"Iya. Kalo jatuh berarti lo nggak bisa milih. Seketemunya aja. Yang bahkan kadang you have no reason for falling in love. Tapi kalo tumbuh, lo punya alasan kenapa lo sayang sama dia. Kayak orangtua. Lo punya kan alasan untuk sayang sama orangtua lo? Ketika pertama lo ketemu meraka, emangnya lo langsung cinta? Nggak kan? Maka cinta lo tumbuh. Karena mereka begitu besar pengorbanannya buat lo. Cinta itu dari Tuhan, bukan kita yang mutusin untuk cinta sama sipa tapi Tuhan yang menganugerahkan rasa kasih sayang di antara kita."
"Kita?"
"Ah lo mah gagal fokus. Gue panjang lebar, eh lo cuma denger belakangnya aja."
"Haha. Iya gue paham."
Aku menyeruput minumku. Lelah juga menjelaskan panjang lebar begitu.
"Sas, gue mau rajin sholat."
"Humh bagus." Aku mengangguk-angguk.
"Tapi gue yang kayak gini, Sas. Lo taulah gue nggak sekalem itu."
"Maksudnya?"
"Eh. Ehm. Ya lo tau gue tu apa adanya di depan lo. Lo kan temen gue dari SD. Lo paham gue lah. Kenapa gue dikira  cool ya karena gue nggak suka ngobrol sama orang-orang itu. Kalo gue akrab kan gue ya begini."
"Ya gue paham."