Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Review] Kalam-kalam Langit: Film Religi Komplit

15 April 2016   09:19 Diperbarui: 15 April 2016   13:31 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="https://i.ytimg.com/vi/rhqd1dcC2Hc/hqdefault.jpg"][/caption]

Terlalu banyak kata yang ingin saya gelontorkan untuk mengungkapkan review saya tentang film ini. Susah kalau hanya menggunakan satu kata. Bagus. Keren. Masyaallah. Eh itu bukan satu kata.

Kesan pertama saya. Film ini lebih real. Realistis menggambarkan kondisi tokoh-tokohnya. Dimulai dari Jafar. Sosok santri yang sederhana, patuh dengan orangtua dan santun sekali. Annisa yang menggambarkan seorang gadis yang tulus baik hati dan mencoba menghadapi kenyataan bahwa lelaki yang disukai ternyata menyukai teman dekatnya yang notabene memang lebih darinya. Maklum si Azizah sosok teman dekatnya itu cantik dan anak Kyai pula. Sosok Azizah pun tak bisa dianak tirikan. Sosok ini menggambarkan perempuan yang juga tegar, patuh dengan orangtua dan mengabdikan diri kepada seorang lelaki yang sudah menjadi suaminya meski diawal dia kurang menyukai lelaki ini. Ya, lelaki ini bernama Ustadz Satori. Sosok ini juga mewakili manusia yang ada di muka bumi ini, mengambil peran sebagai antagonis. Ustadz Satori yang kepincut anak Kyai dan berambisi untuk menjadi juara MTQ dan bahkan melancarkan beberapa trik busuk untuk meloloskan keinginannya tersebut. 

Dari segi cerita saya suka banget. Oh ternyata ini diambil dari novelnya Ibu Pipiet Senja. Oke wajar bagus banget. Alurnya ngena dan lebih real, nggak kebanyakan khayalnya. Inilah situasi yang memang lebih mungkin terjadi dalam kehidupan kita. Penasaran ceritanya? Yah nonton aja mumpung masih tayang di bioskop. 

Dari segi lokasi syuting dan sinematografi masyaallah keren banget. Takjub liat salah satu pulau di Indonesia bagus banget gitu ya. Lokasinya di Lombok. Penonton akan dimanjakan dengan pemandangan pantai juga bukit di sana plus masjid-masjid yang konon katanya pulau ini memang dijuluki 1001 masjid saking banyaknya masjid di sini. Sebagai traveler, it’s a must yah untuk ke Lombok. Lebih keren lagi kalau pemerintah setempat menggembor-gemborkan tagline “wisata halal” untuk Lombok. 

Dari segi acting? Nah ini. Melihat daftar nama Mathias Muchus, Henidar Amroe, Dimas Seto, Ibnu Jamil yang memang sudah malang melintang di seni peran sih pasti oke punya actingnya. Meski aktris utamanya yang memerankan Annisa dan Azizah masih tergolong baru (*sayanya aja sih yang jarang liat mereka acting), tapi actingnya cukup baik dan bisa mengimbangi Dimas Seto dan Ibnu Jamil yang beberapa kali mereka ada dalam satu scene. Hanya ada beberapa pemeran pendukung yang sepertinya memang bukan aktor, jadi agak kurang greget aja actingnya. But so far, bisa diterimalah. Ketutup sama nama-nama diawal tadi. 

Ibroh yang saya dapat dari film ini cukup banyak.

1. Bacalah karena Tuhanmu. Begitu kurang lebih kata Ayahnya Jafar. Di sini kita diingatkan bahwa dalam membaca alquran itu ya karena Allah, bukan karena manusia atau lainnya.

2. MTQ. Khusus yang pernah atau akan ikut MTQ. Ini seperti pengalaman pribadi waktu SD-SMP beberapa kali ikut MTQ. Ketika mau tampil sempat ditausiyahi oleh guru ngaji bahwa menang kalah itu urusan belakang. Luruskan niat bahwa ikut MTQ ini adalah ajang syiar. Mensyiarkan kalam langit. Menyampaikan firman Allah. Memberitahu manusia tentang alquran dan semoga dapat menginspirasi mereka untuk membacanya juga. Sebagaimana ini juga disampaikan oleh Prof. KH. Said Agil Siradj sebagai cameo di film ini.

3. Ridho orang tua. Di sini kita akan melihat dan belajar bahwa seorang anak harus patuh kepada orang tua. Digambarkan sengat jelas oleh tokoh Jafar dan Azizah. Jafar yang sering menunduk ketika berbicara dengan yang lebih tua. Duhhhh santun dan hormat sekali ya. Juga Azizah yang patuh dengan pilihan Ibunya ketika dijodohkan dengan Ustadz Satori. Pelajarannya adalah jika kita ikhlas mengikuti petunjuk orang tua yang notabene pasti baik untuk anaknya, inshaallah jalan hidup kita akan indah meski mungkin awalnya berliku. Ini juga bukti kecintaan kita kepada orang tua yang jelas cinta mereka tak sebanding dengan apapun yang kita berikan kepada mereka. Tapi mereka tidak menuntut. Cukuplah dengan ketaatan kita kepada mereka, mereka pasti sudah sangat bahagia.

4. Jodoh. Dududuw ini nih. Coba didengar ost-nya Kalam Kalam Langit. Yah tentang jodoh. Di sini kita disuguhkan cara menghadapi kenyataan cinta dari berbagai sisi. Sisi Jafar yang menerima bahwa gadis yang disukainya harus menikah dengan orang lain. Sisi Satori yang akhirnya menikahi gadis yang dia incar (*ini sih biasa). Sisi Azizah yang mengikhlaskan diri, mengabdi dan mencintai suami yang awalnya tidak ia sukai. Juga sisi Annisa yang harus perih melihat lelaki yang ia sukai menyukai sahabatnya sendiri, namun tetap tegar dan mensupport lelaki itu hingga akhirnya Allah berkenan menjodohkan mereka. See! Ujung-ujungnya sama sahabar sendiri loh (*baper). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun