Setidaknya ada lima kata dalam Al-Qur’an yang merupakan bagian dari disabilitas yaitu, أعمى (a’ma) yang berarti tunanetra atau buta, اكمه (akmah) yang berarti tunanetra yang tidak total, بكم (bukmun( yang berarti tunawicara atau bisu, صم (shummun) yang berarti tunarungu atau tuli, dan أعرج (a’raj) yang berarti tunadaksa atau memiliki kecacatan fiksi, seperti pincang dan lainnya.
Lebih spesifik Al-Quran dan Hadits, serta pendapat para ulama dengan tegas menyampaikan pembelaan terhadap penyandang disabilitas terdapat dalam firman Allah :
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَنْ تَأْكُلُوا مِنْ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ ...(النور: 61)
Artinya, “Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit, dan kalian semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau rumah ibu kalian …” (Surat An-Nur ayat 61).
Ayat ini secara eksplisit menegaskan kesetaraan sosial antara penyandang disabilitas dan mereka yang bukan penyandang disabilitas. Mereka harus diperlakukan secara sama dan diterima secara tulus tanpa diskriminasi dalam kehidupan sosial, sebagaimana penjelasan Syekh Ali As-Shabuni dalam Tafsir Ayatul Ahkam (I/406).
Dalam kacamata islam penyandang disabilitas merupakan makhluk Allah yang istimewa ia mempunyai derajat yang mulia disisi Allah SWT sebagaimana dengan Hadits berikut :
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ الرَّجُلَ لَيَكُونَ لَهُ الدَّرَجَةُ عِنْدَ اللهِ لَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ حَتَّى يُبْتَلَى بِبَلَاءٍ فِي جِسْمِهِ فَيَبْلُغَهَا بِذَلِكَ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
Artinya:“Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut,’” (HR Abu Dawud). Hadits ini memberi pemahaman bahwa di balik keterbatasan fisik (disabilitas) terdapat derajat yang mulia di sisi Allah ta’ala.
Dalam Islam atau dihadapan Allah SWT semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan oleh fisik ataupun harta kecuali hanya iman, taqwa, amal baiknyalah yang akan membedakannya. Karena belum tentu orang yang fisiknya sempurna, lebih mulia dihadapan sang pencipta dibandingkan dengan saudara kita yang mempunyai kebutuhan khusus atau disabilitas.
Adapun yang kita dapat lakukan dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat inklusif salah satunya ialah meningkatkan rasa kesadaran pada diri kita akan adanya teman-teman disabilitas untuk lebih membantu dan memperhatikan kebutuhan – kebutuhan mereka.