan minuman mirip kertas), besi campur, alumunium, kaleng, tembaga, anhas (logam seperti kunci bekas dan sejenisnya), keresek, styrofoam, botol beling, dan minyak jelantah.

Bank Sampah Induk tidak melakukan recycle sampah atau menghasilkan produk, namun hanya menyiapkan bahan baku dari sampah-sampah. Elis mengatakan, "Kami nggak menghasilkan produk, tetapi hanya menyiapkan bahan baku dari sampah-sampah yang disetorkan oleh bank sampah unit dan warga saja."

Dari sampah-sampah yang disetorkan oleh warga dan bank sampah unit, Elis mengaku bahwa jumlah sampah anorganik yang terkumpul di bank sampah induk mencapai angka dua ton per hari. "Sampah yang kami terima itu sekitar dua ton per hari dan itu hanya sampah anorganik saja. Dan yang menyetor sampah itu kebanyakan dari warga sekitar sini, karena sudah teredukasi," ujar Elis.

Bank sampah ini menjadi seonggok harapan bagi pengelolaan sampah di Kota Bandung, yang menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang sadar akan kebersihan dan mengelola sampah. Harapannya, program bank sampah ini dapat lebih masif ke seluruh wilayah Bandung, agar masyarakat dapat memilah sampah organik dan anorganik untuk mencegah terjadinya pencampuran sampah di TPA. Lebih bagus lagi, jika program ini diterapkan di seluruh Indonesia agar masalah mengenai sampah yang selama ini tak kunjung usai dapat teratasi sedikit demi sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun