Sampai di sini harusnya selesai. Toh Pak Menteri sudah meluruskan.
Masalahnya, kenapa ketika Ibu tersebut turun dari panggung, Pak Menteri malah bertanya #yanggajikamusiapa.
Hal ini yang membuat sebagian orang berpikir bahwa Pak Menteri hendak menggiring Ibu ASN itu untuk tunduk (bahkan memilih) sang petahana yang notabene merupakan pemerintah yang berkuasa saat ini yang tentunya menggaji kamu. Â
Namun pendapat menarik lainnya saya temukan pada salah satu artikel yang ditulis oleh kompasianer, saya membaca bahwa kompasianer menterjemahkan pertanyaan #yanggajikamusiapa ini untuk menegaskan pada Ibu ASN itu bahwa anda adalah seorang ASN, yang harusnya netral dan tidak terang-terangan menyampaikan pilihan politiknya.
Yah, nasi sudah menjadi bubur. Jadi, tambahin aja ayam goreng dan bawang gorengnya. Pasti ada hikmah dari kejadian ini. Sebagai bawahan, maka hendaknya ketika pimpinan bicara, kita harus menyimak dengan seksama, agar tidak gagal fokus.Â
Kan jelas ini Pak Menteri bicara tentang desain, masa' ujug-ujug berubah jadi pilpres? Kan nggak masuk akal juga kan kalau Pak Menterinya bertanya alasan memilih capres tertentu, di muka umum pula, direkam pula.Â
Dan sebagai pimpinan juga sebaiknya saat ini pandai-pandailah memilih kata. Kalau ada pilihan, baiknya pilih A atau B saja, bukan 1 atau 2. Juga hindarilah kata-kata seperti "coblos" yang sangat dekat hubungannya dengan pemilu.
Hikmah lainnya adalah, sebagai seorang ASN, kita harus sangat memahami posisi kita yang memang harus netral. Bahkan tahun lalu, untuk nge-like status calon gubernur saja tidak boleh. Ngeri juga ya! Padahal kan, nge-like belum tentu memilih yang bersangkutan. Bisa jadi, semua calon gubernur ya di-like saja statusnya. Masalah milih yang mana kan urusan nanti di bilik pencoblosan.
Tapi okelah, memang demikian adanya peraturan tentang netralitas ASN yang ada di negeri ini. Meski sesungguhnya jika kita lebih tajam melihatnya, masih ada di beberapa lembaga negara yang para ASN-nya ikut-ikutan berpolitik meskipun seperti "sama-sama tahu aja" atau "biar aman" atau "biar ditengok Menteri" atau "biar Menteri senang" atau yaaahhhhh seperti itulah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H