Memperingati 90 Tahun Sumpah Pemuda, Gerakan Kolaborasi Positif menggelar diskusi bertema  "Semangat Nyata Pemuda, Langkah Membangun Indonesia" di Diskusi Kopi, Jakarta Selatan, Minggu (28/10).
Hadir sebagai narasumber adalah sejarawan JJ Rizal, peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, dan Dosen Ilmu Politik Universitas Bung Karno Rayla Prajnariswari.
Diskusi diawali dengan presentasi hasil survei 50 opinion leaders anak muda di daerah dari Aceh sampai Papua yang dilakukan Kader Bangsa Institute tentang Harapan Anak Muda Indonesia di 90 Tahun Sumpah Pemuda. Salah satu hasil survei menyebut hampir seratus persen tokoh-tokoh muda yang menjadi responden mengharapkan keinginan agar saat ini dan pemerintahan mendatang lebih banyak anak muda tampil diberikan kepercayaan ikut mengurus negara.
"Siapapun yang menjadi Presiden di tahun 2019, mayoritas (96 persen) responden setuju kabinet harus diisi anak muda. Bahkan ada keinginan agar pos-pos seperti duta besar juga sebagian bisa diisi oleh anak-anak muda sebagaimana dulu era Bung Karno," ujar Bagus Balghi, Program Officer Kader Bangsa Institute yang mempresentasikan hasil survei.
Harapan ini menguat mengingat adanya persepsi bahwa anak muda memiliki inovasi dan energi yang diperlukan dalam upaya memecah persoalan-persoalan pelik. Isu yang menjadi perhatian anak muda dalam riset tersebut antara lain isu SDM dan aksesibilitas lapangan kerja kewirausahaan atau ekonomi kreatif.
Saat diskusi, para narasumber sepakat dengan hasil survey tersebut sebagai bentuk wacana regenerasi kepemimpinan nasional yang memang harus dipersiapkan dan menjadi tanggung jawab masyarakat politik dan masyarakat sipil.
"Opinion leader dari anak-anak muda tentu memiliki pengaruh kuat, apalagi mereka cukup mewakili berbagai daerah di Indonesia secara merata, survei ini cukup mewakili kepentingan anak muda," ujar Yohan Wahyu
Yohan juga menekankan pentingnya mendorong lebih banyak anak muda untuk mau terlibat dalam politik. Salah satunya melalui kebijakan afirmatif buat anak muda."Jika kebijakan afirmatif sudah terbuka untuk sisi gender, ke depan mestinya terbuka peluang kebijakan afirmatif untuk kategori usia,"ungkap Yohan.
Selaras dengan Yohan, pengamat politik muda Universitas Bung Karno, Rayla Prajnariswari menyatakan pentingnya negara menginisiasi reformasi regulasi terkait keterlibatan anak muda ini.
"Reformasi regulasi bagi anak muda ini dapat dilakukan dengan memberikan kuota keterwakilan sama halnya dengan kuota 30 persen perempuan, karena melalui keterwakilan kepentingan mereka akan tersampaikan" tegas Rayla.
Sementara sejarawan JJ Rizal menyebut pentingnya melahirkan kelompok anak muda kreatif. Hal ini belajar dari pengalaman para pejuang-pejuang muda yang menjadi pendiri bangsa.